Bab 58

2.4K 256 2
                                    

"Rani... Apakah kamu ingin kembali? Atau menetap disini?"

"Aku..."

Kenapa? Kalau seperti ini... Aku berfikir.... Tidak ada gunanya aku kembali bukan?

Tujuan awalku adalah kembali ke duniaku. Bertemu dengan nenek dan kembali bekerja sebagai pelayan kafe dengan Kak Kana. Jika dipikir-pikir, untuk apa aku kembali?

Aku berpikir dalam. Memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan. Jika aku kembali, akankah aku dapat menjalani kehidupan normal? Melupakan semua kenangan yang ada disini. Kathy, Ayah Elia, dan lainnya.

Bahkan sebelumnya aku pun tidak punya tempat tinggal, hanya menumpang di ruang belakang kafe. Untuk apa aku kembali? Bukankah hidup didunia ini jauh lebih enak? Lahir menjadi tuan putri duke dan memiliki semua yang dimiliki Elia. Sekarang Kak Kana juga sudah ada di depan mataku....

Saat ini aku memakai tubuh Elia. Menurut perkataan Kak Kana, memang sudah menjadi takdir Elia untuk meninggal dan sekarang aku yang berada di posisi Elia saat ini. Saat di mimpi itu, Elia yang sebenarnya tidak menjawab pertanyaanku. Elia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa aku akan mendapatkan jawabannya, ketika aku sudah memutuskannya.

"Pasti sulit untuk memutuskannya...."

"Kakak... Apakah benar Elia sudah tiada?"

"Kamu bilang bahwa jiwa kalian berasal dari jiwa yang sama. Jika jiwa kembar itu saling membutuhkan, maka jiwa yang satunya akan lenyap, dan saling menyatukan kekuatan untuk bangkit."

"Jadi mungkin ini adalah takdirku sendiri?"

"Takdirmu dan takdir Elia."

Jikalau aku kembali, mungkin dia akan hidup susah seperti dulu lagi. Tetapi hidup susah bukan masalah bagiku, karena pada awalnya aku memanglah seorang gadis desa yang tidak punya apa-apa. Sangat adil bila takdirku dengan status sosial rendah. Namun...

Bagiku... Kenangan disini yang menjadi taruhannya...

Jika aku kembali, apakah tubuh ini juga akan mati? Lalu bagaimana dengan teman-temanku? Bahkan bagaimana dengan ayah Elia?

Membulatkan kesimpulanku dalam suatu bola besar. Menetapkan tujuannya dan memulai hidup yang baru.

"Aku akan tinggal disini."

Selamat tinggal duniaku yang lama. Bagiku itu adalah kenangan yang nyata, kenangan yang berharga, dan masih akan terus ada di dalam ingatanku.

"Aku akan tinggal disini, lebih lama, dan lebih lama lagi."

***

"Kak Kana..."

"Jika kamu ingin tinggal disini, panggil aku Kadisha."

"Tapi aku lebih nyaman dengan panggilan kakak."

"Panggil kakak boleh, tapi jangan pakai nama Kana ya? Ini ra-ha-si-a.."

"Iya!"

Lorong yang kulewati tadi saat pertama kali aku masuk, menjadi biasa untuknya. Untungnya, aku telah melepas semua kekhawatiranku di ruangan tadi. Gerbang masuk kuil menjadi bercahaya terang. Keluar dengan mata yang terpaksa menutup, karena silaunya terik matahari. Berbeda dengan di dalam, di luar tampak lebih bersuasana. Lebih banyak orang...

"Mengapa dia masih ada disini?" bisiknya.

Kakak? Aku melihat apa yang Kak Kana pandang beberapa saat.

Itu kan Putra Mahkota??? Apakah dia belum pulang?

"Apakah kamu dekat dengan Putra Mahkota?" tanya Kana kepadaku.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang