Bab 57

2.3K 267 6
                                    

Nenek... Meninggal? Tapi bagaimana bisa?

Sebelum aku meninggalkan desa, aku melihat nenek dan meninggalkannya dengan kondisi tubuh yang masih sehat. Nenek tidak memiliki penyakit di tubuhnya. Apalagi nenek bukanlah orang yang mudah putus asa, rajin, pekerja keras, dan orang yang hangat.

Walaupun terlihat rindu dimatanya, nenek rela melepaskan aku ke dunia perkotaan. Saat aku menaiki bus menuju kota, nenek melambaikan tangannya padaku.

Apakah.... Apakah nenek meninggal karena aku? Jika aku tidak meninggalkannya waktu itu, bukankah nenek akan masih hidup sampai sekarang?

Tidak! Ini mungkin pasti saat aku terbangun di dunia ini. Apakah nenek mengetahui aku mengalami kecelakaan?! Mungkin saja nenek meninggal karena aku mengalami kecelakaan?

"-ni"

"Rani..."

"Rani!"

Apa? Pikiranku sekarang ini buyar. Aku membiarkan pikiranku tidak mengendalikan diriku sendiri lagi. Mendengar kabar kematian nenek membuat aku hanyut dalam emosi tersendiri.

"Kakak..."

Tak sadar air mataku menetes perlahan. Perlahan demi perlahan dan deras. Tanpa memikirkan bajuku yang basah atau wajah yang sedang memerah luar biasa. Aku mulai menatapnya. Kak Kana yang saat ini sedang memandang aku dengan sedih.

"Kak Kana... Apakah itu benar?"

"Iya..."

"Kenapa?... Kenapa itu bisa terjadi!... hu..hu.."

Hiks... Hiks... 

Sulit mengekspresikan hatiku saat ini. Sedih? Marah? Mendengar kenyataannya yang menyakitkan. Sesulit itukah menerima kenyataan?

Ayah... Aku bahkan belum melihatnya, bahkan sosoknya yang tidak kuketahui.

Ibu... Terlalu cepat untuk meninggalkanku bersama nenek.

Lalu... Nenek... Orang terakhir dalam keluargaku. Seharusnya aku bisa hidup lama dengannya, bersamanya, menjalani hidup yang lebih lama.

"Saat di kafe pada waktu itu... Aku pernah meninggalkanmu melayani pelanggan kafe sendirian, selama 3 hari kamu bekerja keras di kafe itu untukku..."

"Aku pergi ke suatu desa bersama dengan temanku. Kebetulan temanku berasal dari desa itu juga. Kami menginap di rumah orang tua temanku. Ayah dari temanku mengalami sakit punggung dan temanku mengantarkannya ke klinik kecil di desa itu. Lalu aku pun ikut bersama temanku," lanjutnya.

Saat itu adalah hari yang sibuk dan melelahkan. Tampa Kak Kana aku merasa kesulitan. Namun apa hubunganya?

"Ada satu ruangan untuk seorang dokter disana. Tiba-tiba keluar suara batuk dan muntah. Karena penasaran, jadi aku melihatnya. Aku melihat seorang nenek, muntah darah di bajunya."

Muntah darah?

"Tidak mungkin! Tidak! Itu tidak mungkin! Selama ini nenek sehat saja! Tidak mungkin mengalami hal seperti itu. Itu pasti bukan nenek!" teriakku.

Saat ini suaraku menggema. Apakah hatiku ini sedang meluapkan emosi?

"Aku mendekatinya. Dia tiba-tiba menarik bajuku dan menggenggam tanganku. Lalu dia berkata..." lanjutnya.

"Apa yang dikatakannya?!" desahanku.

"Dia mengatakan bahwa dia tidak boleh mati, dia masih memiliki cucu di luar sana. Dia akan menunggunya, tapi dia sepertinya tidak bisa karena penyakit yang dideritanya."

Jadi itu adalah nenek? Nenek.. Kenapa disaat itu nenek masih memikirkan aku?

"Dokter pun mengatakan bahwa sakit itu tidak bisa disembuhkan. Seharusnya sejak awal dia harus pergi ke klinik untuk mengecek kondisinya, jika lebih awal maka penyakitnya bisa disembuhkan," tutur Kana.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang