Bab 33

3.7K 358 2
                                    

Setelah wafatnya Kaisar terdahulu yaitu, Durante Laird de Crein Baronimian, Kaisar sekarang menenpati posisi Kaisar dengan kekuasaan yang sudah stabil. Namun kestabilan itu digoyahkan oleh Kerajaan Naum, sebuah kerajaan yang makmur dan kaya akan tanahnya yang subur.

Saat aku berumur 15 tahun, perang terjadi lagi. Tiga pilar kekaisaran terus mengangkat senjatanya dan sampai saat itulah salah satu keluarga bangsawan juga ikut menawarkan kesetiaannya kepada Kaisar Baronimian. Keluarga bangsawan itu adalah Keluarga Marquis Arcana. Kemampuan Marquis hampir setara dengan ayahku dalam mengalahkan prajurit Kerajaan Naum.

Saat dimana aku menyuguhi kopi kepada Putra Mahkota, ayah sedang berbicara tentang pengangkatan gelar keluarga Marquis Arcana dengan putra mahkota di ruang tamu. Karena suatu alasan, pengangkatan itu tertunda selama 3 tahun.

Pengangkatan gelar itu berlangsung dengan mulus. Dengan kemampuannya yang dibilang handal, Marquis Arcana mendapatkan gelar Duke yang sejajar dengan posisi 3 pilar kekaisaran. Saat itu, Duke Arcana sudah menikah dengan gadis desa berambut merah dan memiliki 2 anak. Salah satunya adalah Abigail Cyra la Arcana.

Aku bertemu kembali dengan Abigail, setelah percakapan sederhana di pesta ulang tahun Putra Mahkota. Karena ada suatu alasan, para Tuan Duke berkumpul di istana bersama anaknya. Para duke dipanggil ke ruang kerja Kaisar, sementara para anak Duke ditinggal di taman istana bersama pelayan istana.

Untuk apa para anak duke dipanggil kemari, kalau tidak ada alasan yang jelas? Kami berkenalan satu persatu, termasuk 2 anak Duke Arcana itu.

"Perkenalkan nama saya Arron Tyre la Arcana. Saya adalah anak kedua Duke Arcana."

Ternyata Abigail lebih tua dariku 1 tahun. Dia dan adiknya berbeda umur 2 tahun, sama seperti Sebastian dan Celica. Berbeda dengan Abigail yang memiliki rambut merah, Arron memiliki rambut coklat persis dengan Duke Arcana.

Sebastian dan William mengajak Arron pergi bersama, entah kemana. Sementara aku, Celica, dan Abigail di tinggal di taman istana, kami yang merupakan para putri keluarga Duke. Waktunya terasa berhenti, kami bertiga berdiri mematung.

"Hallo, kita bertemu kembali ya, Lady Arcana," kataku sambil bermuka canggung.

"Panggil aku Abigail saja, Elia."

"Maafkan aku, aku lupa karena situasinya canggung. Haha..."

"Abigail, selamat atas pengangkatan gelar keluargamu," kata Celica.

"Iya selamat ya Abigail."

"Terima kasih. Ini semua karena jasa ayahku."

Ayahnya yang terbilang hebat dalam permainan pedang dapat menandingi ayahku. Dilihat dari saat dia mengobrol dengan ayahnya di koridor istana, sepertinya dia sangat menghormati ayahnya.

"Apa kamu mengagumi ayahmu?" tanyaku.

"Kalau itu.. mungkin iya."

"Berarti kita sama. Aku juga mengagumi ayahku, walaupun beliau tidak hebat dalam bermain pedang namun beliau dapat menyelesaikan dokumen-dokumen istana yang sangat banyak. Kalau Elia bagaimana?"

"Ayahku sering bepergian dan hebat dalam bermain pedang. Yah... Kurasa aku bilang bahwa ayahku merupakan orang hebat."

"Memang Duke Arcarine adalah orang yang hebat."

Setelah Abigail berbicara, aku tidak tahu kelanjutan percakapan ini mulai dari mana. Tanpa sadar aku melihat tanaman kopi di taman istana.

"Ha? Elia?"

Aku mengabaikan perkataan Celica dan pergi melihat tanaman kopi dari dekat. Aneh... Padahal sebelumnya tidak ada disini. Terakhir kali aku melihat taman istana yaitu saat waktu pesta ulang tahun Putra Mahkota. Sebelumnya tidak ada tanaman kopi disini. Apa mungkin... saat itu....

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang