Bab 10

9.7K 921 0
                                    

'Kalau aku tidak dipekerjakan, kau harus rela membayar dengan nyawamu saat ini'

Kata-kata itu masih terbayang di pikiranku. Bagaimana kalau ayah tak menyetujuinya? Nasibku malang. Memang sudah malang dari awal saat aku datang ke dunia ini. Kemarin malam, aku hanya terus memikirkan bagaimana membujuk ayah. Dilihat dari penampilanya, seperti tidak mungkin ayah mengizinkannya. Ayah selalu memilih pengawal untuk dipekerjakan dari akademi pengawal terbaik. 

Kenapa aku menanggapi omongan orang itu dengan serius ya? Walaupun bisa saja orang itu hanya sekedar omong belaka saja. Penyihir? Yang benar saja.

Kathy sedang menatapku. Tentu saja, aku terlihat bermuka serius yang sedang berfikir.

"Kenapa nona mengerutkan alis seperti itu? Apa ada hubungannya dengan kenalan nona kemarin malam?"

"Ah... tidak"

Teringat bahwa aku harus menemui laki-laki penguntit itu. Siapa ya namanya? Euhh... Kemarin dia sebut itu... rus.. rus.. Xyrus. Namanya aneh... Dengan cepat aku menghabiskan sarapanku dan bersiap untuk menemui orang itu. 

Berjalan cepat menuju kamarnya dengan dibuntuti oleh Kathy dan pelayan yang lainnya. Sepertinya pelayan yang lain tertarik untuk melihatnya. Wah... terlihat penjaga di depan kamar itu. Ini pasti suruhan Kathy. Aku membuka pintu kamar itu dan melihat apa yang terjadi. Wow.. dia masih di kasur, apakah dia masih tidur? Aku mendekati kasur itu dan whoa.. Dia tiba-tiba bangun dari kasur. Tentu saja aku terkejut.

"Lama sekali kau ini!"

BLETAK...

"Kenapa kau memukulku?!"

"Tata krama, sopan santun. Apa kamu ingat sekarang? Ada beberapa pelayan yang melihatmu."

"Tapi tak usah memukulku juga"

Dia segera beranjak dari kasur. Aku baru sadar. Kulihat pakaiannya berbeda dari yang kulihat saat di perpustakaan. Setelah itu dia bergumam. Dia ngomong apa? Seketika baju yang ia kenakan menjadi rapi seketika. Baju yang ia guanakan hampir sama seperti pengawal. Tapi... kamu menggunakan sihir di depan para pelayan tau! 

"Huh? huh?"

Aku melihat kearah belakangku dan tidak ada satu pelayan pun. Bahkan Kathy pun tak ada. Aku sesekali melihat kebelakang dan kearah penyihir penguntit itu. Pintunya terbuka. Apa mereka pergi? Tidak Kathy tidak mungkin seperti itu.

"Kenapa ? apa kamu tekejut ?"

"Iya terkejut sekali! Tiba-tiba kamu menggunakan sihir untuk menggati baju. Kathy pun tak ada dibelakangku. Kamu kirim mereka kemana?!"

"Masih diluar kok."

Aku melihat keluar dan Kathy melihat ke arahku.

"Apakah sudah selesai mengobrolnya?"

Rasa kewaspadaan Kathy menghilang begitu saja. Entah mengapa Kathy menggunakan nada bicara yang tenang. Padahal sebelumnya dia tidak suka dengan keberadaan penguntit itu yang dekat padaku.

"Su.. sudah?"

Aku harus segera menemui ayah. Sebelum berbalik untuk menemui ayah, penguntit itu membuka mulutnya.

"Nona yang baik hati setidaknya beri saya makan. Saya tahu ini lancang, tapi tentu saja saya akan menjadi pengawal nona.", kata dia kepadakudengan nada yang sopan, namun sepertinya mengerikan kalau dia berbicara dengan menggunakan nada yang seperti itu.

"Kathy beri dia makan !" 

"Baik nona"

"Saya ucapkan terima kasih kepada nona. Nona sungguh baik hati seperti rumornya"

Rumor? Maksudmu rumor apa? Dibanding itu aku harus pergi menemui ayah.

***

"Apakah boleh? boleh ya, boleh ya ayah~"

"Apa itu tak apa bagimu? Lebih baik memilih pengawal dari akademi terbaik saja."

"Tentu saja tak apa, dia seorang penyihir ayah. Tentunya dia akan lebih bisa mendeteksi bahaya." 

Mendeteksi apanya? Rayuanku kepada ayah hanya sebagai alasanku agar aku tidak diancam oleh orang aneh itu.

"Yah.. ayah boleh yah~"

"baiklah"

"Yey, Elia sayang sama ayah!"

Aku mendekati ayah. Aku memeluknya dan mencium pipinya.

"Kalau aku tidak mengizinkan, apakan kamu membenci ayah?"

"TIdak mana mungkin begitu ayah. Ini adalah sebagai hadiah dari ayah, karena ayah telah memberikanku pengawal seorang penyihir berbakat dan umurnya juga tidak jauh dariku." 

Berbakat apanya? Oiya, dia berbakat dalam menguntit seseorang.

"Kamu sekarang mirip seperti ibumu. Ibumu tertarik dengan sihir juga."

"Begitukah?"

Pantas saja di perpustakaan sebagian besar penuh dengan buku sihir. Rupanya ibu tertarik dengan sihir ya.

"Panggil dia kemari."

 Ayah menyuruh salah satu pelayan untuk membawa Xyrus.

Untuk beberapa saat, aku merasa merinding. Perasaanku juga mulai tidak enak. Aduh, hatiku resah.


Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang