Bab 20

7.2K 629 0
                                    

Dimanakah ini? Tidak ada apa-apa disini. Aku? Nampaknya aku masih memakai pakaian yang tadi kupakai saat minum kopi bersama teman-teman. Aku berjalan, tapi tak ada seorangpun atau apapun. Hanya ruang kosong berwarna putih.

"Hallo?"

Suaraku menggema dan terdengar keras. Padahal aku mengeluarkan suaraku seperti biasa aku berbicara. Apakah ini hanya mimpi?

Cling!

Hah?! Ruangan itu tiba-tiba hitam dan aku tidak bisa melihat. Suaraku... Aku tidak bisa berbicara. Suaraku tidak keluar. Aku mulai merasa merinding. Tanpa sadar aku berjalan mundur. Tiba-tiba aku seperti menginjak kubangan air.

Aaahhh!! Aku bisa melihat.. Darah!!?? Aku melihat darah yang begitu banyak.

William!! Aku melihat William di atas genangan darah. Wajahnya dan bajunya penuh darah. Aku berusaha membangunkannya dengan suaraku. Tapi suaraku tidak keluar. Aku menggoyangkan tubuhnya. Tubuhnya dingin dan wajahnya yang mulai pucat.

Celica!! Sebastian!! Aku melihat mereka terbaring di atas genangan darah. Kondisi saat ini sama seperti William. Ah... Tanpa sadar aku meneteskan air mataku. Air mataku yang mulai membasahi pipiku.

Aku berusaha menggoyangkan tubuh Celica dan Sebastian. Tidak sadarnya mereka membuat air mataku semakin deras. Air mataku semakin banyak jatuh ke wajah mereka. Aku mulai melihat kedepan. Kathy!! Dia juga terbaring sama seperti mereka!

Lalu.... ayah... Ayah! Ayah!! Aku mulai bisa berbicara bahkan berteriak. Aku berteriak memanggil ayah. Ayah juga terbaring berlumuran darah. Di sampingnya terlihat jelas pedang milik ayah. Pedangnya dilumuri darah. Kemudian tangan ayah bergerak.

"Ayah?"

Aku memelankan suaraku. Mata ayah bergerak dan terbuka. Mulut ayah pun akhirnya mengeluarkan kata-kata. Tapi...

"Siapa kamu?"

"Ayah...?"

"Kamu bukan putriku, kamu bukan Elia..."

Tanpa sadar, aku melihat rambutku yang menjuntai. Rambut itu bukanlah rambut emasnya Elia. Namun rambut hitam lurus. Aku kembali ke tubuhku semula!?

Seketika ayahku mengambil pedangnya dan mengarahkannya padaku.

***

Huh?! Aku kemudian bangun secara tiba-tiba. Kulihat ini adalah kamarku. Aww! Karena aku terbangun secara mendadak, kepalaku sejarang terasa sakit. Pipiku basah. Aku menangis? Apakah tadi adalah mimpi?

"Kamu sudah bangun?"

Oh... suara yang kukenal. Hanya satu orang laki-laki yang bisa masuk ke kamarku selain ayah.

"Sejak kapan kamu berada di situ Xyrus?"

"Mimpimu indah? atau tidak?"

Kenapa dia tiba-tiba membicarakan tentang mimpiku. Apa jangan-jangan?!

"Heh! Apa yang kamu lakukan! Kamu memakai sihir untuk membuatku bermimpi buruk ya! Kamu sangat kejam! Bisa-bisanya kamu melakukan hal itu kepadaku!"

Aku segera mendekati Xyrus yang sedang duduk di kursi dekat kasurku. Aku pun mendekatinya dengan berteriak kepadanya dan memukul lengannya.

"Apa sih ! Aww! Sakit, bisa hentikan itu!"

"Kamu pasti yang melakukannya kan!"

"Memangnya apa yang kamu lihat di mimpi itu?"

"Kamu kejam! sangat jahat!!"

"Apakah kamu sudah puas?"

Dia mengatakan itu dengan nada yang biasa. Namun mukanya terlihat sangat serius.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang