Bab 41

3K 330 10
                                    

"Tidak..."

Huh?

Apa yang saat ini tegah dipikirkan Putra Mahkota?

Bukankah rencana Xyrus bagus?

"Jika kita yang melakukannya sebagai keluarga kekaisaran ataupun keluarga bangsawan lainnya. Itu sama saja dengan mencampuri kegiatan kerajaan lain."

Perkataan Putra Mahkota memang ada benarnya. Aku bahkan tidak terpikirkan dengan berlakunya Dekrit Pembatasan Hukum Wilayah.

"Karena orang yang membuat sihir hitam adalah seorang penyihir, orang itu pasti bukan berasal dari kekaisaran kita. Kita tidak bisa sembarangan, memakai orang itu sebagai saksi. Harus ada bukti bahwa kita telah berdiskusi dengan pemimpin kerajaan asalnya," lanjut Putra Mahkota.

"Kalau begitu bukankah kita tinggal perlu mencari orang itu dan menangkapnya terlebih dahulu?" kataku.

"Menangkapnya bukanlah hal yang mudah. Puncak tingginya aura sihir hitam di tempat kejadian, sudah sebulan berlalu. Dia pasti sudah kabur."

Setelah dia berbicara, dia melirik ke arah gelasnya dan menatapku. Aku yang merasa tidak nyaman akan tatapannya itu, sedikit merasa kaget ketika dia melirik ke arahku dan teko beberapa kali. Kenapa dia menatapku?

Ah! Kopi di gelasnya sudah mencapai dasarnya. Apakah dia memberikan instruksi agar aku menuangkan kopi untuknya?

Sekilas terlihat Xyrus yang masih berdiri disana. Aku belum pernah melihatnya berdiri selama itu. Nampaknya dia juga memahami isyarat Putra Mahkota. Ekspresinya yang mulai tidak enak. Dengan kerutan di alisnya.

Ada apa dengannya? Apakah dia ingin aku menuangkan kopi untuk Putra Mahkota? Tanganku yang dikepal, mulai terbuka dan terangkat.

Tanganku baru sampai di pinggir meja dan saat itulah aku memahami bahwa apa yang kupikir ternyata salah. Xyrus mendekat ke meja kami dan menawarkan dirinya untuk menuangkan kopi untuk Putra Mahkota.

"Yang Mulia, izinkan saya menuangkan kopi untuk anda."

Perkataan Xyrus tidak dijawab olehnya. Raut Putra Mahkota terlihat tampak sedikit kecewa. Ada apa dengan kedua manusia ini?

Cuurrr...

Huh? Aku sama sekali tidak mengerti situasi ini? Sesaat sesudah dia menuangkan kopi untuk Putra Mahkota, dia juga menawariku.

"Nona, apakah nona ingin tambah lagi?"

"Iya?"

Apa-apaan senyumnya itu? Oh astaga, ini mulai menggelikan. Aku sampai menjawabnya dengan penuh terheran-heran. Tubuhku membatu saat dia mulai menuangkan kopinya. Aku merasa sudah muak dengan perlakuan Xyrus yang aneh belakangan ini. Sepertinya aku lebih memilih Xyrus yang suka berbicara omong kosong dan seenaknya.

Tapi, sekilas Putra Mahkota memperhatikan kami. Kemudian Xyrus meletakan kembali teko itu di tempat semula. Sebelum dia berbalik ke tempatnya, Putra Mahkota mengatakan sesuatu.

"Terima kasih, sekarang kamu boleh pergi."

Ah... Perkataannya itu... Itu adalah perkataan untuk mengusir Xyrus dari ruangan ini.

"Kalau begitu saya undur diri. Semoga keagungan dan berkat selalu menyertai anda, Yang Mulia Putra Mahkota."

Xyrus pergi dengan meninggalkan kami berdua. Tidak berdua sih, masih ada ajudan Putra Mahkota. Tetapi dia selalu dia seperti patung. Tak sadar aku terus menatap pintu yang tertutup.

Oh mengapa, aku dihadapkan dengan situasi berduaan dengan Putra Mahkota. Bukankah pengumuman pertunangan telah dibatalkan? Bukankah saat ini dia sibuk? Aku berharap agar aku dikeluarkan dari situasi yang canggung ini.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang