Bab 3

14.1K 1.2K 9
                                    

"Aku harus segera bertemu kak Kana!"

Aku pun beranjak turun dari kasur. Sangat mudah untuk turun dari kasur yang empuk itu. Tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan keras. Seorang gadis berambut dan bermata cokelat, berpakaian dress panjang mengembang.

Sepertinya gadis itu umurnya sama sepertiku dan kemudian dia berteriak. Tetapi, gaya pakaiannya terlihat aneh, seperti belum pernah kulihat sebelumnya.

"Nona sudah sadar?"

Nona? Apakah itu adalah aku? Aku berpikir demikian. Tiba-tiba dia mendekat ke arahku. Aku pun jadi panik melihat gerak-geriknya.

"Jangan bergerak dulu nona!"

"Aku tak bisa terus disini, aku tak punya uang, aku tak bisa bayar rumah sakit ini!"

Gadis itu menampilkan raut wajah yang aneh. Sesaat kepalanya dimiringkan, lalu dia menggeleng.

"Nona bicara apa! Sepertinya nona masih setengah sadar, ini kamar nona."

Dia memperlakukanku dengan sangat hati-hati. Aku duduk di kasur itu lagi dan melihat dengan pasti. Apakah ini adalah kamarku?

Melihat ke segala sudut ruangan. Beronamen indah dan mahal. Aku tak percaya. Saat aku melihat ke arah kaca. Postur tubuh tinggi, rambutnya panjang berwarna emas, matanya hijau berkilau, kulitnya sangat putih, dan berparas tinggi.

Apakah aku bermimpi? Ini terasa begitu nyata. Apa yang terjadi padaku? Langkah kakiku tidak dikendalikan oleh pikiranku. Aku berbaring, kemudian gadis itu menyuguh makanan. Makanan itu terlihat mewah.

"Apakah aku boleh memakan ini?"

Dilihat dari rautnya gadis itu begitu terkejut. Apakah aku salah mengucapkan kata-kata?

"Tentu saja nona! Nona perlu makan yang banyak agar bisa cepat pulih..."

"Kenapa anda memanggil saya nona?"

"Haha.... Nona ini bicaranya kok formal sih? Ada apa- Eh? Maafkan, maafkan saya nona saya tak bermaksud mengejek anda, maafkan saya..."

Dia meminta maaf berkali-kali sambil membungkuk. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi disini. dengan cepat aku menghampiri dia. Kemudian aku berlutut di hadapannya.

"Tidak usah membungkuk!"

Dilihat dari ekspresi gadis itu, gadis itu sangat terkejut sekali. Tentu saja, karena aku seharusnya bukan berada di tempat ini.

"Nona... apakah nona hilang ingatan?"

Aku terdiam dan berusaha memahami situasi ini. Apa yang akan dia lakukan? Dia terlihat panik untuk kesekian kalinya.

"Tidak mungkin! Aku harus segera mencari dokter! Tunggu sebentar nona."

"Tunggu!"

Gadis itu terus memanggilku nona. Saat kubilang 'tunggu', gadis itu terdiam dan kembali berbalik dan mendekatiku. Dilihat dari situasi seperti ini, aku tak bisa menimbulkan kekhawatiran orang, terutama gadis ini, dia terlihat khawatir.

Sepertinya ini bukan mimpi, melainkan kenyataan. Padahal aku ingat aku sedang berjalan menuju tempat tinggal baruku. Kemudian aku mengalami kecelakaan.

Jadi aku memasuki tubuh orang lain? Tubuh ini sangat rupawan dan cantik. Tapi aku tak bisa mengatakan bahwa aku dari dunia luar. Semua orang akan menganggapku gila.

"Tunggu dulu..." kataku.

"Nona, nona tidak hilang ingatan bukan? ya kan?"

Dia mempertanyakan itu sekali lagi. Tentu saja, aku tidak hilang ingatan. Tetapi aku masuk ke tubuh nona-mu ini.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang