Bab 12

8.9K 862 1
                                    

Kereta kuda Sebastian datang setelah aku menghabiskan makan siangku. Terlihat dari jendela, saat dia keluar dari kereta kuda itu. Nampaknya dia datang bersama pelayan pria di sampingnya. Kathy menyambutnya dan dibawanya ke ruang tamu. Di saat yang bersamaan aku datang dari pintu lain.

"Selamat datang Tuan muda Phyrey."

"Sudah kubilang tidak usah memanggilku seperti itu."

"Ah.. maaf Sebastian, silahkan duduk dulu."

"Terima kasih."

Para pelayan sudah menyiapkan meja minum teh. Saat ini di meja terdapat 2 baki kue. Semua kue yang disajikan beraneka ragam. Tidak hanya itu kue, ada biskuit dan juga selai yang sebenarnya cocok untuk minum teh. Diletakan juga bunga putih di dalam vas bunga di tengah meja.

Aku menyiapkan acara minum teh ini berbeda dari biasanya. Bukan teh melainkan kopi. Ini juga merupakan kejutan untuk Sebastian. Namun aku tak menyangka acara minum kopi ini gagal, ketika aku melihat pelayan Sebastian membawakan teko gelas berisi teh.

"Sebastian seharusnya kamu tidak perlu repot-repot membawa teko teh sendiri."

"Maaf Elia, tapi... ini adalah hadiah dariku."

"Oh! Jadi ini adalah hadiah ya. Terima kasih."

Untungnya adalah hadiah. Kalau dilihat, warna tehnya unik. Terlihat karena tekonya transparan. Teko itu disimpan di meja. Tanpa sadar aku terus melihatnya.

"Ini adalah Teh Merah yang sekarang sedang musim di Kerajaan Symiphus. Ini belum beredar di Kerajaan kita. Jadi aku membawakannya untuk hadiah, kebetulan ayahku baru dari sana."

"Tehnya sangat unik ya! Kalau begitu sekarang kita mulai acara minumnya."

"Kuharap kamu suka hadiah pemberianku ini."

Dia terlihat tersenyum kearahku. Aku pun tersipu malu. Mungkin aku terlalu bersemangat di acara minum ini. Kathy datang dengan membawa baki. Baki berisi sebuah teko dan sepasang cangkir.

Kathy pun menaruh cangkir dihadapanku dan dihadapan Sebastian. Saat teko itu dituangkan, tercium aroma menguat. Ekspresi Sebastian sangat terkejut dan matanya menatap terus aliran kopi itu.

Di dunia ini, semua kopi itu berwarna hitam. Berbeda dengan kopi yang dituangkan Kathy, kopinya berwarna coklat agak keputihan. Tentu saja ada campuran susunya, namun aromanya tetap sama. Saat aku pertama kali membuat kopi campur susu untuk Kathy. Kathy seperti melihat sesuatu yang sangat unik.

"Apa ini? Harumnya seperti kopi.."

"Ya, ini kopi."

"Tapi warnanya terlihat sangat berbeda."

"Aku membuatnya dengan campuran yang berbeda, namun ini tetap kopi. Orang disini sangat menyukainya, jadi aku berfikir kamu juga akan suka. Oleh karena itu, aku mengganti teh dengan kopi buatanku ini"

"Kalau begitu aku minum dulu ya."

"Eehh. Tapi masih pa-"

Dia meminumnya, walaupun itu masih panas. Terlihat dia meminum sedikit dari pinggir cangkir.

"Ini enak sekali!"

"Benarkah! Ternyata kamu suka ya, padahal aku sangat khawatir kalau kamu tak akan menyukainya."

Dia meminum lagi dari cangkirnya. Walaupun masih panas, dia mencoba menahannya. Padahal tunggu agak hangat dulu saja tidak apa kok.

"Ini enak, bahkan aku yang belum mencoba kopi, aku bisa tahu kalau ini enak."

"Kamu belum pernah mencoba kopi sebelumnya?"

"Dulu pernah saat aku melihat ayahku minum kopi. Aku tertarik dan mencoba meminumnya. Namun yang kurasakan pahit sekali"

Ah.. dia mengatakan hal itu seperti trauma baginya. Aku tidak tahu bahwa tidak semua orang menyukai kopi.

"Maka dari itu, aku tidak berani minum kopi lagi."

"Oh begitu ya.. Aku tidak tahu, kupikir semua orang menyukai kopi."

"Mungkin perkataanmu benar, karena.... kopi yang dibuatmu ini sangat enak. Mana mungkin orang tidak menyukainya."

Perkataannya yang baru saja diucapkan olehnya, mirip sekali dengan perkataan Kak Kana. Kata-katanya berasa familiar di telingaku. Hatiku merasa tersentuh, setelah mendengar perkataan dari bibirnya.

"Wah! Benar-benar... ini benar enak. Kalau semua orang tahu kamu bisa membuat kopi seenak ini, kopimu pasti terkenal, bisa dijual juga."

"Dijual?"

"Tentu saja, rumor tentangmu juga pasti akan menghilang cepat."

"Rumor tentang ku?"

Dia segera menutup mulut. Aku tahu, dia tak sengaja mengatakan hal yang berhubungan tentang rumor tentang diriku.

"Rumor tentang sikapku bukan?"

Dia terlihat diam. Seakan-akan dia bersalah kepadaku. Awalnya dia senang, bahkan bersemangat ketika acara minum ini dimulai. Karena dia mengatakan hal itu, dia menjadi diam. Suasana terlihat sangat canggung.

"Yah... Rumor tentangku itu... semuanya benar...."

Aku harus mengakuinya, karena aku sekarang adalah Elia. Sikap Elia dimasa lalu tidak dapat dihilangkan. Bisa saja, dengan aku mengakuinya sekarang, aku bisa merubah sikap dia terhadapku. Entah apa yang akan dia lakukan selanjutnya terhadapku...

Aku tak berharap dia akan mempercayaiku lagi. Setidaknya dia adalah orang pertama selain ayah dan Kathy yang mengulurkan bantuannya kepadaku di dunia ini.

"Rumor itu benar, tapi... aku ingin diriku berubah. Selama ini aku hidup kesepian. Ibuku meninggal ketika aku masih bayi, ayahku tidak sering berada disampingku. Aku melampiaskan kemarahanku selama ini. Namun itu perbuatan yang salah. Aku berfikir, aku ingin mengubahnya. Karena itu-"

"Pantas saja, saat pertama kali kita bertemu, kamu terlihat berbeda dari rumor itu."

Dia yang berkata seperti itu. Dia seperti ingin menunjukan rumor itu salah.

"Yang kulihat saat itu hanya gadis yang berbeda. Maaf, aku tak bermaksud menyinggungmu, sampai-sampai kamu menceritakan masa lalumu."

"Yah begitulah yang terjadi."

"Kalau mau, aku bisa menjadi temanmu."

"Temanku?"

"Oh! sejak awal juga kita adalah teman bukan?"

"Sejak awal??"

Entah mengapa aku sedikit tidak mengerti dengan ucapannya itu.

"Iya pada saat aku membantumu keluar dari istana."

"Saat itu kau menjadi temanku?"

"Semua orang yang didekatku adalah temanku."

"Terima kasih sudah mau menjadi temanku."

"Sama-sama."

Sebastian orangnya sangat baik. Aku ingin tertawa ketika dia bilang bahwa 'semua orang yang didekatku adalah temanku'. Dia terlihat sangat menyukai kopiku, bahkan dia nambah 2 cangkir.

Siang itu aku dan Sebastian menjadi teman. Tak kusangka dia mau menerimaku sebagai teman.

Tidak...

Katanya sejak awal aku sudah berteman dengannya. Aku merasa senang, akan hal itu.

Kami menghabiskan waktu minum dengan menceritakan hal-hal tentang kami masing-masing. Dia pun juga akan berjanji untuk mengajak minum teh di rumahnya.

***

Saat acara minum itu selesai, aku kembali ke kamarku. Duduk di atas sofa kamar dan kemudian berbaring. Aku memikirkan acara ulang tahun saudaraku. Saat acara minum, Sebastian mengungkit soal tentang hadiah yang akan diberikan untuk ulang tahun saudaraku.

Kata Kathy aku tidak terlalu dekat dengan saudaraku. Padahal mereka adalah anak dari adik perempuan ayahku. Saudaraku ada 2, yang berulang tahun di akhir pekan ini adalah yang paling muda. Karena umurnya masih kecil, mungkin aku akan memberikan hadiah yang sesuai dengan umurnya. Mungkin mainan? 

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang