Bab 23

5.2K 464 4
                                    

Lady Soloma? Dibanding itu.. mereka terlihat seperti..

Lady Arcana memiliki rambut panjang berwarna merah unik. Merahnya terlihat menampilkan sosok wanita yang berani. Sorot mata kuning tuanya memberikan sifat yang tegas. Ini sangatlah berbeda dengan Lady Soloma yang berdiri di sampingnya. Rambutnya biru kehitaman dan bergelombang, dengan mata biru langit yang lentik. Dia sangat cantik dengan dress dan topi biru yang dipakainya.

Mereka memiliki sosok yang bertolak belakang. Seperti api dan air. Penghubung antara kedua lady itu adalah Lady Ronah. Gadis yang kulihat bersama putra mahkota. Rambutnya agak bergelombang dan berwarna coklat. Matanya berwarna merah marun.

Mereka duduk di meja yang sangat jauh dengan mejaku. Aku tidak terlihat seperti memperhatikan mereka kan??

Sepertinya mereka tidak mengetahui keberadaanku dan Celica. Mereka terlihat akrab. Apakah mereka berteman?

"Apakah mereka sudah berteman sejak lama?"

Tiba-tiba isi pikiranku dilontarkan yang mengarah kepada Celica. Walaupun suaraku kecil, tetapi suara itu terdengar oleh Celica.

"Kalau Lady Ronah dan Lady Soloma sudah bersama sejak kecil. Aku melihat bahwa Lady Arcana baru berkenalan dengan Lady Soloma saat pesta debutante."

"Pesta debutante...."

Ah... Apa ini?! Kenapa aku tiba-tiba melihat gedung. Aku kan sedang di restoran bersama Celica!

Gedung yang berkilauan dan banyak lampu bercahaya. Orang-orang terlihat seperti sedang menari. Ada juga yang sedang mengobrol. Semuanya memakai gaun yang mewah dan berkelas.

Aku?! Gaunku berubah, gaun yang banyak renda dan panjang. Aku menyentuh atas kepalaku. Sepertinya rambutku sudah ditata dengan asesoris berat. Sepertinya sepatu yang kugunakan juga tinggi.

Kulihat seseorang yang mirip dengan Celica. Ada juga seseorang yang mirip dengan Sebastian. Tetapi mereka terlihat masih muda. Mungkin 14 tahunan?! Pandanganku juga terlihat lebih pendek dari biasanya.

"Elia!?"

"..."

"Elia? Hari ini kamu banyak melamun, ada apa? apa kamu sakit?"

"Tidak apa-apa. Aku terlalu banyak berpikir hari ini."

Sepertinya dari tadi aku bengong. Celica terlihat mengkhawatirkanku.

"Berfikir tentang apa?"

"Itu bukanlah hal yang penting..."

Pelayan sudah datang ke meja kami dan membawakan makanan yang kami pesan. Di depanku sudah ada steak barbeque dengan kentang goreng di pinggirnya. Terlihat menggiurkan, baunya juga sudah membuatku tak sabar ingin segera memasukkannya ke dalam mulutku.

Sepertinya itu adalah ingatan Elia yang muncul. Di gedung itu, banyak anak gadis yang berumuran 14 tahunan. Itu adalah pesta debutante! Terakhir aku mendapatkan ingatan Elia adalah saat bertemu dengan William. Kalau diingat-ingat, William adalah sosok yang membuat aku merinding saat itu. Lalu apa arti ingatan Elia saat pesta debutante?

***

Aku dan Celica dijemput dengan masing-masing kereta kuda kami.

"Hari ini menyenangkan sekali ya, Elia."

"Iya. Kapan-kapan ayo kita berkunjung ke tempat lain!"

"Iya..."

Pintu kereta kudaku dibuka oleh kusir. Hah! Xyrus menampilkan mukanya yang condong ke depan.

"Kenapa kamu ada disitu! Kaget tahu!"

"Sudah menjadi tugas saya bukan? Bahwa saya harus mengawal nona."

"Be..nar.. juga..."

Aku merasa aneh, jika Xyrus berbicara sopan. Aku menaiki kereta kuda. Baru saja aku duduk, Xyrus sudah melontarkan omongannya.

"Kenapa kamu pergi ke restoran itu?"

"Karena aku lapar?"

"Lapar?"

Kenapa dia malah berbalik bertanya kepadaku?

"Iya lapar. Memangnya apa lagi?"

"Disana ada pemakai sihir hitam."

"Hah? apa? dimana? kapan?"

Mulutnya dibuka untuk mengeluarkan hembusan angin kecil. Itu terdengar menjengkelkan. Ditambah lagi dengan wajahnya yang sedang menolak menatapku.

"Hah... baru saja kutinggal bentar, kamu sudah mau memasuki bahaya."

"Disana? Di restoran itu maksudmu?"

"Iya.."

Apakah dia sedang mengkhawatirkanku? Nada yang kudengar tadi seperti keluhan, tetapi bukan bukan sebuah keluhan yang mengarah kepadaku.

"Lalu... kapan kamu datang kesini?"

"Baru saja tadi. Oh iya... aku melihat ayahmu di sana."

"Ayahku?? Ayah tidak melihatmu kan?!"

"Tentu saja tidak. Kamu pikir aku penyihir yang tidak bisa kamuflase apa?"

Oh! Dia langsung marah. Rupanya sifatnya sangat mudah berubah.

"Bukan itu maksudku..... Apakah ayah sudah pulang ke rumah?"

"Nampaknya kulihat dia masih ada tugas penjagaan di lokasi. Dia akan bergantian berjaga dengan Tuan Phyrey di lusa besok. Mungkin lusa atau 3 hari kemudian?"

"Ah... itu masih sangat lama.. Apakah kamu tahu? Dari 2 hari yang lalu aku bosan..."

Aku yang terdiam karena memikirkan ayah. Dia mulai dengan kata-katanya yang tidak nyambung itu.

"Bosan karena tidak ada aku?"

"BUKAN!"

Aku yang mendengarnya, merasa jengkel. Lihat senyuman jahatnya itu! Orang yang melihatnya pasti berpikiran sama denganku.

"Hari ini sepertinya kamu bersama temanmu ya."

Dia menunjuk ke bungkusan yang kubawa. Itu adalah bungkusan aksesoris rambut yang dibeli olehku bersama Celica.

"Iya.."

"Kamu terlihat senang..."

Apakah aku sedang tersenyum?

".."

Aku tidak menjawab perkataannya lagi. Aku merasa lelah sekaligus merasa lega. Kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan perkataan yang aneh setiap harinya? Tapi... perkataannya itu... memanglah benar. 

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang