Darren Layor de Crein Baronimian
"Jangan seperti itu Yang Mulia... Anda juga harus tahu posisi anda saat ini," jawab Colin.
Mengapa dia berisik sekali?
"Memangnya mengapa jika aku memutuskan ini lebih cepat?"
"Anda harus membicarakannya terlebih dahulu kepada Yang Mulia Baginda Kaisar."
"Dulu ayahku sudah menyetujuinya. Tidak perlu beliau menyetujuinya 2 kali."
"Tetapi ini mendadak sekali Yang Mulia!"
Aku dan dia sudah mengobrol sepanjang koridor istana dengan suara yang tidak pelan. Mungkin tahu atau tidak tentang percakapan itu, tetapi Colin sepertinya tahu bahwa aku tidak bersikap seperti biasanya.
"Colin."
"I-iya, Yang Mulia?"
"Sebenarnya aku bertanya-tanya."
Suasana yang mempeributkan sesuatu hal ini tiba-tiba menjadi diam. Aku berhenti tepat di ruang kerjaku. Tidak ada pelayan, hanya dua pengawal yang sedang berada di pintu masuknya. Sepertinya aman...
"Sebenarnya siapa yang seseorang yang memiliki kuasa disini?"
"Tentu saja Yang Mulia Baginda Kaisar!"
Apa? Bukan itu maksudku...
"Tidak, tidak. Diantara kita berdua."
"Tentu saja anda, Yang Mulia."
Dia sepertinya sangat tidak mengerti dengan maksud ucapanku. Mengapa dia tidak mengerti ucapanku? Dia masih seorang putra bangsawan bukan? Mengapa orang ini harus menjadi pelayan pribadiku, kalau dia tidak mengerti perintah dariku?
Jelas kedua penjaga yang berada di dekatku sama sekali tidak ingin ikut campur dengan urusan aku dengan Colin. Tetapi terlihat penjaga itu menatap merinding kepadaku dan sepertinya di dalam pikirannya mereka segera ingin menjelaskan jalan bicara yang miring ini. Aku menatap kedua pengawal itu. Kemudian tatapan mereka langsung tegap ke depan dengan bahu yang bergidik.
"Oh! Saya mengerti! Baik akan saya siapkan, Yang Mulia!"
Setelah beberapa saat, akhirnya Colin mengetahui maksud ucapanku.
"Persiapkan dengan baik," pamitku.
Putra Mahkota pergi meninggalkan posisinya itu dan menuju ruangannya. Belum satu detik aku menggenggam pintu kerjaku. Colin sudah bergumam dengan nada yang bisa didengar. Gumaman itu diperjelas dengan melihat gulungan kertas yang dipegangnya.
"Kalau hadiahnya sebanyak ini... Bukan uang anda yang aku khawatirkan, tetapi anda."
"Apakah kamu mengatakan sesuatu?" ulangku.
"Yang Mulia! Wanita mana yang tidak bertanya-tanya jika mendapatkan hadiah sebanyak ini?" rengek Colin.
Memang kenapa dia berpikir seperti itu? Bukankah Colin setuju untuk membantuku dalam segala hal?
"Apakah perlu ku ulangi perkataanku?" sasalku.
"Ya, Yang Mulia..."
Situasi ini mulai menjadi rumit bagiku. Sebenarnya apa yang tengah dipikirkannya? Apakah aku kurang jelas dalam menyampaikan tugasnya?
"Eh? Bukan seperti itu Yang Mulia!" lanjutnya
"Hari ini saya masih ada setumpuk tugas. Ditambah hadiah yang harus ada ketika lusa nanti," tawar Colin.
"Lalu?" jawabku.
"Tidak jadi Yang Mulia! Saya tahu! Dari kecil saya sudah menemani Yang Mulia. Maka saya harus membahagiakan Yang Mulia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Starts From Coffee
FantasyAku terbangun di dunia lain dan menjadi seorang putri duke yang kaya?!! Pada awalnya, Rani adalah seorang siswi yang baru lulus SMA. Dia terpaksa harus bekerja dan meninggalkan kampung halamannya. Neneknya yang merupakan satu-satunya keluarga yang...