Matahari ditutupi oleh awan. Keluar menuju taman melewati pintu kaca. Hembusan angin yang nyaman mengenai kulitku. Selintas kupu-kupu yang terbang di atasku. Siang yang begitu tenang. Berjalan sambil melihat bunga yang sedang mulai bermekaran.
Pelayan menaruh meja teh untukku. Satu set teko dengan cangkirnya. Cangkirnya memiliki ukiran bunga yang indah. Secangkir teh dengan 2 balok gula yang ditambahkan. Baki biskuit yang diletakan disebelah kantong gula. Biskuit berwarna cokelat dengan taburan coklat nampaknya sangat lezat. Aku sangat menikmatinya.
Jika dibandingkan dengan kehidupanku yang dulu. Semua ini pasti hanyalah mimpi. Tidak hanya tingkah lakuku, namun kebiasaanku mulai berubah semenjak aku terbangun di dunia ini. Aku yang dulu tak bisa bersantai dengan barang mewah dan perlakuan seperti tuan putri.
Ah... Sudah hampir satu bulan aku hidup sebagai Elia. Di kehidupanku aku tak memiliki seorang ayah, sekarang aku memiliki seseorang yang kuanggap sebagai ayah. Aku yang hidup dengan membantu nenek dan ibu, tidak memiliki seorang teman. Namun sekarang aku memiliki teman yang berharga. Di kehidupanku yang dulu hanya Kak Kana yang kuanggap sebagai teman atau saudaraku sendiri.
Aku ingin melihat Kak Kana dan juga nenek....
Woosh..
Anginnya sudah mulai kencang, nampaknya teh di cangkir aku juga sudah habis. Pelayan pun datang untuk menuangkan teh nya lagi.
Akh! Tehnya pahit, belum aku tambahkan gula.
Semenjak aku meminta bantuan Xyrus, Xyrus sudah tidak menjagaku. Ayah juga nampaknya masih sibuk dengan pekerjaannya. Setelah ayah pulang dari daerah pinggiran bekas Kerajaan Leir, ayah langsung ke istana dan melaporkannya kepada baginda raja. Setelah itu ayah pergi lagi entah kemana.
Hah... Tak sadar aku menghela nafas yang berat. Apa yang harus aku lakukan? Apakah kejadian di mimpi itu akan benar-benar terjadi? Mengapa mereka semua harus berakhir seperti itu?
"Elia..."
"Huh?!"
"Waakh!! William kenapa kamu ada disini!?"
"Oh maaf sebelumnya karena aku tidak memberitahumu terlebih dahulu. Aku bergegas datang kesini."
"oh.. Tidak apa-apa. Apa kamu mau kubuatkan kopi?"
"..... boleh."
"Tunggu sebentar ya."
Kenapa William tiba-tiba datang kemari. Apa ini masalah tentang kejadian aneh itu!?
***
"William, apa kamu menunggu lama?"
"Tidak, justru kamu cepat. Kenapa kamu bisa secepat itu membuat kopinya?"
"Mungkin... karena terlalu banyak membuat kopi belakangan ini."
"Oh maaf merepotkan kamu."
"Ah tidak, tidak justru aku senang membuatnya."
Sepertinya saat aku membuat kopi, para pelayan telah menambahkan kursi dan memindahkan set teko teh bersama cangkir yang dipakai aku minum. Tampaknya kue yang disajikan di atas meja sudah ditambahkan.
"Aku ingin memberitahukan hal yang penting kepadamu."
"Apa ini tentang kejadian aneh itu?"
"Apa aku bisa menemui pengawalmu?"
"Untuk apa?"
"Apakah dia bisa mendeteksi sihir hitam?"
"Jadi ternyata itu benar!"
"Benar apanya?"
"Apakah kejadian aneh itu disebabkan oleh sihir hitam?"
"Bagaimana kamu bisa tahu soal itu? Bahkan soal ini masih disembunyikan dari keluarga bangsawan yang lainnya. Hanya raja, ayahku dan aku yang tahu soal kejadian aneh disebabkan oleh sihir hitam."
"Sebenarnya... Xyrus telah mengetahui adanya sihir hitam berskala besar di daerah barat daya. Barat daya dari rumah ini adalah daerah pinggiran bekas Kerajaan Leir. Jadi aku menyuruhnya untuk menyelidikinya."
"Ternyata kamu telah berbuat jauh dari aku rupanya."
"Soalnya aku penasaran akan hal itu... Jadi aku menyuruh Xyrus."
"Pilihan yang tepat jika kamu mengirim seorang penyihir."
"Pilihan yang tepat? Kenapa?"
"Pertama, dia adalah seorang penyihir. Jarang ada penyihir di Kekaisaran Baronimian. Selain itu, seorang penyihir dapat menyembunyikan keberadaan dirinya sendiri. Lalu yang kedua, dia bisa mendeteksi adanya sihir hitam. Dapat memudahkan untuk mencari penggunanya."
"Sebenarnya... Waktu itu Xyrus pernah mengatakan bahwa dia pernah melihat aura yang pernah menggunakan sihir hitam. Saat itu dia melihatnya saat pesta ulang tahun Wilson."
"Apa dia mengetahui orang yang menggunakan sihir hitam."
"Tidak, waktu itu dia bilang orang itu berada di kumpulan orang-orang dengan pria tua."
"Kemungkinan itu tuan rumah dari keluarga bangsawan."
Aku melihat kopi yang dia minum sudah habis.
"Apa kamu ingin menambah lagi?"
Dia tersenyum dan melihat ke arahku. Sesaat, mataku dan matanya saling bertatapan.
"Tidak, hari ini aku banyak pekerjaan. Rupanya kamu sudah lebih cepat dari aku sejak awal."
"Huh? Lebih cepat apanya?"
"Tidak, Terima kasih sudah bisa mengobrol denganmu. Pembicaraan ini sebaiknya dirahasiakan terlebih dahulu."
"Iya..."
"Maaf aku datang secara tiba-tiba seperti ini."
"Tidak apa-apa. Lagipula aku sedang tidak sibuk. Aku senang kamu ada disini."
"Baiklah aku akan pulang."
"Biar ku antar sampai kereta kudamu."
Aku mengantarnya sampai ke kereta kudanya. Saat aku berjalan, aku melihat ke arah mukanya. Tampa sadar, tiba-tiba aku kehilangan keseimbanganku. Sepertinya aku tersandung oleh batu. Aku berusaha agar tidak jatuh ke depan. Tapi aku sadar aku sedang memakai gaun panjang. Gaun ini berat kakiku tidak bisa menahanya. Akhirnya aku mulai jatuh ke belakang. Ah....
Grep...
"Elia!"
Tiba-tiba tubuhku berhenti untuk jatuh. Aku bisa melihat langit dengan awan. Wajah William berada sangat dekat dengan wajahku. Dia memegang tanganku dan punggungku. Ini sungguh memalukan.
"Apakah kamu baik-baik saja?!"
"Ah.. aku tidak apa-apa."
"Pfft..."
Dia tertawa. hah?! tertawa?! dia menertawakanku?
"Ya ampun... kamu terjatuh karena batu sekecil ini. Kamu lucu sekali."
Akh??!! Aku malu.
"Ah... ja- jangan tertawa tau!"
Suaraku menjadi terbata-bata.
"Maaf tingkahmu lucu sekali."
"Ayo sudahlah. Pulanglah.."
Kupikir.. Dia berbeda dengan William yang pertama kujumpai.
Aku mendorong punggungnya, dan berjalan ke arah kereta kudanya. Akhirnya dia menaiki kereta kuda. Sesaat aku memikirkan kejadian itu lagi. Benar-benar... itu tadi adalah kejadian yang sangat memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Starts From Coffee
FantasyAku terbangun di dunia lain dan menjadi seorang putri duke yang kaya?!! Pada awalnya, Rani adalah seorang siswi yang baru lulus SMA. Dia terpaksa harus bekerja dan meninggalkan kampung halamannya. Neneknya yang merupakan satu-satunya keluarga yang...