Bab 61

4.7K 307 5
                                    

Sesaat tubuhku tidak bisa bergerak dan mulutku tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Apa maksudnya dari perkataannya itu?

Terhenti dengan menyadari bahwa tubuhnya sudah berada dekat sekali denganku. Untuk sesaat aku hanya bisa merasakan kehangatan dibibirku. Hangat seperti musim semi dengan munculnya bunga bermekaran di taman. Bibirku bersentuhan dengan bibirnya. Pandanganku melihat helaian rambutnya dan pipinya yang menyentuh kulitku.

Apa yang baru saja kulewati? Apa yang tadi dia lakukan? Kenapa dia melakukan hal ini?

Dibenakku muncul banyak sekali pertanyaan yang ingin ditujukan padanya. Terlalu banyak untuk memikirkan semuanya.

Apakah ini yang namanya ciuman?

Kenapa aku telat menyadarinya? Ternyata dia memiliki perasaan padaku. Hatiku berdegup kencang dan kakiku mati rasa. Hal yang harus kuluruskan sekarang adalah... Apakah perasaanku sama dengannya?

"Apakah kamu akan marah?"

Dia menyudahinya begitu saja dan mengatakan seperti itu. Kenapa bertanya setelah kamu berbuat? Aneh sekali!

Tetapi aku tidak marah karena dia sudah menciumku. Bahkan saat ini aku merasa nyaman ketika berada disampingnya.

Huh?

Dia mendekatkan dirinya dan memegang daguku. Secara tidak sadar, kini aku memegang pergelangan baju kemejanya. Kedua kepala saling menyentuh satu sama lain. Mataku perlahan menutup dan bibirku kembali merasakan kehangatan yang baru.

Kalau sudah seperti ini, aku tidak bisa melarikan diri lagi...

***

"Elia? Dari mana saja?"

Aku terdiam dan mengabaikan perkataan Celica. Berjalan menuju aula sambil memikirkan kejadian tadi.

"Kenapa wajahmu memerah? Apakah kamu sakit?"

Saat kata itu dilontarkan oleh Celica, semua perhatian temanku menuju padaku.

"Elia apakah kamu sakit?" kata Olivia.

"Kamu tidak apa-apa kan?" tambah William.

"Mau kuantar ke klinik istana?" sambung Leonor.

Apa? Tentu saja aku tidak sakit! Semua ini gara-gara Xyrus!

"Aku tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit kepanasan," jawabku.

"Ah begitu ya..."

Tiba-tiba Olivia membuka topik baru dengan senyuman daya tariknya.

"Ada hal yang kamu lewatkan Elia.."

"Apa itu?" jawabku.

Aku mulai menajamkan indra pendengaranku. Nampaknya Olivia akan membahas hal ini dengan suara yang kecil.

"Sebastian berdansa dengan Putri Mahkota.. Tampaknya, sekarang semua pria sangat iri dengannya.."

"Benarkah itu?"

"Yah... Semua pria, kecuali Putra Mahkota."

"Tampaknya acara kali ini Putra Mahkota tidak menunjukan ketertarikan pada Putri Mahkota. Buktinya dia merasa biasa saja, ketika ada tuan muda bangsawan yang mendekati Putri Mahkota," lanjut Celica.

"Iya sih.. Perkataan Celica ada benarnya juga," tungkas Olivia

Dibandingkan dengan itu... Punggung tanganku menyentuh permukaan bibirku. Saat ini mulutku masih merasakan anggur yang Xyrus minum. Rasanya masih sangat melekat walaupun aku sudah minum banyak air.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang