Bab 7

10.3K 1K 4
                                    

Semenjak aku sadar di dunia ini, aku mulai terbisasa dengan tempat ini. Tempat ini disebut kediaman Arcarine, di rumahku. Segalanya tersedia di rumahku. Di rumah yang besar ini, kegiatanku sehari-hari hanya belajar, kadang aku juga sering membuat kopi. Walaupun rumah ini luas, tetapi perkataan yang dikatakan oleh semua pelayan rumahku terdengar jelas. Termasuk 2 pekerja kebun yang sedang membicarakanku..

"Hei. Semenjak nona pingsan, nona mulai berubah ya", kata salah satu pekerja

"Iya,ya nona sudah tidak memarahi kita, nona juga tidak menyuruh yang aneh-aneh lagi", jawab pekerja yang lain.

"Belakangan ini nona memiliki hobi membuat kopi loh"

"Iya, kudengar para koki memuji nona sangat berbakat"

"Benar sekali, katanya ada yang kopinya bentuknya unik, dan setiap nona membuatnya rasanya selalu berbeda-beda tetapi semuanya enak"

"Apakah kamu pernah moncobanya"

"Belum, kita kan hanya pekerja kebun, jarang bertemu nona"

"Oh itu nona!"

Mereka sedang membicarakan perubahanku dan saat mereka melihat ke arahku mereka membungkuk. Aku pun berjalan ke arah mereka dan berbincang dengan mereka...

"Bunga-bunga ini cantik sekali ya"

"Iya nona", mereka mengatakannya secara bersamaan.

"Kalian sudah bersusah payah untuk menanam ini. Kalian sangat hebat walaupun umur kita tidak teralu jauh berbeda"

"Jangan teralu memuji kami nona, kami hanya melakukan pekerjaan yang sewajarnya, kami adalah pekerja, nona adalah putri kediaman ini.", kata salah satu pekerja

"betul nona!", kata pekerja yang lain

"Walaupun begitu kalian melakukan pekerjaan dengan baik. Umumkan kepada pekerja dan pelayan lain, termasuk kusir dan pengawal. Sore ini saya akan memberikan penghargaan terhadap kalian dengan kopi buatan saya"

"Ah.. Terima kasih nona, nona sangat baik" 

"Jangan berterima kasih, sudah seharusnya saya seperti ini bukan?"

"Kami akan sampaikan segera"

***

Setelah melihat kedua pelayan itu lari dengan gembira, aku langsung pergi ke dapur. Melihat para koki sedang memasak di dapur, semuanya terlihat serius. Kepala koki menyambut padaku.

"Ada apa nona datang kemari?"

"Sore ini, saya ingin memberikan penghargaan terhadap semua pekerja di rumah dengan kopi buatan saya. Jadi saya memastikan bahan-bahannya apakah ada yang kurang."

"Oh... Tenang saja nona saya akan memastikannya. Jadi nona tinggal membuatnya."

"Tidak. Saya ingin belanja dan membuat sendiri. Karena ini adalah penghargaan untuk kalian semua."

Mendengar pembicaraanku dengan kepala koki, semua koki yang berada di dapur terlihat semangat. Mereka melihat ke arahku dan terkesan penasaran akan kopi buatanku.

"Untuk semua pekerja nona? Apakah saya termasuk?"

"Hehe.. tentu saja!"

***

Begitu kepala koki mengatakan bahwa hampir semua persediaan untuk membuat kopi habis. Aku langsung memberitahu Kathy, dan pergi ke kota. Selagi aku belanja persediaan, aku juga ingin melihat suasana kota. 

Jalannya bukan dari tanah melainkan dari lapisan batu. Berderet kios dan toko kecil di kiri dan kanan jalan. Banyak orang yang berjalan di jalan ini. Kereta kuda pun menuruni kecepatannya agar tidak menubruk orang. 

Setelah sampai di toko jual kopi, Kathy masuk kedalam dan membelinya. Sedangkan aku tertarik dengan anak kecil yang sedang main di taman kota. Terdapat air mancur yang besar dan bunga-bunga berderet di sekelilingnya.

Aku berjalan mendekati air mancur itu dan seketika pandanganku teralihkan ke sebuah pohon besar. Pohon besar itu terletak di ujung jalan dan tidak jauh dari air mancur. Aku melihat ke pohon itu dan bersandar. 

GUBRAKK...

Kaget aku mendengarnya. Terdengar sesuatu jatuh dari atas pohon. Sesuatu itu jatuh dari atas pohon dan menimpa semak-semak. Saat aku ingin melihatnya, aku menginjak sesuatu. Itu adalah pakaian...

"Aa... sakit... aduh..."

"Apa kau baik-baik sa-"

"Hey apa yang kau lakukan!"

Dia melihat ke arah mantelnya. Mantelnya sedikit robek dan ada kancing yang copot. Apakah dia akan marah?

"Ah maaf aku tidak sengaja. Apa mau ku belikan yang baru?"

"ah tidak. Tidak usah."

"Lalu apa yang anda lakukan di atas pohon?"

"Tidur siang."

Jawaban yang singkat, santai, dan tidak ada etika. Dia berpakaian lengkap, padahal cuaca sedang panas. Lalu dia tidur siang di atas pohon. Rambutnya unik sekali, rambut perak, bermata merah tajam seperti ruby.

"Maaf, sepertinya saya mengganggu tidur siang anda"

"ah tidak apa. Sepertinya anda dicari seseorang."

Dia menunjuk ke arah belakangku dan aku menoleh ke belakang. Kathy terlihat tergesa-gesa berlari ke arahku. 

"Kalau begitu sampai jumpa"

??? Aku mendengar salam perpisahan darinya, namun saat aku menoleh. Dia sudah tidak ada.

"Nona. Anda kemana saja? Saya sudah khawatir, kalau anda hilang...", Kathy datang dengan nafas terengah-engah

"Maafkan aku sudah membuat khawatir, ayo kita kembali ke rumah."

"Baik nona."

Bukankah orang yang kutemui tadi sangat aneh. Dia menghilang begitu saja. Aku melihat ke arah belakang pohon lagi. Apa aku lupakan saja pertemuan dengan orang itu? Orang itu terlihat aneh. Dia sangat berbeda dari orang-orang yang berada dikota ataupun dirumahku. Saat langkah Kathy semakin jauh aku pun mengejarnya. Saat sampai de kereta kuda, penyimpanan belakang sangat penuh. Ini menandakan aku harus bekerja keras bukan?

Sesampainya di rumah, aku pun segera membuat kopi. Lalu pemberian penghargaan terhadap semua pekerja di rumah berlangsung dengan baik. Aku membuat beraneka ragam kopi, dimulai dari cappuccino, cafe latte, mochaccino, dan lainnya. Bagi pelayan yang tidak teralu suka kopi, kubuatkan kopi dengan kadar sedikit. Semuanya terlihat bahagia di sore hari. Kami semua meminum kopi sambil melihat matahari terbenam di teras jendela besar. Sungguh pemandangan yang luar biasa.




Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang