Epilog

7.8K 457 41
                                    

Beberapa hari setelah acara banquet itu. Putri Mahkota Chrantei kembali ke wilayahnya dengan dikawal oleh pasukan Kekaisaran Baronimian, bersama dengan Tuan Muda Phyrey, Sebastian. Sekaligus Putri Mahkota Chrantei akan memperkenalkan Sebastian pada keluarganya.

Sebastian menyatakan perasaannya pada Putri Mahkota Chrantei. Kejadian yang sangat tenar di kalangan keluarga bangsawan. Diterima dengan baik oleh penampilan menawan tuan putri dan menerima pengakuan dari Sang Kaisar. Kaisar tidak merasa jengkel bahkan sangat menyetujui adanya pernikahan ini.

"Kata kakakku, dia tidak pernah menyangka pertemuannya dengan Putri Mahkota Chrantei, membuat dia memilih keputusan untuk meminangnya," kata Celica.

"Aku dengar dari adikku, Arron, pertemuannya itu tidak disengaja," tambah Abigail.

"Benar sekali."

Sepertinya kejadian serupa menimpaku juga. Bertemu dengan Xyrus adalah sebuah kebetulan. Bahkan dia adalah orang pertama yang berani mengancamku. Dia tidak terlalu ramah saat itu dan sikapnya benar-benar diluar kosa kata sopan.

Seperti yang dikatakan William sebelumnya, sekarang dia sudah bertunangan dengan Celica. Para tuan Keluarga bangsawan juga mulai mempertanyakan posisi ratu masa depan. Ada yang mengatakan bahwa posisi ini akan dilimpahkan pada Abigail. Tetapi masih saja ada tuan keluarga bangsawan yang memiliki putri, berkompetisi untuk mendapatkan kesempatan ini.

"Tampaknya Putra Mahkota masih mengejarmu Elia," kata Olivia.

Sayangnya Putra Mahkota tidak terlalu memikirkan posisi ratu itu. Banyak orang yang berpikir bahwa kedatanganku di istana setiap hari adalah bukti bahwa Putra Mahkota memiliki perasaan padaku.

"Kalau itu benar... Sayang sekali, Elia sudah memiliki penyihir silver itu..." ledek Catharina.

"Kamu ini ada-ada saja," jawab kakaknya, Catalina.

Waktu yang kulalui ini merupakan bagianku juga. Menjadi Elia sepenuhnya dengan kenangan Rani yang tersimpan padaku. Xyrus juga....

Aku agak sedikit kesal dengan sikap Xyrus waktu itu. Sempat-sempatnya dia menghadap Baginda dan mengatakan bahwa dia akan menikahiku! Apa-apaan sikapnya yang tebal muka itu?!

"Elia.. Kalau kamu sudah bersama dengan si silver itu, jangan lupakan aku, ya?"

"Kamu bicara apa Celica. Apakah saat ini kalian semua sedang bersekongkol untuk mengejekku?"

"Tidak Elia, hanya saja.. Topik mengenai kalian begitu menarik."

Oh lihat, betapa kesalnya aku sekarang mendengar perkataan Leonor tadi. Walaupun batas kesalku hanyalah humor saja. Tampaknya semua menjadi lebih akrab dengan sendirinya.

Leonor yang terlihat pendiam sebelumnya menjadi sangat terbuka pada kami. Abigail menjadi orang yang paling berperilaku dewasa saat ini. Kedua saudara kembar itu juga sangat heboh. Bahkan sekarang Celica lebih menyukai berbincang dengan Olivia.

"Ini semua berkatmu Elia..." ucap Leonor.

"Apa?" jawabku dengan polosnya.

"Benar! Berkat Elia kita tidak mungkin ada di sini bukan?" tambah Catharina.

"Kopi pun akan terasa hambar bila bukan kamu yang membuatnya," lanjut Abigail.

Kalian semua.. benar-benar membuatku merasa malu. Kalian tahu kan? Aku paling tidak enak jika dipuji secara berlebihan.

"Hei!"

"Oh William! Kenapa kalian semua datang kemari?" kataku.

"Aku dikabari Celica katanya kalian mengadakan acara minum kopi di kediaman Elia."

"Wah... Kalian sudah berhubungan dekat seperti itu, ya? Tinggal melanjutkan ke pernikahan," ledek Catalina.

"Catalina!" jawab Celica dengan malunya.

"Ahaha!"

Muncul sosok dari bayangan Sebastian dengan perlahan. Melangkahkan kakinya dan bergabung dengan kami.

"Kenapa kamu diam dibelakang Sebstian? Dasar kakek penyihir!" ejek William.

Sekarang Xyrus mulai berbaur dengan kami. Aku berusaha menutupi kenangan pahitnya itu dengan memberinya kenangan di sini. Tentu saja, hubungan kami sudah berkembang. Ayah membebaskanku untuk memilih. Aku juga sudah berbicara dengan Kak Kana. Kak Kana juga bilang akan memberkatiku saat upacara pernikahan nanti. Apa-apaan ucapan Kak Kana itu. Itu membuatku malu.

"Tuan muda sebaiknya anda memperbaiki kosa kata anda. Apalagi anda berbuat seperti itu di depan tunangan anda," jawab Xyrus.

"Hah?! Bukankah kamu juga samanya?" tangkas William.

"Tentu saya berbeda, karena saya seorang penyihir."

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Ya, sudah kalau begitu."

Kesenangan ini membuatku merinding akan kemungkinan hilangnya kenangan ini. Apakah kenangan ini dapat terus berlanjut?

Walaupun kita sudah berteman seperti ini, kita akan terpisah dengan keluarganya masing-masing. Termasuk denganku...

"Sampai kapan pun kita akan sebagai teman kan?"

"Olivia ada benarnya. Namun.. sekarang Sebastian, William, dan Celica akan mulai menjauh dari kita. Lalu kalian juga akan-"

Tanpa sadar perkataanku membuat suasana ini menjadi muram. Namun itu berbeda dengan pandangan Celica yang dikatakan selanjutnya.

"Itu tidak akan Elia!"

"Celica benar, meskipun kita membangun keluarga baru, kita masih akan berhubungan," kata Abigail.

"Kalian semua..."

Kalian semua... Terima kasih sudah menjadi temanku... Saat ini aku sudah tidak kesepian lagi...

Tangan yang sedang di pergelangan tanganku. Aku tahu itu adalah Xyrus, dia sering memberikan semangat di telapak tangannya itu. Dia berlutut di sampingku dan membuka mulutnya. Seperti sedang membisikkan sesuatu.

"Aku akan selalu berada disisimu."

Aku tersenyum kepadanya. Menuruti senyuman tulus Kak Kana. Aku harap kebahagiaan ini terus berlanjut. Aku memilih dengan pilihan yang paling tepat.

Elia?

Apa kamu mendengarku? Apakah kamu juga puas dengan keadaan ini? Terima kasih karena sudah memberikan segalanya padaku. Terima kasih juga karena sudah percaya padaku. Akan aku gunakan dengan sebaik mungkin...

Sekali lagi... Terima Kasih...


----- END -----

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang