Bab 46

2.5K 269 1
                                    

"Senang berjumpa denganmu, Lady Arcarine."

"Senang berjumpa dengan anda lagi, Yang Mulia."

Ini sungguh mencengangkan bagi para pelayan di rumahku. Belum pernah keluarga kekaisaran sering datang ke kediaman keluarga bangsawan. Tentu saja ini adalah sebuah kehormatan bagi keluarga bangsawan tersebut, namun mungkin banyak rumor bahwa Putra Mahkota mulai tertarik kepadaku. Langsung saja ke inti topik pembicaraan ini.

"Ada hal apa yang membuat Yang Mulia datang kemari?"

"Aku telah membuat kesepakatan dengan Baginda Kaisar Kekaisaran Mergerch. Tinggal seminggu lagi Keluarga Ronah memasuki pengadilan. Aku ingin kamu datang Elia."

"Saya?"

"Iya, bersama dengan pengawalmu."

"Baik, Yang Mulia."

Penyihir itu telah tertangkap dan akan sebagai saksi di pengadilan. Setelahnya, penyihir itu dipulangkan ke wilayah asalnya. Aku tidak tahu nasib yang akan dialami oleh penyihir itu, yang pasti dia akan dihukum.

Putra Mahkota menegakkan badannya dan mulai menatapku. Tatapannya membuatku merasa tidak nyaman. Aku masih terpikir sikapnya saat pertama kali bertemu denganku di istana. Dia sedang meminum kopinya sambil melihat hiasan patung dan lilin yang menghiasi ruang tamu. Tanpa sadar aku mulai memainkan jari-jariku dan dia pun melihatnya.

"Apakah kamu bosan?"

"Ah, bukan. Maksud saya bukan seperti itu Yang Mulia."

Wajahnya mulai sedikit tampak sedikit senang. Sehari-hari wajahnya tampak dingin seperti patung berjalan. Perkataan Marquis Soloma ada benarnya juga, seperti boneka yang digerakkan. Terlebih pula wajahnya juga menawan seperti pahatan patung.

Ayah pernah mengatakan bahwa Putra Mahkota tidak peduli dengan masalah Kekaisaran. Selama ini para duke-lah yang mengurus istana, kekuasaan Putra Mahkota seperti berada di bawah kekuasaan duke. Bahkan Baginda Kaisar terlalu memanjakannya, kegiatannya adalah mengurus acara dan belajar. Mungkin itu juga merupakan hal yang sibuk juga, karena wilayah Kekaisaran Baronimian yang begitu luas.

"Aku menyukainya..."

"Yang Mulia?"

Sekilas aku melihatnya mengeluarkan sepatah atau dua patah kata keluar dari mulutnya.

"Kopimu enak. Aku menyukainya."

"Itu pujian yang berlebihan Yang Mulia."

Sesaat setelah aku mengatakan itu, dia beranjak dari kursinya.

"Saat ini aku banyak pekerjaan, aku akan datang lagi."

"Bagaimana kalau saya saja yang ke istana, Yang Mulia? Akan mencurigakan bila anda sering datang kemari."

"Baiklah. Aku akan mengundangmu ke istana."

Aku mengantarnya sampai pintu utama. Hmm? Kereta kudanya terlihat lebih mewah daripada yang sebelumnya. Dia pergi meninggalkan sorot matanya kepadaku.

***

Aku pergi ke kota tidak ditemani oleh Kathy. Bahkan saat aku melihat kota, Xyrus tidak ada di sampingku. Toko butik yang terkenal, pemiliknya adalah orang yang merancang gaun untukku, yang dipakai saat di pesta ulang tahun Putra Mahkota.

Belakangan ini tokonya menjadi lebih ramai setelah aku memakai gaun itu di pesta ulang tahun Putra Mahkota. Gaun itu pun menjadi populer dan banyak perancang lain yang berlomba-lomba merancang gaun dengan model yang sama.

Faktanya aku semakin naik di pergaulan kelas atas dan rumor tentangku telah menghilang. Di samping itu, banyak surat yang dikirimkan kepadaku. Terkadang susah untuk mendatangi semua pesta teh itu. Kopiku juga telah dikagumi oleh banyak gadis seusiaku. Terutama para gadis bangsawan. Salah satu putri bangsawan melihatku yang sedang berbicara dengan Putra Mahkota. Kabar burung di daerah kelompok bangsawan sangat cepat menyebar.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang