Bab 49

2.4K 273 2
                                    

"Elia, apakah kamu akan pergi ke sana?"

Ah! Melihatnya memakai topi berhiaskan bunga merah besar yang indah. Merahnya hampir mirip dengan rambutnya yang berkilau. Gaun dan topinya berwarna kuning tua sesuai dengan warna matanya.

"Entahlah aku belum memikirkannya. Bagaimana denganmu?"

"Aku akan pergi ke sana menemani Olivia."

"Begitu ya..."

Tok..tok...

Terdengar suara ketukan pintu. Pintu terbuka dan perhatian kami teralihkan sesaat kepadanya. Dia sudah masuk dengan cepat sebelum Kathy berbicara dahulu.

"Maaf, aku telat!"

"Tidak apa Celica, masuklah. Terima kasih Kathy."

Kathy membungkukkan badannya lalu pergi meninggalkan kami. Untuk sesaat aku berfikir bahwa tingkah laku Celica mirip dengan anak kecil. Celica duduk di kursi yang sudah aku siapkan. Aku menuangkan kopi di gelasnya.

"Terima kasih, Elia. Ngomong-ngomong apakah kalian akan pergi ke Geldoms?"

"Aku belum tahu, tetapi Abigail akan pergi menemani Olivia."

Celica mulai minum kopi itu dan mulai bertanya.

"Hmm... Bagaimana keadaan Olivia saat ini?"

"Kemarin aku mengunjungi kediamannya, dia terlihat masih murung," sahut Abigail.

"Tentu saja... Baginya, Lady Soloma adalah sahabat pertamanya," kataku

"Elia..."

Di hari itu aku mengundang Celica dan Abigail ke kediamanku. Hari itu adalah dua hari sebelum eksekusi Marquis Soloma dan Lady Soloma. Aku berniat mengajak Olivia juga, tetapi dia masih kurang sehat untuk pergi keluar.

Langit berawan gelap dengan pemandangan yang suram. Geldoms adalah tempat bagi para penjahat untuk dieksekusi karena kejahatannya. Mirip seperti lapangan dengan tembok tinggi yang mengelilinginya. Tidak ada atap, tetapi ada tempat bagi orang yang menonton.

Nampaknya Celica tidak datang karena larangan ibunya. Tidak banyak keluarga bangsawan yang datang. Tidak masalah jika keluarga bagsawan tidak hadir, tetapi aturan Kekaisaran mengharuskan perwakilan Keluarga Kerajaan dan Keluarga Duke untuk ikut serta.

Baru satu, ah tidak, itu dua tetes air hujan yang muncul dihadapanku. Walaupun aku disamping ayah, tetapi aku merasa takut. Marquis Soloma dan Lady Soloma masuk ke lapangan dengan baju penjara yang lusuh. Kejadian itu berlangsung cepat. Aku tak mampu melihatnya.

"Elia?"

"Ayah?"

"Ayo kita pulang."

Aku tersadar bahwa aku terus menutup mataku. Lapangannya sudah tidak ada orang, tetapi ada darah yang masih membekas di lapangan itu. Untuk sesaat perutku terasa mual. Aku keluar dari tempat itu bersama ayah. Terdengar suara tangisan seseorang.

Hik..hik..

Aku melihat Olivia yang masih menangis dengan luar biasa. Disitu juga ada Abigail. Aku ingin mendekat dan menghiburnya. Tetapi... Apa yang nanti harus aku lakukan? Haruskah aku menenangkannya dengan tepukan pelan di punggungnya? Atau berbicara lembut kepadanya? Setelah aku memikirkannya, aku berbalik dan segera ke kereta kuda.

Kami tiba di lobi geldoms. Banyak kereta kuda yang diparkirkan disana. Ayah pergi ke istana dengan kereta kuda yang berbeda. Di kereta kudaku sudah ada Xyrus yang membukakan pintu. Dengan tangannya yang terbuka lebar, memberikan pijakan untuk aku naik. Sekilas aku mendengarnya berbicara ketika aku memberikan tanganku kepadanya.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang