Bab 24

5.2K 426 1
                                    

Akhirnya aku menginjakan kaki di rumahku. Nampaknya Kathy kaget aku pulang bersama Xyrus. Tentu saja itu membuatnya kaget. Xyrus yang sudah lama tidak berada di rumah dan tiba-tiba muncul.

Matahari telah terbenam, hari telah berlalu dengan cepat. Kathy membawakan bungkusan belanjaanku ke dalam kamarku. Para pelayan yang lain mempersiapkan kolam mandi untukku. Nampaknya para koki di dapur juga sudah bersiap untuk memasak.

Xyrus berpisah jalan denganku. Sepertinya dia ingin kembali ke kamarnya. Meskipun dia sudah melakukan perjalanan, dia tak terlihat lelah. Mungkin sihir mempermudahkan segalanya.

Oh iya... aku meminta Xyrus untuk menyelidiki kejadian aneh itu. Apa aku menemuinya besok saja? Mungkin dia tak lelah, tetapi tetap saja dia baru kembali.

Keluar dari kamar mandiku dan duduk di sofa kamarku. Dihadapanku terdapat buku di atas meja yang berisikan tentang Kerajaan Leir. Kemarin hari aku membawa buku itu dari perpustakaan. Tetapi belum sempat kubaca, baru kutaruh di meja.

"Ini tehnya nona..."

"Terima kasih Kathy."

"Sama-sama nona."

Kathy datang membawakan aku teh hangat. Tehnya harum dan enak. Pilihan yang tepat kalau minum teh sesudah mandi. Setelah tegukan pertama, aku langsung membaca bukunya.

Kerajaan Leir adalah kerajaan kecil yang lebih memilih melakukan perjanjian penggabungan wilayah dari pada jalan peperangan. Raja Kerajaan Leir terakhir sudah berusia sangat tua dan dia hanya memiliki seorang putri.

Dia melakukan perjanjian penggabungan daerah dengan Kaisar terdahulu. Setelah melakukan perjanjian, Raja Kerajaan Leir meninggal dengan meninggalkan putri tunggalnya. Akhirnya raja terdahulu menikahkannya dengan Marquis Fordien.

Ah... ternyata disini juga tertulis bahwa pernikahan Marquis Fordien dengan Putri Leir tidak sebatas perkawinan politik saja, namun berlandaskan dengan perasaan mereka masing-masing. Kalau tidak salah aku pernah membacanya di buku lain, kalau Keluarga Fordien dan Keluarga Phyrey masih ada ikatan keluarga.

Sudah larut malam, nampaknya kasur-nya sudah dirapikan pada saat aku mandi. Lampunya dimatikan olehku, empuk dan dinginnya kasur sangat cocok untuk aku tidur. Aku melihatnya.... Langit yang berbintang di jendela besarku. Entah mengapa aku rindu untuk pulang....

***

"Uh... Lain kali jangan suruh aku untuk kesana lagi! Saat aku memasuki perbatasan auranya sudah tidak enak. Aku melakukan ini karena maafku yang kemarin tau! Sepertinya aku harus mandi beberapa kali. Jubahku juga mungkin terkena aura kotornya !"

Oh ini dia... Xyrus yang tukang mengomel telah datang kembali. Dia lebih banyak bicara daripada wanita umumnya. Aku hanya mendengarkannya sambil membuatkan kopi untuknya.

"Ngomong-ngomong... Hei, kenapa ayahmu ada di tempat kotor seperti itu?"

"Mungkin tugas dari Baginda Raja..."

"Ayahmu sudah berhari-hari ada di tempat kotor itu.. Apa dia tidak merasa jijik? Kalau aku jadi ayahmu, mungkin bakal kutolak permintaan raja. Kalau tidak pura-pura bekerja. Tapi seumur hidupku, aku belum pernah merasakan banyak aura negatif seperti itu. Bisa dibilang ini pengalaman menjijikan pertama dan terakhir kalinya. Lumayan jika dijadikan pengalaman susah. Hei! Jangan pernah menyuruhku untuk datang kesana lagi, oke?!"

"Iya, ya, ya."

Akhirnya dia diam. Benar-benar Xyrus yang kukenal ini banyak mengoceh. Dia sudah mengoceh selama aku membuat kopi. Dia duduk di kursi dekat meja besar dapur. Kepalanya di tumpukan ke kepalan tangan dan tangannya di atas meja. Seperti biasa, duduknya selonjoran dan kaki diangkat ke atas. Sekarang dia lebih bisa diajak berkomunikasi, tidak seperti dulu saat baru pertama kali bertemu dengannya.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang