Bab 44

2.5K 288 2
                                    

"Katakanlah, siapa kamu?"

Sepertinya William sangat ingin cepat-cepat mengintrogasi penyihir itu. Tetapi dia masih menundukan kepalanya, walaupun matanya sudah mulai terbuka.

"William, bukankah itu terlalu cepat? Biarkan dia sadar sepenuhnya dulu," kataku.

"Baiklah."

Dia menuruti perkataanku dan langsung punggungnya bersandar di kursi lagi. Tetapi raut wajahnya seakan-akan aku memarahinya. Apa aku memiliki nada yang kasar saat aku berbicara? Ah! Penyihir itu sudah mulai sadar.

"Ugh! Apa ini!"

Teriakannya membuat Aku dan Celica bergetar. Suaranya yang berat dan kasar. Kalau kupikir-pikir, umurnya tidak semuda aku atau tidak setua ayah. Pakaiannya juga mirip dengan Xyrus. Dia bergerak menggeliat dan melepaskan sihir miliknya. Dia merapal sebuah mantra, agar jeratan tali yang mengikat tangan dan kakinya bisa terlepas.

Apa dia tahu bahwa itu bukan ikatan yang biasa? Ikatan itu sengaja ditambahkan dengan sihir Xyrus agar dia tidak bisa membukanya dengan mudah. Tapi aku tak menyangka sihir pengikat Xyrus lebih kuat daripada sihir pelepas miliknya.

"Kamu tidak akan bisa melepaskannya."

Sesaat setelah Sebastian mengatakan hal itu, dia langsung menatapnya dengan penuh marah dan arogan.

"Haha! Apa yang kamu inginkan? Akan aku kabulkan semuanya," kata penyihir itu.

"Aku tidak akan tertipu dengan trik murahan seperti itu. Daripada keinginanku, akan kukabulkan keinginanmu sekarang. Benar kan, William?"

"Hah?" jawab William yang tidak tau maksud dari perkataan Sebastian.

Sebastian menyeringai dan menoleh ke arah William. Saat itu dia sedang meminum kopi, menunggu Sebastian yang sedang berbicara kepada penyihir itu. Dia menaruh cangkir kopinya ke atas meja dan menatap penyihir itu dalam-dalam.

"Kalau kamu menuruti semua kata-kataku, kamu akan aku bebaskan," kata Sebastian.

Mau tak mau penyihir itu harus mau melakukannya. Saat ini dia terlihat pasrah, karena sihirnya tidak mampu membebaskan dirinya dari situasi ini. Kalau aku berada di posisi penyihir itu, aku pasti akan melihat Xyrus, William dan Sebastian adalah orang yang bisa membunuhku kapan saja.

Xyrus yang memiliki kemampuan hebat dalam sihir, William yang dapat menghunuskan pedangnya kapanpun, dan Sebastian yang pintar berkata-kata bahkan dapat membuat kondisinya lebih buruk saat ini.

"Pertama-tama, apakah kamu orang yang bekerja untuk Marquis Soloma?" kata William.

"Marquis Soloma? Haa... Saya sungguh tidak tahu orang itu," jawab penyihir itu dengan desahan berat.

"Benarkah?"

Saat kata itu keluar dari mulut William, dia menyentuh pedang yang disimpan di kiri pinggangnya. Pedang itu masih berada dalam sarungnya, tetapi pergerakan William adalah sebuah siksaan bagi penyihir malang itu. Jika kamu tidak menjawab dengan benar, kamu tidak akan bisa bernafas lagi.

Wajah penyihir itu terlihat bergetar dan berkeringat. Mungkin saja dia mengatakan hal yang sejujurnya. Jika perkataan penyihir itu adalah benar, maka apa mungkin penyihir yang dibawa Xyrus salah? Aku melirik kearah Xyrus. Terus terang saja, aku berpikir bahwa Xyrus tidak mungkin berbuat hal seceroboh itu. Apa mungkin dia tidak tahu orang yang mempekerjakannya?

"Saya tidak mengenal orang itu. Saya berani sumpah."

Penyihir itu terlihat tidak berbohong. Tetapi tangan William mulai memegang pedangnya. Saat itulah aku yang akan menjadi orang yang mulai mengintrogasi penyihir itu.

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang