12

4.8K 363 22
                                    

Setelah meneguk kandas teh hangat yang dibawa Agra. Tara merasa lebih memiliki banyak nyawa. Gadis itu memutuskan untuk meninggalkan ruangan beraromakan obat-obatan yang menusuk penciuman "Pergi sana, enek gue liat muka lo!"

"Lo ngusir gue," tunjuk Agra pada dirinya sendiri.

"Bukan, gue ngusir meja. Yaiyalah, emang siapa lagi?! Kita cuman berdua di ruangan ini bego!" kesal Tara gadis itu meletakkan gelas bekas teh hangat di atas meja nakas dengan keras.

"Udah dibawain makanan juga, bukannya terima kasih, eh, malah ngusir," guman Agra memalingkan wajah.

"Nggak ikhlas lo!"


"Iya, iya, gue ikhlas. Dasar cewek nggak ada akhlak! Untung sayang."

"Sayang? gue harap bukan omong kosong," batin Tara, bersamaan kedua bola matanya masih setia menatap punggung kekar lelaki yang masih asing baginya. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya terangkat ke atas hingga menampakkan sebuah lekukan.

Merasa sudah tidak ada orang. Tara memutuskan untuk meninggalkan UKS juga. walaupun kepala masih berdenyut-denyut dan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.

"Ra, lo seharusnya di UKS aja," ucap Meysha kepada gadis yang baru saja datang dan duduk di dekatnya.

"Iya, Ra. Maaf, yah, tadi kita nggak jemput soalnya kita pikir lo nggak bakalan ke sini." Aundry menambahi ucapan dari Meysha kedua bola matanya fokus menatap lukisan yang dibuatnya di kertas.

"Nggak papa kali, gue juga nggak selemah itu, emang kalian pikir gue udah sekarat sampai harus dijemput segala."


Mendengar jawaban Tara kedua sahabatnya hanya bisa menganggukkan kepala pasrah. Saat sakit Tara tidak pernah mau mengakuinya. Ia adalah tipe gadis yang lebih nyaman memendam rasa sakit sendiri dan tak mau berbagi kepada siapa pun.

Suara derap langkah berat terdengar di luar ruangan X IPS 2. Semua pandangan penghuninya langsung terarah ke sumber suara berharap apa yang dikatakan ketua kelas itu benar. Bahwa guru yang akan mengajar pelajaran terakhir sedang izin keluar kota.

Ceklek!

"Gue mau ngomong sama Tara!"

Semua siswa secara bersamaan mengembuskan napas lega, melihat siapa yang datang.

"Kak Fian, lo ngagetin kita tau nggak!" sentak Aundry dengan nada yang menaruh sedikit bumbu-bumbu tak suka.

"Ada urusan apa lo sama Tara?" tanya Meysha dengan tatapan mata yang penuh kebencian.

"ini bukan urusan lo." Fian kini berupaya menarik tangan Tara untuk berdiri dari kursinya.

"Ini tentu urusan gue, Tara sahabat gue, jadi urusan Tara juga urusan gue, ngerti 'kan!" sungut Meysha berdiri di antara dua bersaudara itu.

"Udah, Sha ... ini urusan gue." Tara melepas genggaman Meysha dan berjalan mengekori Fian meninggalkan kelasnya.

"Awas sampai terjadi apa-apa sama Tara!" ancam Meysha sedikit berteriak karena jarak dirinya dengan Fian sudah cukup jauh.

Tara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang