Raffael dan Tara telah menginjakkan kaki di koridor kelas X IPS. Mereka berjalan beriringan di tengah-tengah siswa-siswi yang berdiri maupun duduk di pinggir koridor yang memiliki motto mencampuri urusan orang, tapi bagi Raffael dan Tara mereka hanyalah semut yang berkumpul mencari makanan.
"Kalo boleh tau pacar lo ada urusan apa pagi-pagi gini?" tanya Raffael memulai pembicaraan.
"Entah," jawab Tara singkat matanya fokus menatap layar handphone.
"Kok urusan pacar sendiri nggak tau, sih. Aneh," ucap Raffael disertai gelengan kepala
Tara mematikan layar handphonenya dan memasukkan benda pipih itu ke dalam saku seragam. "Gue cuman pacarnya Kak bukan keluarganya yang tahu semuanya. Gue nggak mau maksa dia ngasih tahu mungkin aja itu privasi."
"Gimana kalo urusannya aneh-aneh?"
Tara sangat tahu ke arah mana pembicaraan kakak angkatnya. "Nggak usah khawatir, Kak. Gue percaya sama dia. Lo tau kan kunci langgeng dalam suatu hubungan itu adalah kepercayaan."
Raffael mengacak-acak rambut gadis di sampingnya. "Makin bijak aja lo. Gue cuman khawatir lo disakitin sama dia."
"Caelah, kakak gue care banget deh." Tara terkekeh.
Seiring perbincangan tak terasa mereka telah berada tepat di depan pintu kelas X IPS 2 yang malah tertutup.
"Loh, pintunya kok nggak kebuka?" Tara mengerutkan kening sambil menoleh ke seberang arah mencari keberadaan salah satu teman kelasnya.
"Meysha sama Aundry udah dateng?" tanya Raffael memutar knop pintu tersebut. "Nggak ke kunci, nih."
"Kayaknya udah dateng, deh. Soalnya mobil mereka udah ada diparkiran."
"Perasaan gue nggak enak, lo jalan di belakang gue, yah," ujar Raffael menginstruksi.
Ceklek!
Bersamaan dengan terbukanya pintu, semburan demi semburan air mengenai muka Raffael dan juga seragamnya sedangkan Tara hanya terkena beberapa titik air karena ia berdiri di belakang lelaki tinggi itu.
Setelah semburan air yang ditembakkan padanya, Raffael mengusap wajah kasar karena seragamnya basah kuyup perutnya yang berbentuk susunan roti tampak jelas terpampang membuat beberapa kaum hawa kelas X IPS 2 membelalakkan mata.
"Aduh, nggak lihat kok nggak lihat sumpah," celetuk Aundry berpura-pura menutup mata dengan tangan padahal ia masih dapat melihat milik Raffael di sela-sela jarinya.
"Gue aduin Ado tau rasa lo!" bisik Meysha mencoba memperingati gadis di depannya untuk menahan diri.
"Yeh, jangan dong. Gue kan cuman mau nyengerin mata," ujar Aundry menyingkirkan tangannya dari wajah.
"Nyegerin? Tenggorokan kali," sembur Gani salah satu murid yang sekelas dengan Tara sering dijuluki Fakboy yang sok-sok-an tobat.
"Diam lo! Bdw, kenapa lo yang muncul Kak? Tara mana?" tanya Aundry setelah sadar tak melihat batang hidung sahabatnya.
"Cari gue," ujar gadis yang tiba-tiba muncul dari belakang Raffael.
"Ternyata lo di situ, saking pendeknya nggak keliatan," ledek Aundry seluruh kelas tertawa dibuatnya.
Tara menatap mereka yang menertawakannya satu persatu dengan sorotan membunuh membuat suasana kelas jadi hening seketika. "Gue nggak pendek, Kak Raffael aja yang ketinggian."
"Iya, Ra, tapi jangan natap gitu juga dong, kayak mo makan kita aja." Aundry terkekeh
Raffael melapisi seragamnya dengan jaket yang kebetulan di bawahnya. "Ra, gue mau ganti baju dulu, sana masuk." lelaki itu berlalu memberi jalan kepada Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tara [END]
Teen FictionAttara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam jurang kehancuran, yang di buat oleh keluarganya sendiri. Bertahun-tahun ia hidup dalam kesakitan b...