32

4K 231 0
                                    

Baru beberapa menit bel berbunyi kantin sudah sangat ramai di tempati oleh siswa-siswi.

"Udah, bengongnya, Vin?" tanya Ado kepada lelaki yang sedari tadi duduk bertopang dagu.

"Ehh, iya kenapa?" Davin mengambil handphonenya yang tergeletak di meja.

"Lo nggak mau ketemu Meysha?" tanya Agra, tampaknya lelaki itu sudah bersiap pergi ke tempat di mana ia bisa mengisi perut dan bertemu dengan kekasihnya.

Davin mengetahui apa yang di maksud oleh Agra. "Yaudah, ayok!" ujar Davin melangkahkan kaki keluar kelas diikuti oleh kedua lelaki di sampingnya.

Sesampainya di pintu kantin Agra dapat melihat lambain tangan kekasihnya. Kali ini ia memimpin jalan menuju bangku yang hanya dihuni oleh dua orang.

"Loh, Yang. Sahabat lo yang satu mana?" tanya Ado menatap tempat yang kosong di samping Tara. Ia lalu mendaratkan tubuh pada kursi yang terletak di hadapan gadis yang di tanyainya.

Agra juga melakukan hal sama, ia duduk di hadapan Tara, tapi kali ini seseorang yang duduk di hadapan Davin tidak terlihat.

"Meysha ke mana?" kali ini Davin mengeluarkan suara karena ia juga merasa penasaran akan keberadaan gadis yang pernah menjabat sebagai pacarnya.

"Ohh, Meysha nggak mau ikut masih kenyang katanya, tapi menurut gue dia bohong, sih. Dia nggak ke kantin karena nggak mau ketemu sama seseorang mungkin." Aundr berusaha membuat Davin mengerti akan maksudnya.

Akan tetapi Davin hanya ber oh-ria sebagai balasannya.

"Yallah, nih cowok nggak peka atau gimana, sih? Peng gue jitak, deh," batin Aundry, ia melampiaskan kekesalannya pada bakso yang malang, gadis itu menusuk-nusuk makanan bulat kecil tersebut.

Tara mengetahui maksud dari sahabatnya, ia tahu Davin adalah lelaki yang tidak mempan jika hanya di kode-kodein.

"Lo nggak mau gitu beliin makanan buat Meysha? Dari pagi dia belum makan, apa lo tunggu sampe Fathur yang beliin makanan buat dia?" ujar Tara, ia yakin caranya kali ini akan berhasil. Lagi pula ia juga tidak suka basa-basi, gadis bergingsul itu lebih suka to the point.

Setelah mendengar ucapan Tara, Davin langsung meninggalkan meja berjalan menuju tempat pemesanan makanan, setelah pesanannya sudah terbungkus, lelaki berlesung pipi itu melangkahkan kakinya keluar dari kantin.

Tak butuh waktu lama, kelas gadis yang dicarinya sudah terlihat di depan mata, Davin tinggal melangkah beberapa langkah saja.

Ayunan kakinya terhenti di depan meja sang gadis, matanya terbelalak melihat pemandangan di depannya, sungguh romantis. Davin lupa melihat situasi sebelum masuk, tadi ia hanya fokus menatap ujung sepatunya.

"Davin," panggil Meysha, ia tidak menyangka bahwa lelaki yang tidak pernah menyapanya, kini berdiri di hadapannya menenteng sebuah kresek putih.

"Maaf, ngeganggu. Nih, gue bawa makanan, katanya lo belum makan dari tadi pagi." Davin meletakkan kresek putih yang ditetengnya tadi di meja Meysha, ia terlambat Fathur sudah ada di samping gadis yang dicintainya selama ini.

Davin meninggalkan kelas tersebut dengan wajah kusut.

Meysha membuka kresek yang dibawah oleh Davin, terbit seulas senyum di bibirnya. "Ternyata lo masih khawatir sama gue," batin Meysha.

"Lo nggak mau nyusulin Davin gitu?" tanya Fathur

"Emang lo nggak papa sendiri di sini?"

"Nggak papa kok, Mey."

Tara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang