Gadis berambut hitam pekat sedang duduk di kursi panjang yang mengarah langsung ke arah parkiran dan lapangan sekolah, puntung dan abu rokok berserahkan di bawah kakinya, saat ini ia tengah menghisap rokok terakhirnya.
Air bening terus menetes dari pelupuk mata jatuh melewati pipi dan turun membasahi rok mini berwarna abu-abu yang dikenakan.
Saat ini ia hanya butuh waktu sendiri untuk menenangkan hati dan pikiran karena amarah masih bergemuruh di dalam sana.
Hanya ada angin dan cahaya matahari yang tidak terlalu terik menemani sepinya. Rooftop memang tempat yang selalu dikunjungi saat hati dan pikiran tidak sejalan.
"Arrgghhhhh!!" teriak Tara sekencang mungkin.
Matanya sembab fokus melihat asap yang keluar dari mulut, terkadang ia membentuk asap itu menjadi bentuk 'O'.
Di tempat lain Agra selalu melirik ke arah bangku paling ujung tempat yang sering di tempati oleh gadis yang berstatus sebagai mantan kekasihnya.
"Gue mau ke toilet dulu," pamit Agra kepada kedua sahabatnya, Davin dan Ado hanya mengangguk tanda mengiyakan.
Sebenarnya itu cuman akal-akalan Agra, saat ini pikirannya dipenuhi oleh gadis bernama Tara itu. Firasatnya mengatakan bahwa gadis itu tengah berada di rooftop sekolah, sekarang kakinya melangkah perlahan menaiki tangga yang menuju rooftop.
Dan benar saja gadis yang di carinya ada di sana. Ia hanya bisa memandang dari jauh, di dalam benaknya tersirat rasa bersalah bercampur kebencian.
"Maafin gue, gue nggak tahu harus apa, Ra? Gue bodoh, gue brengsek, gue nggak bisa liat lo nangis," lirih Agra dengan raut wajah sendu.
Tak sampai beberapa detik ia mengatakan itu seseorang tiba-tiba datang dan membalas ucapannya.
"Kalo lo nggak mau dia nangis seharusnya lo ngebela dia tadi pagi."
"Lo!" Agra sedikit terkejut.
"Iya, kenapa emang?!" bentak Raffael tangannya menenteng sebuah kresek putih dan kotak P3K.
"Nggak papa, santai aja kali.'
"Gue nggak bisa santai kalo lagi berhadapan sama orang yang udah nyakitin adek gue." Raffael menatap sendu gadis yang berada beberapa meter darinya.
"Lo liat kan gimana adek gue sekarang? Adek gue itu udah sakit kenapa lo sakitin lagi?!"
Agra hanya tertunduk tak ingin membalas ucapan Raffael, ia sadar perlakuannya terhadap Tara sedikit berlebihan.
"Lo nggak ada bedanya sama keluarga Ganendra yang terhormat itu. Mending sekarang lo pergi gue nggak mau sampe adek gue ngeliat lo, pergi!!" usir Raffael.
Agra menatap sekilas Tara. kemudian berjalan pergi sesuai perintah dari Raffael. Setelah memastikan lelaki itu sudah benar-benar hilang, Raffael memutuskan berjalan pelan mendekati gadis yang duduk di sebuah kursi kayu tunggal, merasa sudah dekat dengan cepat ia meraih sebatang rokok yang tertancap di bibir merah alami milik gadis tersebut.
"Udah baca tata tertib nomor 6 belum?" tanya Raffael menginjak-injak rokok tersebut.
"Di larang merokok di kawasan sekolah terutama laki-laki jika ketahuan melanggar harus siap menerima sanksi dan hukuman dari pihak sekolah," jawab Tara tanpa menoleh ke arah orang yang menanyainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tara [END]
Teen FictionAttara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam jurang kehancuran, yang di buat oleh keluarganya sendiri. Bertahun-tahun ia hidup dalam kesakitan b...