"Agra tunggu bentar gue mau ngomong!" teriak Aundry dari kejauhan, Agra yang mendengar teriakan itu kemudian menghentikan mesin motornya.
"Kenapa, Dry?" tanya Agra menaikkan kaca helm agar tidak mengganggu suasana perbincangan.
"Oh itu, anu ...." Aundry menjeda ucapan berpikir kalimat apa yang bisa membuat Agra percaya.
"Anu? Cepetan deh, gue nggak banyak waktu atau ngomongnya besok aja, gimana?" Agra kembali menyalakan mesin kendaraannya.
"Nggak bisa Gra, gue harus ngomong sekarang ini berkaitan dengan hubungan lo sama Tara."
Perkataan Aundry sukses menghentikan Agra. Agra menaikkan satu alisnya bertanya dengan bahasa isyarat.
"Lo nggak mau gitu ngikutin Tara? Siapa tau itu cuman akal-akalan Raffael aja buat jalan sama dia."
"Lo nuduh Tara selingkuh? Lo ada masalah yah, sama Rara sampai nuduh dia yang nggak-nggak?" Agra tertawa kecil sesekali menggeleng.
"Pertama gue bukan nuduh tapi itu firasat dan kedua gue sama Tara baik-baik aja. Gue ngelakuin ini supaya hubungan kalian nggak kenapa-napa ke depannya." Sungguh gadis yang ahli dalam berakting
"Nggak usah percaya sama firasat lo, gue yakin Rara dan Raffael nggak ada apa-apa."
"Kenapa lo bisa seyakin itu? Apa lo bisa menjamin hubungan kakak dan adik angkat nggak bisa berubah? Pokirin baik-baik Agra, gue tahu lo pasti paham 'kan?" tekan Aundry menepuk-nepuk bahu Agra.
Aundry kemudian melangkah pergi meninggalkan Agra tapi langkahnya kembali terhenti ia merasa masih ada yang perlu diucapkan. "Kalo yang gue bilang benar, gue harap lo jangan beberin ke siapa-siapa apalagi Tara kalo gue yang ngasih tau lo. Gue anggap itu sebagai tanda terimakasih, selain itu gue juga bisa bantu lo lagi di kemudian hari."
Agra menatap punggung Aundry yang mulai jauh, ia segera menarik gas meninggalkan area parkiran sekolah berharap apa yang dikatakan Aundry tidak benar.
"Emang lo mau ngomong apa, Ra?!" teriak Raffael berharap suaranya dapat menyaingin suara deru motor dan lalu lalang kendaraan lain.
"Nanti pas di cafe soalnya suara lo nggak jelas!" teriak Tara tidak kalah keras.
Akhirnya Raffael dan juga Tara dapat melihat papan yang terpajang di suatu bangunan di sana tertulis CMIRIO CAFE.
Sesampainya di depan bangunan tersebut, Raffael segera memarkirkan motor sport di tempat yang disediakan khusus oleh pihak cafe kemudian berjalan masuk menyusul Tara yang sudah ada di dalam sana.
"Hy, Ra, udah mau masuk lagi?" sapa lelaki yang berdiri di depan meja kasir.
"Nggak Kak, kayaknya besok aja soalnya gue kesini cuman mau ngomong sama Raffael aja, gue pikir ini tempat yang bagus," jawab Tara
"Oh yaudah."
Itulah akhir pembicaraan Raka dan Tara, ia masih merasakan aura kecanggungan dari Tara, lelaki itu memutuskan untuk masuk ke ruangan kerjanya.
Sementara Tara memilih duduk di meja yang membelakangi pintu dan Raffael duduk di depannya.
"Lo mau ngomong apa?" tanya Raffael memulai pembicaraan
"Tunggu bentar Kak, pesan dulu kek, gue laper soalnya, sekalian traktir, yah," pinta Tara memperlihatkan wajah yang diimut-imutkan.
Raffael hanya mendengkus pasrah lantas memesan beberapa menu yang tersedia.
Sembari menunggu Raffael kembali memulai perbincangan.
"Cowok lo posisef banget, yah?"
"Iya, gue heran kenapa bisa pacaran sama dia?" jawab Tara setengah tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tara [END]
Подростковая литератураAttara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam jurang kehancuran, yang di buat oleh keluarganya sendiri. Bertahun-tahun ia hidup dalam kesakitan b...