30

4.6K 268 3
                                    

Cuaca cukup cerah menemani gadis di sebuah taman yang kini tengah menitihkan airmata. Tara hanya menatap kosong ke depan, darah segar masih terus menetes membasahi rumput di bawah kursi panjang tersebut.

"Kalian jangan main jauh-jauh, yah. Mama, Papa, Kak Fian dan Kak Naya mau siapin bahan-bahan camping dulu," pesan Seina kepada kedua gadis kecil kembar di hadapannya. Kedua gadis tersebut mengangguk sebagai balasan kemudian pergi meninggalkan sang ibu.

"Kita mau main apa, Tiara?" tanya Tara kepada saudara kembarnya.

"Main kejar-kejaran aja gimana?"

"Kayaknya seru tuh." Tara tersenyum antusias. "Yaudah kamu yang jadi duluan." Tara memegang lengan sang kakak kemudian berlari menjauh.

Tara menjulurkan lidah menampakkan raut mengesalkannya. "Kejar aku Tiara, kejar aku!"

"Dasar curang!" Tiara berlari ke arah sang adik berusaha menangkapnya.

Tawa kedua gadis kecil itu terdengar menggema di halaman rumah keluarga Ganendra. Seina dan juga suaminya menatap anak-anaknya dengan senyuman merekah di bibir.

Arka melihat-lihat Fian dan Naya yang sibuk mempersiapkan alat-alat camping keluarga besok, sedangkan Seina melihat-lihat kedua putri kembarnya yang tengah asik bermain. Sungguh keluarga yang harmonis.

Tiba-tiba Seina berlari menghampiri kedua putri kembar karena salah satu dari mereka terjatuh karena tersandung sesuatu.

"Naya! cepat ambilin Mama kotak P3K, adik kamu jatuh!" seru Seina kerutan tercetak jelas di kening dengan pandangan khawatir tak lepas pada objek penuh cairan merah.

Naya yang mendengar teriakan sang ibu langsung saja pergi mengambil benda yang diperintahkan. "Iya, Ma!"

"Auww ... sakit Ma." Gadis kecil itu meringis kesakitan memegani lutut kanannya.

"Tahan, yah sayang, bentar lagi," ujar Seina mengusap-ngusap lembut rambut putri kecilnya.

"Maafin Tiara, Ma. Tara jatuh karena Tiara." Gadis lain yang berdiri di sampingnya tertunduk dalam mengaitkan jari-jari.

"Nggak papa, sayang. Ini bukan salah kamu, nggak usah khawatir adik kamu nggak akan kenapa-napa kok. Kan cuman kesandung doang." Seina tersenyum ke arah Tiara

"Nih, Ma." Naya memberikan kotak P3K kepada ibunya.

"Sayang lain kali hati-hati, yah. Untung cuman luka kecil." Seina mengusapkan obat merah di atas luka Tara, gadis kecil itu sesekali meringis menahan perih, tapi Seina selalu mengusap puncuk kepalanya sehingga ia lupa akan rasa sakitnya.

kenangan indah kembali terlintas di otak Tara, kenangan yang bisa membuatnya tersenyum dan juga membuat hatinya tersayat.

Tara selalu merindukan saat di mana ibunya masih mengusap rambutnya lembut, menatapnya penuh kekhawatiran jika dirinya tengah terluka. Tapi sekarang keadaan berbanding terbalik, sang ibu yang dianggapnya pelindung bahkan tega menyakitinya.

Setetes demi setetes air mata terus berjatuhan di atas rumput bersamaan dengan terlintasnya kenangan indah tersebut.

Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya kemudian meraih tangan terluka milik Tara.

"Tangan kamu? Kenapa bisa begini?" tanya lelaki tersebut, matanya tak henti menatap tangan penuh darah itu, untung saja Tara sempat menyingkirkan pecahan kaca yang menempel di sana.

Tara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang