"Siapa yang masangin tuh dasi?"" tanya Agra matanya melirik sekilas kain yang melilit kerah seragam Tara.
"Kak Naya."
Agra berjalan mendekati Tara dengan tangan masih meneteng helm.
"Naya jahat, itukan hak aku buat masangin dasi kamu setiap pagi. Dia malah seenak jidat ngambil hak itu," gerutu Agra, lelaki itu fokus memasang helm di kepala Tara.
Tara menghela nafas kasar di balik helm yang kini membungkus kepalanya. "Dia kakak aku, kamu nggak wajar cemburu sama dia."
"Iya-iya, Nona jutek," ujar Agra cemberut, lelaki itu kemudian naik ke besi beroda duanya diikuti Tara.
Tiga puluh menit berlalu, kedua remaja itu kini menginjakkan kaki di koridor sekolah, mereka berjalan beriringan.
"Ra, kita ke taman belakang dulu, yuk," ajak Agra
"Untuk apa?"
Agra langsung saja menggandeng tangan Tara tanpa mau menjawab pertanyaannya. Banyak pasang mata yang menatap mereka kagum, tapi sebagian ada yang menatap mereka penuh ketidaksukaan.
Agra tidak memperdulikan hal itu, ia malah semakin mempererat genggamannya pada tangan Tara.
Sampailah mereka di tempat yang dituju. Kedua remaja itu duduk di bangku panjang yang tersedia di taman belakang sekolah.
"Aku mau ngasih sesuatu ke kamu, tapi sebelum itu kamu diwajidkan buat nutup mata."
Tara memilih langsung memejamkan mata tanpa niat memperpanjang urusan.
Agra meraih sebuah kotak dengan ukuran sebesar buku dibaluti dengan kertas kado berwarna biru bergambar doraemon.
"Sekarang buka mata kamu," pinta Agra dengan senyum mengembang.
Pandangan gadis pemilik mata elang langsung terarah pada kotak yang di pegang Agra.
"Buat kamu."
Tara meraih kota tersebut kemudian membukanya, matanya membulat saat melihat isi kotak tersebut.
"Novel?! Ya ampun, kamu tau dari mana kalo aku pengen banget beli novel ini?" tanya Tara masih menatap buku yang di tetengnya.
"Nggak perlu tahu dari mana, intinya aku berhasil buat kamu senyum dan dunia pasti aman-aman aja."
Tara berdecak. "Cih, bisa aja. Gombal Mulu ih!"
Agra terkekeh. "Bukan gombal sayang, itukan udah jadi kewajiban aku buat kamu senyum terus. Oh, yah aku masih punya hadiah kecil buat kamu." Agra meraih kotak kecil di saku jaketnya.
"Itu apaan? Cincin? Agra, aku belum kepikiran buat nikah sama kamu," ucap Tara polos.
Agra tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat yang Tara lontarkan. "Yang mau nikah siapa, Rara?"
"Tuh buktinya, kamu ngasih kotak kecil ke aku, pasti isinya cincin 'kan?" Tara memicingkan mata.
Agra berusaha menahan tawa lantas membuka kotak kecil tersebut yang berisi dua buah gelang.
"Aku pikir cincin."
"Kamu udah pengen banget yah, nikah sama aku? Udah hayo ngaku aja," goda Agra menyipitkan mata dengan jari menunjuk genit.
"Idihh, pede! Aku kan cuman ngeluarin apa kata hati aku, jadi nggak usah ngarep!" Tara memalingkan wajah yang memerah.
"Gitu aja marah, aku kan cuma becanda, nanti kita nikah pas aku udah mapan. Yaudah sih, jangan ngambek lagi, aku nggak tahan kamu diemin," ujar agra mencoba membujuk Tara, tapi gadis itu tak kunjung berbalik ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tara [END]
Teen FictionAttara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam jurang kehancuran, yang di buat oleh keluarganya sendiri. Bertahun-tahun ia hidup dalam kesakitan b...