"Ra, lo harusnya nggak nahan gue buat ngasih pelajaran sama si pengkhianat itu," protes Meysha masih dengan raut wajah kesal.
Saat ini kedua gadis itu berada di kelas yang tentram dan damai sembari melahap sandwich yang tiap harinya Tara bawa atas paksaan dari kakak keduanya.
"Lo bisa diam nggak? Keeselek baru tahu rasa lo!" decak Tara sebelum meneguk air dari botol mineral yang di belinya tadi.
Meysha mengunyah terlebih dahulu sandwich yang memenuhi mulut. "Tapi kan Ra, dia udah ngekhianatin lo dan parahnya dia yang udah ngehancurin hubungan lo sama Agra. Sama aja dia yang ngebuat lo tersiksa selama ini."
"Lebay! Gue nggak ngerasa tersiksa, semua ini udah takdir dan gue harus terima. Aundry ngelakuin itu pasti ada alasannya kan? Ingat tuhan aja selalu ngasih kesempatan buat kita memperbaiki kesalahan, sedangkan kita cuman manusia biasa, nggak ada salahnya kita ngasih dia kesempatan buat ngejelasin semuanya dan yang paling penting dia masih sahabat kita," jelas Tara, saat ini kondisi hatinya sudah agak membaik dari sebelumnya, perlahan ia bisa menerima kejadian tadi pagi.
"Iya, deh, Ra. Gue nyerah."
Suara langkah kaki seorang gadis memenuhi kelas tempat Tara dan Meysha berada sekarang, kedua manik mata remaja tersebut terarah langsung kepada pintu bercat coklat yang saat ini sudah terbuka lebar menampakkan gadis berambut sebahu dengan mata sembabnya.
"Eh, si pengkhianat. Akhirnya lo dateng juga, gue udah capek nunggu. Gue salut sama cara lo main belakang sama kita, gue sampe nggak nyadar, sumpah," celetuk Meysha berjalan ke arah Aundry yang sekarang berdiri tepat di depan papan tulis diikuti oleh Tara di belakangnya.
"Lo di kasih apa sama Kania sampe tega ngegituin sahabat kita? Wah! wah!" Meysha bertepuk tangan meriah disertai gelengan kepala.
Tara berpaling ke arah Meysha kemudian menatap gadis itu tajam seolah menginstruksi untuk diam.
Meysha cukup mengerti kode dari sahabatnya itu ia hanya mengeluh dalam hati karena menurutnya Tara terlalu baik atau bisa juga terlalu naif.
"Sekarang lo bisa jelasin semuanya," ucap Tara dengan nada yang terbilang sangat datar
"Ma-maafin gu-gue, Ra," ujar Aundry terbata-bata menahan isakan tangis. "Gue ngelakuin ini terpaksa, Kania ngancam gue kalo dia bakal ngepublish masa lalu lo ke semua teman-teman kita baik junior maupun senior dan bodohnya gue mau. Gue sadar, Ra, gue sama kayak mereka. Sekarang, lo bisa pukul gue atau hina gue sepuasnya, gue pantas ngedapatin itu semua. Benar kata Meysha gue pengkhianat, gue munafik!"
Tara mendekat ke arah Aundry
Plak!
Satu tamparan darinya mendarat tepat di pipi kanan Aundry membuat gadis itu jatuh tersungkur di bawahnya. Sementara itu, Meysha hanya bisa diam menyaksikan kejadian tersebut sedikit bernapas lega.
"Maafin gue." Aundry tertunduk ia memegang kedua kaki gadis yang menamparnya.
Tara ikut duduk menyetarakan posisi kemudian melepas tangan gadis itu dari kakinya. "Itu tamparan pelajaran buat lo." setelah mengatakan itu Tara langsung memeluk Aundry erat sontak gadis yang didekapnya membelalakkan mata tak percaya.
"Maaf kalo tamparan gue keras, sebagai sahabat gue juga harus tegas sama lo agar suatu saat nanti lo nggak salah ngambil jalan lagi. Gue tau lo ngelakuin itu pasti ada alasannya, nggak papa lupain aja semua udah terlanjur. Asal jangan diulang."
Bukannya diam Aundry malah menangis sejadi-jadinya, ia merasa bersalah telah mengkhianati Tara, sahabatnya malah memaafkannya segampang itu.
Meysha berjalan ke arah kedua sahabatnya yang tengah berpelukan, ia juga ingin bergabung di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tara [END]
Teen FictionAttara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam jurang kehancuran, yang di buat oleh keluarganya sendiri. Bertahun-tahun ia hidup dalam kesakitan b...