16

4.8K 321 21
                                    

"Gue duluan. Oh yah, Do, kali ini lo bareng Davin aja, yah," ucap Agra sembari memakai helmnya tampaknya dia begitu buru-buru.

"Yaudah hati-hati, jangan cuman disamperin, dinyatain juga tuh perasaan!" teriak Ado

Agra hanya membalasnya dengan anggukan serta jempolan tangan, ia pun menancap gas meninggalkan area parkiran dengan suara deru motor yang menggelegar.

Disisi lain sekolah tepatnya di koridor SMA, Raffael sibuk mengotak-atik ponselnya seperti mencari sesuatu didalamnya. senyum tipis terukir diwajahnya ketika menemukan nomor yang dicari-carinya.

"Halo, Nay..."

"Iya, Raf, kenapa?"

"Taranya ada disitu nggak?" Raffael bertanya kepada Naya karena dia tahu kakak kandung Tara satu ini tidak pernah pulang terlalu lama ke mansion Ganendra.

"Nggak, Raf, kayaknya dia keluar deh soalnya nggak ada balasan gitu pas gue ketuk pintunya," jelas gadis di seberang sana.

"Oh, yaudah, makasih." Raffael menutup telepon sepihak, ia melangkahkan kakinya sedikit terburu-buru.

Kini ia sudah berada didalam mobil berwarna merah matanya menatap ke layar ponsel mencari nomor yang sedari tadi membuatnya khawatir.

"Halo, Ra, lo dimana sekarang?"

"Oh, Kak Raffael, gue lagi di luar nih."

"Gue tanya lo dimana sekarang?!" tanya Raffael sedikit menaikkan oktaf suaranya

"Gue ada di Cafenya Kak Raka, Kak."

"Maaf udah ngebentak lo, gue khawatir lo kenapa-napa. Tunggu gue di sana, okey?"

Sama seperti tadi Raffael juga memutuskan teleponnya sepihak.

Gadis yang diteleponnya menggerutu kesal. "Kebiasaan, kalo nutup telpon itu salam kek, bilang ucapan perpisahan kek, apa kek? Jangan main putusin telpon aja, untung lo kakak gue kalo bukan udah gue gigit lo," sambungnya lagi, sembari meletakkan nampan ke tempat pemesanan di Cafe tersebut.

Suara deru motor memasuki rumah bak istana, rumah itu adalah kediaman keluarga Mahardika.

"Assalamualaikum! Ayah, Bunda, Agra pulang!" teriak Agra di ambang pintu rumah hingga pasangan suami istri datang menghampirinya yang tidak lain adalah—Giovano Mahardika dan istrinya—Lalita Mahardika.

"Walaikumsalam," sambut pasangan itu bersamaan. Agra lalu mencium kedua tangan orang tuanya itu.

"Bun, Raka udah pulang?" tanya Agra yang kini berjalan diiringi kedua orang tuanya.

"Belum, kayaknya lagi ngurusin cafenya itu," jawab Lita yang diangguki oleh suaminya.

"Yah, Bun, Agra ke atas dulu yah mau ganti baju."

Selang beberapa menit pria bertubuh kekar dengan tatapan yang tajam, mata bermanik coklat serta bulu mata yang lentik, hari ini ia hanya memakai hoddie berwarna biru tua yang dipasangkan dengan celana panjang berwarna hitam yang membuat ketampanannya semakin terlihat kini berjalan menuruni tangga.

"Mau kemana, sayang?" tanya wanita yang berstatus sebagai ibu dari lelaki tampan itu.

"Mau jengukin masa depannya Agra, ;Bun," jawab Agra senyam-senyum sebelum akhirnya kembali mencium kedua tangan orangtuanya.

"Jangan lupa bawa kesini yah, calon mantu Bunda.

"Sudah pasti, Bunda."

----

Tara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang