Happy reading!
Peduli bisa nyata jika dibarengi ketulusan dan restu kepercayaan
----
SMAN Angkasa, tempat di mana Tara bisa melupakan sejenak rasa sakit batin maupun fisiknya. Kini ia menghentikan tunggangan roda duanya dan memandang sejenak gerbang sekolah sebelum memasuki area parkiran.
Gadis itu memarkirkan motor v-xion hitam kebanggaan di area parkiran khusus kendaraan beroda dua, ia berjalan meninggalkan tempat tersebut sambil meraba tas untuk mengambil benda yang selalu mengganjal kedua telinga, menemaninya menghabiskan waktu dan juga menemaninya untuk sedikit ... hidup.
"Aduh! Gue lupa bawa earphone lagi. Malas banget, kan, harus dengar ocehan mereka," eluh Tara sambil memukul jidatnya sendiri, di depan sana sudah berjejer gerombolan siswa maupun siswi yang siap mencemooh siapa saja yang lewat di hadapan mereka.
Tara mulai berjalan di lantai koridor bersama wajah datar andalannya, baru selangkah ia sudah bisa mendengar bisikan yang ditujukan untuknya.
"Tara lo cantik banget hari ini," oceh seorang laki-laki sembari sesekali mengedip-ngedipkan satu matanya.
"Tara mau nggak jadi pacarnya abang?"
"Sok jual mahal banget, sih, jadi cewek!" desis salah satu gadis yang berdiri di ambang pintu kelas X IPA 2. dengkusan kesal terdengar jelas di akhir kalimatnya
"Jangan deketin Tara! Dia itu cewek nggak benar!"
" Iya, liat aja, tuh, penampilannya berantakan banget kek anak sekolah enggak, kek preman iya!"
"Yaiyalah, berantakan. Hobi dia, kan, cuman berantem nggak jelas. Terus gue denger-denger dia juga nggak dapat perhatian dari ortunya, jadi gitu deh."
"Dasar pembuat onar!"
"Lo tahu nggak? Katanya dia itu nggak dianggap sama keluarganya, kasian banget, 'kan?" ejek seorang gadis sambil menatap sinis ke arah Tara.
Kira-kira seperti itulah bisikan-bisikan yang indra pendengarannya terima pagi ini. Hal ini terjadi setiap hari. Akan tetapi, Tara tidak pernah mengubrisnya, perkataan mereka tidak ada apa-apa dibandingkan rentetan kalimat yang keluarganya lontarkan hampir setiap mereka bertatap muka. Kali ini salah satu bisikan dari seorang gadis yang menatapnya sinis tadi berhasil menghentikan langkah.
Plak!
"Tahu apa lo tentang hidup gue, hah?!" bentak Tara berkacak pinggang, matanya menatap tajam ke arah gadis di hadapannya.
"Emang benar, kan, lo itu anak yang nggak dianggap sama keluarga sendiri?" sosor gadis yang bernama Vandra—salah satu anggota dari KaniaCs yang terkenal di SMA Angkasa sebagai pembully—ia masih setia mengusap pipinya yang memerah akibat tamparan keras dari Tara.
"Jaga, ya, mulut lo!" gertak Tara sambil menunjuk geram ke arah Vandra, sementara gadis yang ditunjuknya malah tersenyum meremehkan.
"Dan gue juga dengar kalo lo sendiri yang ngebu-,
Plak!
Tamparan kedua Tara layangkan pada pipi mulus milik Vandra yang bahkan belum sempat menyentuh pipi lainnya yang begitu sakit. Ia melakukan itu seolah tahu kata apa yang akan dikeluarkan Vandra selanjutnya. Tanpa basa-basi Tara pun menonjok dan memukuli Vandra tanpa ampun. Bagi Tara, siapa pun yang berani mencampuri masalah pribadinya maka orang tersebut musuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tara [END]
Teen FictionAttara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam jurang kehancuran, yang di buat oleh keluarganya sendiri. Bertahun-tahun ia hidup dalam kesakitan b...