Tara melirik jam kotak yang terletak di meja nakas. Tampaknya pagi sudah berganti siang, ini saatnya ia menemui orang yang menawarkannya pekerjaan.
Tanpa pikir panjang ia memasang jaket kulit berwarna hitam yang melapisi baju berwarna biru muda yang melekat di tubuhnya.
Ia meraih kunci motor yang bergelantung di belakang pintu kamar sebelum akhirnya berjalan keluar meninggalkan ruangan yang sangat dicintainya.
Setelah berhasil melewati semua undakan tangga, matanya menatap sekilas ke arah orang yang terduduk di sofa ruang tamu dengan tangan yang meneteng remot tv.
"Mau ke mana kamu?" tanya Arka menatap Tara dari ujung kaki hingga kepala.
"Keluar," jawab Tara menghentikan langkah sebentar lalu meneruskannya kembali.
"Kurang ajar sekali, saya belum selasai ngomong dia main pergi saja," batin Arka.
Di sisi lain tampaknya seseorang sedang gelisah, seperti mengkhawatirkan orang tapi tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.
"Agra! Lo dari tadi cuman ngaduk-ngaduk tuh bakso, kapan di makannya coba?" tanya Davin yang sedari tadi memperhatikan Agra, lebih jelasnya bukan Agra tapi baksonya.
"Tenang aja kali, besok pasti dia udah datang. Tara bukan cewek lemah kek mantan-mantan lo." Sepertinya Ado mengetahui isi pikiran sahabatnya.
Agra tidak merespon pernyataan kedua sahabatnya, matanya beralih menatap ke bangku paling ujung yang dihuni dua gadis cantik dan satu orang lelaki bertubuh kekar.
Kakinya perlahan melangkah ke tempat yang matanya tuju."Agra mau ke mana?!" teriak Davin.
"Udah ikutin aja," ajak Ado sembari meneteng mangkok bakso yang di pesannya tadi, sayang kalo ditinggal begitu aja, mubazir.
Agra mendaratkan bokong di kursi dekat Rafael diikuti oleh kedua temannya, membuat orang-orang yang duduk di meja tersebut sedikit terkejut dengan alis terangkat.
"Ngapain kalian bertiga ke sini?"
tanya Aundry menatap lamat ketiga sejoli secara bergantian seolah mereka telah mencuri barang miliknya."Tara nggak ke sekolah hari ini, dia sakit," ucap Meysha mengerti maksud kedatangan dari Agra.
"Gue tau, gue ke sini karena ada urusan sama Raffael."
"Gue?" tunjuk Rafael kepada diri sendiri dengan kening berkerut. "Ada urusan apa lo sama gue?"
"Ini penting gue tunggu lo di taman belakang sekolah." Agra meninggalkan meja itu dan berlalu keluar meninggalkan kantin.
"Ok guys, gue cabut dulu katanya anak itu ada urusan ama gue," pamit Raffael kepada penghuni bangku tersebut sebelum akhirnya berlalu pergi menyusul Agra.
"Astagfirullah!" histeris Aundry hingga orang yang berada satu meja dengannya dibuat mengelus dada.
"Apaan sih, Dry?" kesal Meysha.
"Anu ...."
"Apaan, Nek Lampir?" tanya Ado yang hampir tersendak mendengar suara Aundry yang menurutnya sangat cempreng.
"Apa lo bilang? Nek lampir?!"
"Iya, Nek Lampir, soalnya suara lo mirip banget sama dia. Selain itu, muka lo juga mirip," balas Ado yang diiringi dengan tawa seisi kantin.
"ADO!! Awas lu, yah!" satu pukulan berhasil mendarat di kening Ado hingga mulutnya mengeluarkan suara ringisan kesakitan, sementara Meysha dan Davin hanya bisa menggelengkan kepala menyaksikan kekonyolan yang cukup menghibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tara [END]
Teen FictionAttara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam jurang kehancuran, yang di buat oleh keluarganya sendiri. Bertahun-tahun ia hidup dalam kesakitan b...