59 : Resepsi

184 10 4
                                    

"Udah belum Shel?" tanya Kanya yang menunggu Sheila berdandan.

"Bentar"

"Lama amat" kesal Kanya.

"Ini kan hari spesial gue, jadi gue harus tampil maksimal dong" ucap Sheila dan berdiri dari depan meja riasnya.

"Lo gak mau pakek dress gitu?"

"Gak!" tolak Kanya.

"Ini kan hari penting buat gue"

"Penting buat lo bukan buat gue"

"Masa ada orang yang ada di acara pernikahan pakek celana jeans?"

"Ada. Gue"

"isshh... lo nyebelin tau gak"

"Biarin" Final Kanya dan Sheila hanya pasrah dengan keputusan Kanya.

Padahal hari ini kakaknya sedang ada acara pernikahan. Harusnya Kanya dandan yang cantik dong. Pekek dress gitu.

"Kapan Kano mau ngelamar lo?" tanya Sheila.

"Udah setahun setengah loh kalian pacaran. Gue aja udah mau nikah sama Key" lanjut Sheila.

Yes! Sudah satu tahun mereka menjalani hidup sebagai mahasiswa dan sekarang Sheila sudah mantap untuk menerima ajakan Key untuk ke jenjang yang lebih serius. Begitupun Kanya, hubungannya dan Kano sudah berjalan satu tahun.

"Gak tau" Kanya juga gak mau terlalu tergesa-gesa untuk menikah. Lagian dia juga tau Kano akan menggantikan posisi utama di perusahaan mendiang papa Kano yang dulunya di urus oleh mamanya. Entah kenapa, 2 bulan yang lalu mama Kano menemui Kano dan bilang dia harus memegang perusahaan itu. Otomatis Kano tak bisa menolak dan sejak saat itu mama Kano juga menghilang dengan meninggalkan beberapa berkas dan harta yang melimpah.

"Acaranya mau dimulai sayang" Felicya memanggil sang putri dari pintu.

"Cantik" puji Felicya saat Sheila keluar kamar dengan Kanya. Acara pernikahan Sheila dilaksanakan secara outdoor di sebuah taman milik oma yang tak jauh dari tempat mereka tinggal.

"Makasih ma"

"Ayo!" ajak Felicya. Mereka berjalan beriringan dengan Sheila berada ditengah dengan gaun pernikahan warna pink.

"Gue ke Kano aja" pamit Kanya pada Sheila dan kemudian ia juga pamit ke Felicya.

Kanya menyaksikan acara pernikahan Sheila dari jauh. Ia saat tidak suka keramaian, itu akan membuatnya pusing. Jadi, ia melihat dengan jarak yang cukup jauh bersama Kano.

"Lo cantik " bisik Kano tepat ditelinga Kanya.

"Gak usah nge gombal"

"Gue serius Kan"

"Thanks"

"Kan?" panggil Kano dan menghadapkan Kanya ke arahnya.

"Yuk nikah!" ajak Kano.

"Lo ngajak gue nikah?"

"Iya. Gue juga pengen kali kayak si Key "

"Ayo"

"Ayo apa?" goda Kano.

"Lo tadi ngajak apa? Ya itu tadi jawabannya"

"Ishh.. Gue gemes sama lo" ucap Kano dan memeluk Kanya dengan possesif.

"Dasar, gak tau kondisi" kesal Kanya.

"Bodoamat" bukannya melepas, Kano malah memutar tubuh Kanya supaya menghadap ke depan, masih dengan memeluknya dan mencium pipi Kanya.

"Kak Kano pinter nyari tempat buat mesra-mesraan" ucap Ben yang datang dari samping mereka.

"Ganggu aja lo!" kesal Kano.

"Biarin. Kak Kanya dicariin kak Kiki" ucap Ben.

"Suruh kesini aja"

"Oke" Ben pergi untuk memanggil Kiki.

"Mau apa sih si Kiki?" tanya Kano.

"Gak tau"

"Kanya! No!" panggil Kiki dan memeluk mereka berdua.

"Ada apa sih?" tanya Kano.

"Gue nyariin aja. Masa dia gak di depan nemenin kakaknya. Eh ternyata mojok disini sama pacarnya"

"Tau tuh kak. Kak Kano pasti yang ngajak" ucap Ben.

"Jangan ikut campur lo bocah!"

"Gue udah gak bocah ya. Lagian gue udah lulus kali "

"Masa? Perasaan kayak baru kemaren kita ketemu" ucap Kiki.

"Dasar. Gini nih kalo umur udah nambah. Pikun" ejek Ben.

"Enak aja lo! Gue masih dalam fase ingatan tajam"

"Kalian berantem aja. Gue mau pergi" pamit Kanya dan menggandeng Kano.

"Bye" Kano melambaikan tangannya berniat mengejek Ben dan Kiki.

"Bangsat!" umpat Ben.

"Mulut lo" peringat Kiki.

"Gue wakilin aja. Lo gak boleh ngomong kasar. Bisa mati gue kalo Bian tau lo ngomong kasar" lanjut Kiki.

"Kano bangsat!" umpat Kiki setengah berteriak, karena gak mungkin dia berteriak disituasi yang ramai kek gini.

"Baik amat sih lo kak"puji Ben.

"Makasih"

----

"Ngapain ke atap?" tanya Kano.

"Mau lihat bintang" jawab Kanya dan berdiri dibelakang pagar pembatas.

"Makasih" ucap Kanya.

"Buat?" tanya Kano heran.

"Semua" jawab Kanya dengan tersenyum. Kano mendekat, memeluk Kanya dari belakang. Kanya memang beberapa bulan ini banyak tersenyum. Sungguh perubahan yang baik untuknya. Mama dan papanya sangat terharu akan perubahan sang anak. Sangat bersyukur.

"Jangan kek gitu. Gue cinta sama lo. Jangan senyum ah, lo tambah cantik tau"

"Gue heran aja. Lo masih betah aja pacaran sama gue"

"Karena gue nyaman sama lo. Bukan hanya nyaman, gue cinta sama lo" ucap Kano dan memutar tubuh Kanya menghadap ke arahnya. Mendekatkan wajahnya ke wajah Kanya hingga dahi mereka bersentuhan dan Kanya mengalungkan tangannya ke leher Kano.

"Gue tadi serius mau ngajak lo ke jenjang yang lebih serius Kan. Gue mau lo jadi pendamping hidup gue"

"Gue tau dan gue tadi juga serius jawabnya"

"Thanks dan maaf gue ngelamar lo gak romantis banget" ucap Kano dan menjauhkan wajahnya dari Kanya. Mengambil sesuatu dari saku celananya.

"Tapi gue ngelamar lo gak mungkin kosongan dong. Gue bawa cincin" ucap Kano dan membuka kotak cincin.

"Gak usah juga gak apa"

"Gak lengkap dong Kan. Sini tangan lo" Kanya mengulurkan tangannya dan Kano memasangkan cincin tersebut dijari manis Kanya.

"Untung cocok" Kano bernafas lega pasalnya ia membeli cincin tersebut tak mengira-ngira ukuran jari Kanya.

"Makasih" ucap Kanya dan memeluk Kano duluan.

"Jangan nangis ya karena gue lamar?" goda Kano.

"Enggak"

"Love you" bisik Kano.

"Love you more" balas Kanya dan Kano mendekatkan wajahnya ke wajah Kanya. Bibir mereka bertemu, tapi tak lama.

"Jangan lama-lama, takutnya gue keterusan" ucap Kano dan mengusap bibir Kanya lembut. Sedangkan Kanya hanya tersenyum hangat.

Akhirnya, dinding yang Kanya bangun dihatinya mulai retak dan ia bisa membuka kembali hatinya dan juga lingkup pertemanannya.

--------END--------

Cie...
Udah end aja.....

Revisi : 26 September 2021

On Your Side (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang