Lanjut!!
Happy reading———
Bugggghhhh.... Kanya jatuh dari rumah pohon tersebut. Lumayan tinggi sih, dua meter.Kania tersentak, terkejut dan takut karena ia telah mendorong Kanya hingga Kanya jatuh.
"Gu-gue bukan pembunuh. Kanya yang pembunuh. Ahhh.... Maafin gue Kanya!" teriak Kania takut. Ia kemudian turun dan melihat Kanya yang sudah dalam posisi tidur dan darah disekitar kepala.
"Sorry Kanya" ucapnya dan kemudian duduk disebelah Kanya yang dalam posisi tidur. Mengambil tangan Kanya dan menaruh kepala Kanya di pahanya.
"Bangun Kanya!" ucapnya sambil mencoba membangunkan Kanya dengan cara menepuk-nepuk pipi Kanya.
Kemudian Kania terkejut karena tangan Kanya menggenggam tangannya.
"Jangan dipukulin terus pipi gue. Sakit" ucap Kanya dengan mata yang masih tertutup dan intonasi yang datar.
"Kanya lo gak apa?" tanya Kania khawatir.
"Gak apa. Tapi..." ucap Kanya dan menggantungkan kalimatnya.
"Tapi apa?"
"Tapi gue mau lo dengerin penjelasan gue"
"Oke gue mau dengerin"
"Jadi, gue sama adek lo itu mulai sahabatan saat masuk SMA. Gue yang ajak dia ngobrol duluan karena dia hanya duduk diem dibangkunya. Gue waktu itu juga temenan sama Maya dan Aza. Gue ajak adek lo nongkrong bareng kami. Dia kelihatan akrab banget sama kami terutama gue. Gue yang anaknya emang kadang males ngomong cuma nanggepin seadanya. Apalagi kadang gue gak berekspesi. Lo tau kan gimana gue. Tapi entah kenapa dia betah sama gue" jelas Kanya dengan datar.
"Waktu itu gue lagi ke kamar mandi. Gue masuk ke bilik kamar mandi. Lo tau? Gue denger suatu hal yang gak gue sadarin sama sekali. Padahal biasanya gue cukup lumayan peka dengan keadaan orang yang dekat dengan gue. Hal yang gue denger yaitu tentang Karina. Mereka ngomongin Karina. Bilang bahwa Karina cuma akrab sama Maya dan Aza kalo cuma sama gue doang. Terus dia juga gak mau temenan sama siapapun karena dia cukup punya gue"
"Setelah kejadian di kamar mandi, gue nyadar kalo Karina cuma mau temenan sama gue. Mungkin dia berpikir dia gak butuh temen lagi selagi ada gue disisinya. Gue sebagai seseorang yang juga punya otak dan perasaan. Gue gak mau Karina selalu tergantung sama gue, gue maunya dia bisa membaur sama yang lain."
"Akhirnya gue memutuskan untuk sementara waktu jaga jarak dari Karina. Gue pengen dia berpikir lebih luas. Sosialisasi itu penting. Belum tentu lo nantinya sama gue terus. Awalnya dia gak nyadar kalo gue ngejauh soalnya itu bertepatan pas ujian tengah semester. Tapi setelah itu dia mulai ngehampiri gue."
Kanya yang waktu itu ingin ke perpustakaan berpapasan dengan Karina dan Kanya mengabaikannya.
"Kenapa kamu ngejauh dari aku? Apa aku ada salah ya sama kamu? Maafin aku kalo aku ada salah. Tapi aku mohon jangan ngejauhin aku. Kita sahabat kan?" ucap Karina pada Kanya.
"Iya lo temen gue. Tapi lo juga harus punya temen lain selain gue" jelas Kanya.
"Aku gak mau! Cukup kamu aja aku udah seneng. Aku gak mau banyak temen" tolak Karina.
"Lo gak mau? Yaudah gue gak mau maksa. Lo harus bisa punya temen selain gue. Lo harus bisa sosialisasi sama yang lainnya. Belum tentu kita sama-sama terus"
"Kamu gak mau temenan sama aku?" tanya Karina dengan air mata yang sudah keluar.
"Bukan gitu"
"Kamu jahat Kanya! Oke aku mau buktiin ke kamu, aku juga bisa punya temen!" teriak Karina kemudian meninggalkan Kanya yang masih diam ditempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Side (COMPLETED)
Teen FictionCerita sudah tamat! Ini murni dari otak penulis ya! --------- "Gue, ya gue! Lo, ya lo!" Cerita twinsister yang lumayan rumit, berawal dari mana ya? Tak hanya cerita sistership disini, ada beberapa konflik lain yang di alami oleh keduanya. Friendsh...