12. Apakah harus?

3.4K 425 9
                                        

Kini Chimon berada di rumah Nanon. Rumahnya sepi, tidak ada orang kecuali mereka berdua karena kedua orang tua nya sedang bepergian keluar kota.

Hampir dua jam Chimon menghabiskan waktu nya berada di rumah ini untuk membuat kado yang spesial untuk Arisa.

Chimon membuat foto-foto Arisa bersama Nanon dan menghiasi nya dengan beberapa pita. Kado nya tidak besar, malah berukuran kecil karena ia tahu sendiri kalau Arisa menyukai kado yang berukuran kecil dan tidak mewah.

"Ku rasa kado ini benar-benar luar biasa, kau memang jenius Mon," ucap Nanon sembari memainkan rambut Chimon.

"Rapikan atau aku berhenti membungkusnya!" ancam Chimon.

Nanon tertawa dan mengangguk menanggapi perkataan Chimon. Ini bukan yang kedua atau ketiga kalinya Nanon memainkan rambut Chimon atau lebih tepatnya menggoda Chimon, tapi sudah lebih dari itu.

Nanon mendekatkan duduknya dengan lawan bicaranya itu dan langsung merapikan rambutnya. Chimon melihat Nanon yang lebih tinggi sedikit darinya, jantungnya benar-benar bermasalah jika di dekat Nanon.

"Tenang.. Akan ku buat rapi," kata Nanon.

Chimon langsung memegang tangan Nanon dan itu membuat Nanon terdiam sambil melihat manik mata Chimon.

"Kenapa?" tanya Nanon.

"Akan ku rapikan sendiri," kata Chimon dengan ekspresi datarnya.

Chimon melepaskan tangan Nanon lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti.

"Ini, sudah selesai."

Nanon melihat ke arah kado nya dan mengambilnya.

"Di dalamnya sudah ada surat darimu kan?" tanya Chimon.

"Iya. Kau memang yang terbaik Mon! Aku janji akan memgerjakan semua tugas kelompok kita," kata Nanon dengan raut wajah bahagia.

"Sudahkan? Aku akan pulang," kata Chimon sembari berdiri dari tempat duduknya.

Nanon langsung memegang tangan Chimon dengan cepat.

"Kau mau kemana? Aku sudah menyiapkan makanan di bawah," kata Nanon.

"Aku tidak lapar," jawab Chimon.

Nanon tersenyum dan langsung berdiri kemudian menarik tangan Chimon keluar dari kamarnya.

"Lepas Non!"

"Ayolah," kata Nanon.

Nanon terus melangkah kan kakinya menuju taman yang berada di belakang rumahnya, tempat yang biasa di gunakan orang tua nya untuk bersantai.

"Duduk di meja sana, aku akan bawa makanan!" perintah Nanon.

"Kau memerintahku?" tanya Chimon kesal.

"Hmm, cepatlah rubah licik!"

Chimon melepaskan tangannya genggaman Nanon lalu ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Berhenti memanggil ku rubah licik," kata Chimon kesal.

"Aku tidak mau," jawab Nanon.

Chimon melangkah kan kakinya mendekati Nanon dengan tatapan tajamnya yang hanya fokus menatap Nanon.

Nanon berjalan mundur dengan ekspresi terkejut nya. Ia sedikit takut dengan tatapan Chimon yang seperti ini, apalagi dengan tingkah nya ini.

"Kenapa? Kau tidak mau?" tanya Chimon.

"Bu-bukan seperti itu-"

"Jadi? Seperti apa?" sela Chimon.

Nanon merasakan tembok rumah nya di punggungnya. Nanon tak bisa mundur lagi, tapi Chimon masih berjalan maju. Chimon benar-benar menirukan perbuatan Nanon dulu.

FOR YOU [Namon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang