“Tamaki cepatlah, kita harus kembali sebelum Riku bangun” ujar Mitsuki menghentak hentakkan kakinya kesal sembari mengabsen masing-masing membernya yang mulai bermunculan satu per satu
“Nagi.. Sou.. Mitsu.. Tama..” panggil Yamato melihat satu per satu membernya
“Bukankah kita kehilangan seseorang” ujar Nagi ragu-ragu
Seolah sepakat satu suara semuanya menjawab serempak, “Iori-kun/Ichi/Iori/Iorin” ujar mereka kompak,
tanpa disuruh Mitsuki berlari masuk ke dorm menuju ruangan yang sudah pasti yaitu kamar adiknya. Dengan nafas terengah karena berlari Mitsuki membuka kasar pintu kamarnya dan mendapati ruangannya yang sudah kosong, tidak hanya kosong tanpa penghuni bahkan beberapa barang-barang pentingnya turut lenyap dari ruangan itu.
“Ossan kita kerumah sakit sekarang” putus Mitsuki segera menghampiri member lainnya
“Aku punya firasat..” imbuhnya lirih menatap semuanya khawatir, menghindari obrolan lebih lanjut, mereka memutuskan untuk segera kembali ke rumah sakit.
.
.
.
.
“Ikou Nanase-san” ujar Iori lirih mendorong kursi rodanya, perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh. Tiba di sebuah rumah sederhana, ia sudah menyiapkannya sejak jauh jauh hari. pembicaraanya mengenai liburan ke daerah pinggiran Tokyo benar-benar serius akan ia laksanakan.
Tiba disalah satu kamar yang ia sudah disiapkan, Iori segera membaringkannya sebelum pergi membersihkan ruangan sekitar.
Mengingat debu adalah hal yang buruk bagi kesehatan partnernya.
“Aku keluar sebentar”ujar Iori lirih mengusap lembut surai merahnya yang masih setia terpejam sejak keberangkatan mereka.
Suara pintu terkunci membuat sang surai merah mengernyit kecil tuk membuka matanya, kepalanya masih terasa berat mengingat keondisi sebelumnya dan perjalanan yang mereka tempuh, “kau keras kepala.. Iori” ujarnya lirih memijit pelipisnya pelan. Ia menggulirkan matanya mengamati ruangan asing yang ia tempati saat ini.
……
Dengan waktu cepat mereka tiba dan langsung menuju ruangan dimana Riku dirawat. Namun hanya ruangan kosong yang menyambut kedatangan mereka, “Rikkun.. dimana dia” tanyaTamaki panik melihat ruangan yang kosong
Tatapan mata Sougo menuju pada objek kecil di atas nakas, “Minna..’ panggilnya lirih melihat dua buha gelang yang sangat familiar baginya tergelatak manis disana beserta secarik kertas
“Iori.. kau benar benar gegabah” ujar Nagi lirih melihat pesannya
“Kusso.. aku benar benar tidak akan menahan diri saat menemukannya, maafkan aku Mitsu” umpat Yamato kesal, “Aku tidak akan menghalangimu Yamato-san” ujar Mitsuki dengan nada rendah.
Mitsuki menggeram kesal, “Apa yang kau lakukan Iori..” ujarnya menahan geram,
“Aku benar benar tidak punya muka untuk bertemu Kujo setelah ini” imbuhnya lirih, mengingat janji yang mereka buat untuk mempercayakan adiknya pada dirinya dan mengendalikan Iori tetap pada jalurnya. Yah itulah yang mereka bisikan satu sama lain pada pertemuannya di Zero Arena, hari dimana Kujo Tenn berperan sebagai kakaknya untuk terakhir kalinya.
“Fly Away..” ujar Tamaki lirih mengamati kedua gelang di tangannya,
“Ada apa Tamaki-kun” tanya Sougo penasaran
“Iorin mengatakan akan menjaga pemberian Rikkun dengan baik..” ujarnya lirih mengingat perkataanya sesaat sebelum konser penutup tur mereka,
“Itu artinya Rikkun sangat berarti baginya bukan, mereka hanyalah partner yang sangat erat” jelas Tamaki membuat semuanya terdiam sejenak
![](https://img.wattpad.com/cover/227966528-288-k51058.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ID7 Fanfic-Zero [End]
Fanfiction[Follow yukk bagi yang berkenan, aku ngarepin vote komennya jugak ehehe..tapi gak maksa kok, yang penting kalean enjoy bacanya] Jadi ini bisa dibilang lanjutan dari cerita The Way of Song, masih dalam universe yang sama wkwkwk. Idolish7 yang meraya...