"—ki-kun"
"Tamaki-kun"sentak Sougo lebih keras
"Tamaki?!!"perlahan suara samar milik Sougomulai berubah, namun tetap familiar baginya
Secara paksa kesadarannya di tarik agar teralihkan padanya, matanya membelalak lebar dengan nafas yang memburu. Pemandangan langit-langit panggung dihiasi lampu sorot yang telah padam beralih menjadi atap putih yang sangat ia kenali
"Ini.. kamarku.."gumamnya mengenali langit-langit kamarnya
"Tamaki.. syukurlah kau sudah bangun"seruan lembut penuh syukur membuatnya menoleh cepat beralih ke sumber suara, keringat dingin masih membasahi seluruh tubuhnya, wajahnya bahkan memucat
Menatap sosok yang sedari tadi memanggilnya, membuatnya makin kehilangan kata-kata.
"Kau baik-baik saja?"tanyanya mulai khawatir, "kau menggumamkan sesuatu sedari tadi, bahkan kau berkeringat sangat banyak"imbuhnya lagi mengusap lembut pelipisnya yang berkeringat
Manik aquamarinenya kini bergetar menatap lembut sosok di depannya, "Rikkun.."gumamnya penuh syukur, tangan besarnya segera meraih tangan lainnya yang sedari tadi bertengger di pelipisnya
Mengusapkan pipinya lebih dalam ke tangan lawan bicaranya, berusaha menyerap kehangatannya sebanyak mungkin menghalau keringat dinginnya yang masih mengucur. Jantungnya masih berdegub kencang mengingat jelas apa yang baru saja terjadi
"katakan padaku kalau tadi hanya mimpi.."ujarnya penuh harap menatap manik crimson di depannya
"Katakan padaku tadi hanya mimpi burukku'imbuhnya lagi masih menuntut kepastian, mengerti kondisi temannya saat ini ia mulai merengkuh lembut tubuhnya
"Ya.. itu hanya mimpi burukmu Tamaki"bisiknya lembut
Tangisnya pecah seketika mendengar penuturan lembut penuh kasih di telinganya, "kau disini.. kau hangat"racaunya masih menangis keras
"Ta-tamaki.. kau kenapa"tanya Riku panik berusaha melepaskan tubuhnya yang segera ditahan erat oleh Tamaki
Derap langkah tergesa-gesa kini terdengar mendekatinya hingga pintu kamar yang terbanting keras membuat Riku berusaha menoleh meski kesulitan
"Tama Riku.. ada apa"tanya Yamato panik
Riku hanya menatapnya memohon pertolongan merasa terjebak di pelukan Tamaki yang masih menangis keras
"Hiks.. jangan pergi Rikkun"racau Tamaki membuat Riku saling melempar tatapan bingung pada Yamato
"jangan temui ibuku.. jika kau bisa melihat ibuku disini katakan padanya agar tidak membawamu pergi"racaunya lagi membuat mereka yang disana mengerti
"Apa maksudmu Tamaki.."ujar Riku terkekeh pelan, "Aku tidak melihat ibumu disini, beliau pasti sudah tenang di atas sana"imbuhnya lagi
"Huum.. tidak apa kalau begitu, itu lebih baik, aku takut kaa-san membawamu pergi"balas Tamaki mengangguk puas
"Tama.. sebaiknya kau lepaskan Riku atau aku yang akan membawanya pergi"goda Yamato berusaha mencairkan suasana, "Yama-san sudah mengatakan hal sama.."gumam Tamaki membuat dahi Yamato mengernyit bingung
"kau bilang akan membantu Rikkun melarikan diri, tapi tetap saja Rikkun pergi"imbuhnya lagi membuat keduanya makin mengernyit bingung
"Apa kau mimpi buruk? Kau bisa ceritakan pada kami setelah bersiap.."ujar Yamato lagi berusaha membujuk, "Sekarang cuci mukamu dan lepaskan Riku"imbuhnya lagi berusaha menolong member lainnya
"Temani aku Rikkun"rengek Tamaki mengangkat wajahnya dari tubuh Riku
"hai hai.. ikou Tamaki"ujar Riku mengulas senyumnya, menatap Yamato sebelum pergi, "Kami akan menunggu kalian di ruang makan"seru Yamato melihat keduanya berjalan beriringan dengan Tamaki yang masih menggenggam erat tangan Riku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ID7 Fanfic-Zero [End]
Fanfiction[Follow yukk bagi yang berkenan, aku ngarepin vote komennya jugak ehehe..tapi gak maksa kok, yang penting kalean enjoy bacanya] Jadi ini bisa dibilang lanjutan dari cerita The Way of Song, masih dalam universe yang sama wkwkwk. Idolish7 yang meraya...