Cahaya senja berwarna keemasan menembus tirai-tirai tipis dari balik jendela, membuat ruangan itu di penuhi cahaya keemasan tanpa pencahayaan lainnya. Kedua surai berbeda warna yang sedari tadi menikmati keheningannya menyadari hari akan segera gelap
“Akan ku nyalakan lampunya” ujar Yamato beranjak bangun, tanpa menjawabnya dengan perkataan Tenn mengangguk kecil. Matanya masih meneliti jika sedikit saja ada pergerakan dari sosok yang masih tertidur lelap
Dengan berat, kelopak mata itu berkedut kecil berusaha memisahkan dirinya. Hal yang pertama ia lihat adalah langit langit rumah sakit, merasa asing dengan tempat itu Riku memakasakan matanya membelalak lebar
“Riku..”panggil Tenn antusias tak bisa ia pungkiri kelegaannya saat melihat adiknya membuka mata
“Riku kau perlu sesuatu.. “ tanya Yamato segera menghampirinya begitu mendengar perkataan Tenn.
Dalam diam ia masih memproses ingatan terakhirnya, diamatinya sosok yang seharusnya tak asing lagi baginya. Meski begitu seolah ada dorongan keras dari dirinya untuk menjauhkan keduanya.
Bayangan ketakutan terpancar jelas dari manik krimsonnya membuat keduanya makin khawatir, “Riku.. kau sudah aman…” ujar Tenn selembut mungkin berusaha menenangkannya hingga tamparan pelan dari lemparan bantal milik Riku membungkamnya sejenak
Melalui tatapannya Riku berharap mereka pergi, “Riku.. tenanglah” ujar Yamato berusaha menahannya yang justru membuatnya makin brutal melemparkan berbagai barang di sekitarnya
‘Pergi.. pergilahh.. seperti Iori, kalian hanya akan terluka’ pikir Riku dalam membuat air matanya mengalir.
Secara perlahan baik Yamato dan Tenn memundurkan langkahnya tidak diberi kesempatan untuk mendekatinya, mata keduanya menyendu melihat pemandangan di depannya
“Ahkk.. nhhhhh” teriak Riku tercekat di tenggorokannya menahan rasa sesaknya, hari itu ia sadar semuanya sudah tak tersisa. Bukti ikatan berharga dengan kakaknya hancur begitu saja, partnernya yang selalu berusaha melindungi dirinya terluka parah karenanya, tujuannya mengejar Zero kini menjadi ketakutannya, bahkan untuk bermimpi ia merasa tidak berhak.
“Riku..” panggil Tenn lirih berusaha mendekat sebelum vas bunga melancar mulus di dekat kakinya mencegahnya melangkah lebih jauh.
Seolah sedang membangun benteng pertahanan Riku terus mencegah semua orang mendekatinya
Tangisan pilunya masih tak terbendung, dengan kasar menggaruk luka luka ditubuhnya meluapkan emosinya, “Riku hentikan.. jangan melukai dirimu lagi” bujuk Yamato penuh ke khawatiran
Kuku-kuku jarinya bahkan dihiasi warna merah, entah luka lama yang kembali terbuka atau luka baru yang baru saja terbentuk sulit di bedakan. “Dimana dokternya”teriak Tenn makin panik
Bersamaan dengan orang-orang berjas putih masuk dengan buru-buru, terlihat keempat surai lainnya muncul disana,
“Apa yang terjadi” tanya Touma terbata melihat kondisi ruangan yang hampir hancur tapi matanya tak bisa berpaling dari sosok yang meringkuk di sudut ranjangnya dengan kondisi yang sama kacaunya
Tanpa mengatakan apapun Riku menggeleng keras menepis keberadaan orang-orang berjas di sekitarnya, tangannya berusaha meronta sekuat tenaga dari cekalan orang-orang itu, dengan tenang dokter menyiapkan jarum di tangannya
“Tenanglah Nanase-san” ujarnya lirih begitu menyuntikkan jarum itu di salah satu lengannya, matanya terasa makin memberat, tak bisa melawan lagi kesadarannya ikut dipaksa tertarik dari realita yang ada, nafas perlahan mulai berhembus secara teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ID7 Fanfic-Zero [End]
Fiksi Penggemar[Follow yukk bagi yang berkenan, aku ngarepin vote komennya jugak ehehe..tapi gak maksa kok, yang penting kalean enjoy bacanya] Jadi ini bisa dibilang lanjutan dari cerita The Way of Song, masih dalam universe yang sama wkwkwk. Idolish7 yang meraya...