Chapter 42

1.7K 146 87
                                    

Beberapa jam sebelumnya.
Monitor jantung bergerak secara konstan menandakan kondisi pasien sudah stabil sekarang, bulu matanya berkedut kecil menandakan manik beningnya akan menunjukkan diri.

"Kujo-san.." seru Aya bersemangat menyadari pergerakan kecil dari orang di depannya, Tamaki yang berada di sampingnya ikut mendekat menanti kesadaran dari sosok itu.

Tanpa di komando Sougo memanggil dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih melihat adanya perkembangan dari kondisi pasien.

Matanya masih mengerjab berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan kesadaran miliknya, bersamaan dengan pasukan berjas putih yang datang dengan sigap memberikan penanganan.

Dengan kondisinya yang sudah lebih baik kini Kujo duduk dengan bersandar pada kepala ranjang rumah sakit.

"Ossa-Ah Kujo-san" ujar Tamaki tampak ragu ragu di awal, mendengar panggilannya Kujo anya mengangkat alisnya bingung.

'Apa ini efek obat bius.. apa ini halusinasi yang wajar terjadi' batinnya menjerit melihat sikap Tamaki yang tiba-tiba sopan kepadanya

Sougo yang mengerti tabiat partnernya hanya tersenyum kecil, menyadari ada sesuatu yang Tamaki inginkan, "Apa kau mau sesuatu dariku" tanya Kujo mengerutkan alisnya setelah memperoleh kesimpulan dari pemikiran kacaunya

Aya yang sedari tadi menyuapi makanan pada Kujo terdiam mengamati kakakknya, "Rucchi.. maksudku apa dia benar-benar Zero.. apa dia yang melukai kalian hingga seperti ini" tanya Tamaki menunduk kecil, mengepalkan tangannya geram

"Kami pernah bertemu dengannya.. kukira dia orang yang baik.. kukira kami sudah berteman dengannya.. dia saat itu juga merindukan teman lamanya.." racau Tamaki meluapkan semua perasaannya yang masih berkecamuk saat menemukan teman se grubnya bersama dengan orang yang tidak asing baginya

"Aku.. berharap bisa menjadi temannya.. tapi kenapa dia melukai Rikkun dan Iorin separah itu.."

"Apa yang harus kulakukan untuk membalasnya.. aku tidak tahu, aku bahkan tidak tahu harus marah pada siapa" tanya nya lagi mulai merasa frustasi

Aya dan Sougo hanya bisa menatap Tamaki penuh simpati mendengar semua luapan perasaannya, mendengar semua penuturannya Kujo hanya bisa tersenyum kecil. Ada sedikit perasaan lega yang menjalar padanya

"Bisakah aku meminta sesuatu padamu" tanya Kujo serius, membuat Tamaki mendongak cepat menatapnya

"Tolong ingat Tooru sebagai sosok yang baik, sosok teman yang ingin kau rangkul.. aku tau ini permintaan egois setelah apa yang dia lakukan. Jadi sebagai gantinya, kau bisa melimpahkan semua kemarahanmu padaku"jelasnya penuh ketulusan

"Apa kau teman yang Hagazawa-san bicarakan" tanya Sougo menyadari sesuatu

"Aku ragu jika masih bisa menyebutnya seperti itu.." ujar Kujo lirih

"Kau bisa makin tua jika berpikir berlebihan seperti itu.. Taka" ujar seseorang yang tiba-tiba masuk membuat yang di dalam terkejut melhat sosok itu

"Lama tidak bertemu Haru.." balas Kujo tersenyum simpul

"Sa-sachou/boss" ujar Tamaki dan Sougo membuka lebar mulutnya terkejut

"Aku mendengar pertemuan kalian dengan Tooru dari putriku.. dan saat tahu apa yang dialami Iori-kun dan Riku-kun berhubungan dengannya aku juga menyesalinya" jelas Otoharu menjawab rasa penasaran dari Mezzo

"Apa sebenarnya hubungan kalian" tanya Sougo masih tak mengerti

"Hubungan antara produser.. idol.. dan fans nya kurasa" jawab Otoharu tersenyum kecil

ID7 Fanfic-Zero [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang