Chapter 39

1.7K 158 839
                                    

⚠️Rate kali mungkin T+ kutida pernah ngasi rate di critaku karena yah kumencoba bikin yg aman buat dikonsumsi smua umur. Tp kali ini ada adegan kekerasan yang mungkin rada kurang nyaman. Jd maaf yak,  bisa kalian skip kalo mau ehe

Dan bolehkah ku nanya sesuatu, 

Apa crita ini ngebosenin? Kutida nyangka bakalan sepanjang ini..

Apa critaku terlalu lambat juga alurnya?

Mohon kritik sarannya yak. Kalo mau kritik pedes gpp deh tp tunggu aku mau siap2 dulu ehehe.. Yah cukup basa basinya.. Selamat membaca,  luv kalean smua yg selalu sabar dan nunggu nih crita yang ternyata jd panjang bgt..

______________________________________

“Apa benar ini jalurnya” ujar Haruka mengamati jalanan yang mereka tempuh, Minami memeriksa kembali arah tujuannya pada peta perjalanan memastikan jalur yang ditempuh sudah benar.

Tanpa menurunkan kecepatannya Torao melajukan mobilnya dengan kencang, “Toma saat kita tiba kendalikan dirimu”tegur Torao melirik Touma disampingnya

“Kenapa?’ tanya Touma datar yang sedari tadi masih sibuk mengenyahkan berbagai pemikiran-pemikiran buruknya yang cukup menganggu, Torao menghela nafasnya bersiap sebelum menjelaskan pada Touma

“Izumi Iori tertangkap dan Nanase sudah berada di markas musuh, tempat yang kita tuju sekarang” jelas Torao

“Tunggu jadi kita datang bukan ke tempat Nanase Riku melainkan ke markas musuh” tanya Haruka terkejut, yang segera diangguki Torao sebagai jawaban

“Jelas itu perangkap untuk Nanase-san” ujar Minami tampak berpikir memegang dagunya

“Aku tidak akan terkejut lagi jika Riku sudah berada disana”dengus Touma mengepalkan tangannya erat, “Dan kurasa ada kabar baiknya” imbuh Torao melirik spion mobilnya

“Kita sudah memasuki wilayah musuh” dengus Torao menyeringai lebar

“Hehh mereka bergerak cepat” balas Minami tenang melihat sebuah mobil hitam melaju kencang tepat dibelakang mereka

“Hoi hoii paman paman mengerikan itu mulai menampakkan dirinya” ujar Haruka kesal melihat beberapa kepala yang keluar dari kaca mobil yang mengikuti mereka, “Apa-apaan badannya itu, mereka lebih cocok menjadi kuli bangunan” imbuhnya lagi mendengus kesal

“Sepertinya mereka datang untuk menyapa”ujar Touma menimpali,

“Kuharap kita menerima sapaan yang lebih ramah disini” balas Haruka

“Minna berpegangan pada apapun itu” seru Torao melajukan mobilnya kencang, “Mido-san ke kanan” ujar Minami cepat yang sedari tadi mengawasi pergerakan mobil di belakangnya. Mendengar aba-aba dari Minami, Torao melakukannya tanpa ragu dan segera mengelak bersamaan dengan suara letupan dari senjata api yang baru saja mereka tembakan

“Heii kalian pikir kitas sedang syuting film action” seru Haruka protes terkejut melihat bekas peluru yang tercetak di aspal, dengan kesal ia menggoyang-goyangkan kursi depannya untuk meluapkan emosi

“Mina awasi bagian belakang” seru Torao fokus pada mobilnya.”Serahkan padaku Mido-san” balas Minami menyeringai bangga tampak menikmatinya

“Haru.. aku tahu kita sedang dalam kondisi kritis, tapi aku tidak mau terbunuh ditanganmu” ujar Touma tersendat-sendat karena sedari tadi tercekik oleh Haruka sebagai pelampiasan kekesalannya

“Uh kalau begitu berjuanglah Touma, jangan mati semudah itu” dengus Haruka melepaskan cekikannya tanpa rasa bersalah, dengan kesal Touma mengusap bekas kemerahan di lehernya. “Jika kau bukan memberku akan kulempar kau keluar” keluh Touma

ID7 Fanfic-Zero [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang