Cinta itu datang tanpa kita sadari.
Tidak tau kapan, dimana dan bagaimana.
Tidak juga memandang usia.
Mau kamu orang dewasa atau hanya anak kecil berusia 10 tahun, seperti ku.
-Jung Yong Ji, 10 tahun, Seoul Korea Selatan-
Oke. Ini mungkin terdengar...
"Aku sengaja meninggalkan ponsel ku. Tapi liontin ini akan terhubung dengan komputer yang di sana. Jadi apapun yang sedang terjadi akan terekam secara live. Dan juga, kau bisa langsung menghubungkannya ke manapun yang bisa menyiarkan video dengan kualitas HD, hanya tinggal masukkan kode ini saja. Aku sudah mengirim link ke ponsel profesor, jadi siaran live itu, juga bisa di tonton lewat ponsel." Jelas Arion sambil memasang kembali kalungnya.
Jin Wook yang awalnya mengejek Arion lantaran memakai kalung berliontin kan kunci itu, tapi akhirnya ia bungkam. Ia tak menyangka kalau ternyata selain kunci yang terlihat mencolok itu, ada liontin bandul yang didalamnya telah terpasang alat penyadap suara dan kamera canggih yang bisa merekam kegiatan apapun dan langsung bisa terhubung ke TV, laptop, ataupun ponsel.
"Bisa berikan padaku, alat yang canggih seperti itu. Aku juga ingin punya satu." Pinta Jin Wook.
Arion menatapnya sinis. "Wanita mana yang ingin profesor stalker?"
"......" Hei nak! Manis sekali ucapan mu itu. Jin Wook berusaha menahan kekesalannya. "Aku hanya akan menggunakannya di saat penting."
"Kalau begitu akan kuberikan di waktu penting saja. Ini barang mahal, tapi tidak dijual secara umum. Lagipula, kalau fungsinya untuk melindungi diri, profesor tenang saja! Penampilan anda sehari-hari sudah cukup menakutkan."
"......" Sudahlah! Dasar bocah kecil menyebalkan!
"Karena ini misi bahaya, dan aku takut terjadi apa-apa pada ku, jadi....hei apa-apaan tatapan sinis itu. Aku berkata yang sebenarnya. Kalau kau mendapat luka sedikit saja. Aku yang bakal mati. Ayahmu siap membunuhku kapan saja." Jin Wook mengeluh. "Padahal kau sendiri yang tak keberatan terlibat, kenapa malah aku merasa nyawaku di ambang kematian."
Ngomong apa sih?!
Arion mengabaikan keluhan Jin Woon, ia tau papanya jelas akan marah kalau tau ia terlibat kasus seperti ini. Tapi Arion sendiri merasa ia harus melakukan sesuatu karena ini berhubungan dengan pekerjaan masa depannya. Juga...ia merasa bersalah kalau membiarkan kasus seperti ini berlalu begitu saja.
"Intinya. Aku sudah meminta bantuan para bodyguard handal calon mertua mu. Mereka berjanji akan menjaga dan memantau mu begitu kau memasuki rumah psikopat itu. Karena mereka pada dasarkan adalah mata-mata handal, seketat apapun penjagaan di sana pasti bisa di tembus. Begitu kau dalam masalah besar, mereka akan langsung bergerak. Jadi, cari saja bukti sebanyak-banyaknya. Aku akan langsung menghubungkan rekaman live dari mu ke monitor ruang rapat kepolisian malam nanti. Kita lihat saja, kalau sampai mereka berani menutup kasus seperti ini lagi. Aku akan langsung melapor ke Perdana Menteri."
"Oke. Terserahlah." Arion memegang liontin kunci yang sebenarnya adalah milik Yong Ji itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia tidak mau aksinya merekam terlihat mencolok, jadi liontin kunci itu ia masukkan ke saku bajunya.
"Kenapa tidak di simpan saja. Nanti hilang loh!" Jin Wook memperingatkan Arion. Tapi anak kecil itu malah tersenyum mengejek.