39. Pesan dan Pesan

1.2K 229 10
                                    

Arion terus mencari artikel tentang dirinya di internet tiap malamnya, tapi sama sekali tidak menemukannya lagi. Akhirnya tidak ada seorangpun yang berminat dengan model yang menghilang begitu saja seperti dirinya.

Ini sudah hampir setahun berlalu, yang artinya Arion akan segera kembali ke Korea. Izin tinggal dan kewarganegaraan nya sudah berubah menjadi Korea. Tapi Ario memilih untuk tetap memakai nama pemberian mamanya daripada merubah namanya agar lebih mirip orang Korea.

"Aku suka nama ku dan itu mama yang membuatnya, jadi aku tidak akan merubahnya." Ungkapan itu Arion sampaikan ketika papanya, Varo bertanya apakah Arion mau mengubah nama untuk membuat kartu identitas.

Lily senang mendengar hal itu, ia juga awalnya tidak setuju Arion mengganti namanya, tapi Varo berpendapat lain. Pria itu berpikir kalau orang tetap akan mengenali siapa Arion kalau ia tidak mengganti namanya.

"Arion sudah memantau perkembangan di sosial media, juga sudah menghapus jutaan artikel yang berkaitan dengan Arion, baik waktu kecil atau yang berhubungan dengan keluarga kita, atau yang waktu Arion jadi populer. Ini sudah berlangsung hampir setahun, minat orang-orang pada Arion sudah menghilang." Jelas Arion pada papanya.

"Papa nggak perlu khawatir, meski Arion tetap memilih untuk bekerja di bidang hukum, Arion janji bakal melindungi diri sendiri dengan baik, jaga janji nggak akan membuat orang-orang terdekat Arion dalam bahaya. Jadi...bisa tolong cepat sedikit mengemas koper kecil itu. Kan kemarin katanya Arion nggak perlu bawa apa-apa, tapi kenapa kalian berdua malah mau menyiapkan sesuatu. Lagipula Arion pergi ke Koreanya kan minggu depan, kenapa harus berkemas nya sekarang?" Arion bertanya dengan nada heran.

Varo duduk di ranjang milik Arion, mengambil buku soal matematika yang tersusun rapi di meja belajar. Ia menatap Arion dengan pandangan santai. "Mama kamu mau ngasih nasehat, dia bilang dia nggak bisa tidur kalau belum menyampaikan hal penting ini sama kamu. Papa sih ikutan aja, sekalian gangguin kamu video call malam ini sama calon menantu papa. Hahaha~"

"...."

"...."

Arion menatap Lily, ia meminta mamanya itu untuk duduk di pinggir ranjang, sementara Arion duduk bersilah di depan Lily. Ia menunggu nasehat dari mama tercintanya itu.

Lily mengelus kepala Arion dengan penuh sayang, sebenarnya ia merasa sedih untuk kembali melepas Arion pergi ke negeri orang, tapi Arion kecil yang dulu sering di gendongnya kini sudah berusia 20 tahun. Arion yang sekarang meski masih sering bersikap manja pada Lily, terutama jika tidak ada Varo, kini sudah terlihat makin dewasa. Tapi justru itu jugalah yang membuat Lily takut.

"Mama sama papa, mungkin akan jarang mengunjungi mu karena sekarang adik-adik kamu juga lagi butuh pengawasan, remaja seperti mereka lebih butuh bimbingan agar tidak melangkah kejalan yang salah. Jadi, kamulah yang harus sering datang mengunjungi kami, juga harus rajin menelpon dan melaporkan semua kegiatan mu di Korea."

Arion mengangguk, mengiyakan permintaan pertama mamanya.

"Jalani kehidupan mu di sana dengan baik, nikmati masa muda mu dengan melakukan hal-hal positif. Jangan pernah berani menyentuh narkoba juga alkohol, juga kalau bisa jangan merokok. Mama ingin anak mama sehat sampai tua."

Arion kembali mengangguk. "Arion janji, nggak akan pernah jadi anak nakal."

Lily kembali memberi pesan. "Juga...mungkin mama yang terlalu berpikiran negatif, tapi dari apa yang papa mu ceritakan ke mama, kehidupan di Korea tidak seindah drama percintaannya. Kamu jelas nggak akan ke kekurangan materi, apapun yang kamu mau mama sama papa bisa kabulin. Tapi satu hal yang harus kamu janjikan ke mama papa, jangan merusak nama baik anak perempuan dengan melecehkanya sebelum menikah, seberapapun besar cinta di antara kalian. Karena meskipun di Korea hamil sebelum menikah itu legal, tapi di Indonesia itu sangat tabu dan mama juga menentang hal itu."

"Dan yang terakhir....nanti ketika kamu sudah siap untuk membahagiakan orang yang paling kamu cintai, jangan pernah membuat ia terluka baik dengan sikap mu atau dengan karir yang kamu jalani saat ini. Mama harap kamu lebih mengutamakan orang yang kamu sayangi di atas segalanya. Mama yakin kamu mengerti maksud mama."

Varo meletakkan buku soal-soal matematika yang tadi di pegang nya. Arion sempat sempat melihat papanya itu melingkari setiap jawaban hanya dengan melihat soalnya. Ia sendiri jadi penasaran seberapa cepat papanya itu menjawab soal.

"Menurut papa sih ya, untuk bagian nafsuan ketika jatuh cinta itu biasa."

Ucapan Varo mendapat lirikan tajam dari Lily.

Varo tersenyum ke arah istrinya, lalu kembali memberikan penjelasan. "Ketika papa tau ada rasa sama mama mu dulu, semuanya jadi serba aneh. Dikit-dikit pengen deketan, pengen pegang-pegang, pengen peluk, pengen ci...auu! Kok aku di cubit sih?!" Varo protes. Pria itu memijat lengannya yang tadi di cubit Lily. "Aku jelasin secara gamblang biar anak kita ngerti, dan dia juga udah wajib tau hal ini."

"Tapi kan nggak perlu aku dan kamu jadi contohnya." Lily merasa sedikit malu.

"Lah! Aku kan nggak pernah merhatiin gaya percintaan orang lain, dan itu yang aku rasain ketika jatuh cinta padamu. Dan nantinya juga pasti di rasain sama Arion. Atau itu bukan hanya nantinya, sekarang dia sudah mulai merasakan kebucinan terhadap Yong Ji."

"....." Arion bungkam, tidak bisa menyangkal pernyataan Varo.

"Pokoknya, segala hal yang ada hubungannya dengan keintiman, juga perubahan sikap yang mendadak posesif, itu akan kamu alami segera setelah kamu tinggal di tempat yang sama dengan Yong Ji. Jadi kalau kamu udah ngerasa nggak tahan, segera telpon papa! Biar kamu cepat-cepat nikah, dan bebas ngelakuin apa aja sama Yong Ji. Itu...yang papa lakuin dulu sama mama kamu."

"-_-" Lily menarik nafas dalam, ternyata di balik lamaran romantis dengan alasan belajar mencintai bersama-sama dulu, ada juga maksud terselubung di balik itu.
Dasar pria mesum!

Arion hanya mengangguk. Saat ini dia belum sampai ke tahap akan memakan (menyerang dalam artian 21+) Yong Ji ketika melihat gadis itu. Tapi apa yang di sarankan papanya itu juga masuk akal baginya. Jadi ia setuju-setuju saja dengan saran itu.

"Awalnya, mama nggak perlu menyampaikan hal seperti ini, tapi...karena sifat kamu itu sepertinya akan mirip dengan papa mu ketika benar-benar jatuh cinta, jadi ini agak penting juga."

Arion kembali menatap mamanya. Ia menunggu Lily kembali menjelaskan.

"Kontrol rasa cemburu mu! Jangan terlalu berlebihan seperti papa mu ini, apa saja bisa jadi salah paham. Jangan terlalu posesif, berikan kebebasan terutama dalam memberikan penjelasan pada Yong Ji. Nggak semua yang orang sampaikan pada mu itu bisa di percaya dan nggak semua apa yang kamu lihat dengan mata mu itu benar. Nggak semua laki-laki berniat buruk merusak hubungan percintaan mu, jadi...selidiki dulu dan bicarakan itu dengan Yong Ji secara terbuka."

Lily menarik nafas dalam, lalu kembali menjelaskan. "Terutama ketika kalian sudah menikah! Jangan hukum istrimu di tempat tidur, karena besoknya dia akan menderita sakit pinggang parah, pikirkan keadaan fisik istri mu juga."

Varo segera menutup mulutnya karena hampir tertawa. Ia sangat mengerti maksud ucapan istrinya itu. Sementara Arion mengerutkan dahi sembari menggaruk pipinya yang tidak gatal.

Dan apa maksudnya ini? Jadi...papa sering menghukum mama di tempat tidur sampai mama sakit pinggang begitu? Hukuman macam apa itu? Tapi kalau di ingat-ingat...mama memang sering mengeluh sakit pinggang setiap pagi. Hmm aneh sekali!

Arion menoleh ke arah Varo untuk mendapatkan penjelasan, tapi papanya itu masih dengan senyum mengembang diwajahnya, bangkit dari ranjang dan menepuk bahu Arion. "Nanti...kalau kamu udah nikah, kamu akan mengerti dengan sendirinya. Itu semua nggak perlu dipelajari sekarang. Nah, tidurlah, ini sudah larut. Sampaikan salam papa pada Yong Ji, bilang ma'af telah mengganggu kencan via video call kalian malam ini."

Setelah mengatakan hal itu, Varo mengajak istrinya kembali ke kamar mereka. Meninggalkan Arion dengan rasa sedikit penasaran soal sakit pinggang itu.

🌸🌸🌸

(END) Love LockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang