Makasih Kak Juna

8.5K 336 9
                                    

Bahagia. Mungkin definisi ini terlalu singkat menggambarkan betapa gembiranya hati Mila saat ini. Ia benar-benar tidak menyangka hubungannya dengan Arjuna akan lebih membaik dan bahkan lelaki itu sudah mulai bersikap manis kepadanya. Mila tidak peduli, apakah sikap manis ini untuk dirinya atau hanya untuk si jabang bayi, yang jelas Mila sanga bersyukur.


Berjalan menuju mobil, Mila tidak melepas pandangannya dari wajah Arjuna. Sekian kalinya ia terjatuh dalam pesona wajah tenang bermata tajam itu. Ia mengelus perutnya, berharap setiap kebaikan yang ada dalam diri Arjuna tertular kepada anaknya.

Arjuna yang menyadari tatapan Mila hanya tersenyum tipis, masih dengan pandangan ke depan ia mengelus puncak kepala Mila dengan tangan kanannya. Dia tidak berkata apa-apa selain mengeratkan tautan kedua tangan. Arjuna merasa tenang di sisi Mila, ia merasa seolah beban yang ia rasakan seolah sirna.

Arjuna memutari mobil membukakan pintu untuk wanita kesayangannya. Setelah memasangkan sabuk pengaman dan memastikan sang istri duduk dengan nyaman ia mulai menyalakan mesin mobil.

"Nggak capek?" tanya Arjuna, matanya fokus menatap jalan.

"Nggak, justru aku senang banget!" balas Mila dengan senyuman lebar. "Makasih banyak ya, kak. Hari ini aku benar-benar senang, dan maaf kalo kami sudah merepotkan kamu."

Arjuna menggeleng. "Kalian sama sekali ngga ngerepotin aku, hadirnya kalian justru memberi semangat buat aku untuk ke depannya lebih baik lagi, lebih giat kerja juga buat dia."


"Makasih, kak, oya, mama ngajakin kita makan malam di rumah besok. Mama kak Arjuna benar-benar baik, aku sayang banget sama dia."

"Kalian kalo ketemu, suka lupa diri kalo sudah punya suami, sukanya jalan-jalan berdua.  Gibahin aku, papa atau kak Abimanyu. Ngomongin kak Abi, dia bakal pulang bulan depan."


"Dia orangnya gimana sih kak, kata mama, kak abi itu humoris, kalo menurut kak Juna?"

Arjuna tersenyum, ia melirik Mila sebentar. "Dia... nyebelin. Kamu tahu kan aku orangnya pendiam, aku jarang berinteraksi sama orang rumah. Tapi dia.. dia itu berisik, ada aja yang jadi bahan obrolan kalo sama dia."


"Aaa, jadi pengen punya abang. Kalo kak abi pulang aku mau PDKTan sama dia ah, kamu setuju kan sama Mama?" tanya Mila sembari mengelus perutnya.


"Iya Mama, kaka pengen ketemu sama paman. Nanti kita ajakin dia makan esklim," katanya menirukan suara anak kecil.

“Sehat-sehat ya di dalam sama, Papa udah ngga sabar ketemu kamu. Jagoan Papa harus kuat,” ujar Arjuna sembari mengelus pelan perut buncit sang istri.

“Iya, Papa,” balas Mila dengan senyum manis tertahan.

Rasanya tubuh Mila begitu berat, lelah baru ia rasakan sekarang. Sesampainya di apartemen ia langsung merebahkan diri di tempat tidur. Mata yang semulanya cerah kini mulai meredup diserang kantuk, Mila rasanya tidak sanggup lagi membuka mata hingga tanpa sadar mata itu telah tertutup sepenuhnya. Arjuna yang baru saja masuk ke dalam kamar berkacak pinggang, sebuah lengkungan terukir di bibir tipisnya. Segera ia masuk ke dalam kamar mandi. Menyegarkan diri dengan dinginnya air malam ini.

Arjuna menatap pantulan wajahnya di dalam cermin. Peristiwa di hari pernikahan kembali terlintas di benaknya. Arjuna ingat betul, saat itu ia menyalahkan Mila atas apa yang terjadi, rasa simpati terganti dengan rasa amarah. Arjuna seharusnya sadar bahwa di sana Mila lah yang tersakiti. Sekarang Arjuna benar-benar menyesali ucapannya waktu itu. Belum terlambat untuk memperbaiki semuanya.

Arjuna merebahkan dirinya di samping Mila, ia kecup kening istrinya lama. Sekarang Arjuna benar-benar harus mengambil keputusan, ia tidak ingin lagi menjadi seorang lelaki pengecut. Arjuna mengambil gawai miliknya di atas nakas, ia mengirimkan pesan kepada Saras.

Me
[Aku mau bicara hal penting sama kamu besok]
My Sunshine
[Kenapa ngga sekarang aja? Aku belum ngantuk kok]

Me
[Ngga papa, akunya udah ngantuk, obatnya udah di minum? ]

My Sunshine
[Belum, pengennya disuapin kamu]

Me
[Jangan manja, mulai sekarang belajar mandiri. Aku nggak selamanya bisa jagain kamu]

My Sunshine
[Loh, tumben kamu bilang gini, ada apa? Jun, emangnya kamu mau ke mana? Aku ada salah sama kamu?]

“Nggak, Ras. Kamu nggak salah apa-apa, yang salah itu aku.”

Arjuna menyimpan kembali gawai miliknya, ia memang harus melepaskan Saras, selama ini Saras adalah mata harinya. Sejak kecil mereka berdua berteman dekat. Saras adalah orang yang paling dekat dengannya, bahkan sang Mama tidak begitu tahu kehidupannya lebih dari Saras. Tapi... mungkin keputusan ini yang terbaik. Saras dan Mila adalah jantung dan hati Arjuna, namun ia tidak ingin serakah. Ia tidak ingin lagi lari dari masalah ini. Yang harus ia lakukan adalah menjaga orang yang ada di sampingnya saat ini.

“Udah, ini emang yang harus elo lakuin dari dulu. Lo bukan cowok pengecut, yang harus lo lakuin sekarang menyelesaikan masalah ini. Lo ngomong sama Saras,” ujarnya bermonolog.

Arjuna memeluk, menghujami ubun-ubun Mila dengan kecupan. Sekarang ia harus berusaha menyembuhkan luka hati istrinya. Ia sekarang menyadari ini semua memanglah kesalahan dirinya baik itu disengaja atau tidak.

“Maafin aku udah bikin kamu dikucilkan, maaf bikin kamu putus sekolah, maaf bikin kamu dihina orang. Maaf untuk segala sikap buruk aku ke kamu. I love you.”

Arjuna harap keputusan ini adalah yang terbaik untuk mereka bertiga. Ia harap Saras mau mengerti. Biar bagaimana pun Saras adalah gadis mataharinya. Ia menyayanginya dan menjaganya lebih dari Arjuna menjaga dirinya sendiri.


Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang