Undangan

2.6K 142 0
                                    

Hari ini selesai simulasi, Arjuna mengantarkan Mila ke Mal, katanya dia ingin membeli beberapa perlengkapan mandi dan beberapa barang pribadi untuknya.

"Mbul, maaf ya, aku ngga bisa temenin kamu. Di kafe ada masalah sedikit, kamu ngga pa-pa 'kan aku tinggal? Jangan matiin HP kamu, kalo ada sesuatu langsung telepon aku!" Arjuna mengingatkan.

"Iya. Siap."

"Tapi bener nih, ngga apa-apa kamu sendirian gini?" tanya Arjuna, kembali memastikan.

"Ihhh, Kak Juna. Kaya aku anak kecil aja yang harus dijaga terus, udah pergi aja Kak."

"Hm, yaudah. Aku pamit." Arjuna mengecup puncak kepala Mila untuk berpamitan, segera saja Arjuna masuk ke dalam mobil setelah ia merasa yakin bahwa Mila bisa dia tinggal sendirian.

Mila berkeliling, setelah satu minggu tidak keluar dari apartemen karena takut bertemu Kevin, akhirnya ia bisa kembali menghirup udara segar. Berbelanja adalah salah satu rutinitas yang disukai Mila, mungkin bukan cuman dia saja, sepertinya semua  kaum hawa sangat menyukainya.

Setengah jam Mila berkeliling mal, kebutuhan yang ia cari semuanya telah lengkap, karena hanya barang-barang kecil, Mila hanya menenteng dua paperbag berukuran sedang di tangannya.

Dret,,, dretttt..

Suara ponsel di saku sweater Mila berbuyi, ternyata itu dari Wulan--mama mertuanya.

"Halo, Ma. Iya, Mila lagi di mal."

"Mama ngga usah datang, aku uda mau pulang kok."

"Iya, Ma. Aku hati-hati kok," ujar Mila menenangkan mertuanya. Panggilan diputuskan, Mila menggelengkan kepala tidak menyangka. Ternyata Arjuna menghubungi Mamanya untuk menemani Mila, tentu Mila sangat senang saat Mama berkata akan datang, sayangnya dia sudah ingin pulang.

Mila berjalan sambil menunduk, mencoba mencari kantung sweaternya untuk menyimpan ponselnya kembali. Karena tidak fokus, ia tidak sengaja menabrak punggung seseorang.

"Ah, maaf... ." Mila mendongak, memeriksa siapa yang telah dengan tidak sengaja ia tabrak.

Mila mematung seketika saat melihat orang yang ia tabrak berdiri di depannya. Dia sosok yang Mila hindari beberapa hari ini, pemuda itu kini berada tepat di depan mata kepalanya. Rasanya Mila ingin kembali memutar waktu, kali ini sepertinya dewi fortuna tidak berpihak kepadanya. Ia sudah tertangkap basah oleh pemuda itu.

Kevin memeluk Mila dengan tiba-tiba, dia menghirup rakus aroma tubuh Mila yang sangat ia rindukan. Sementara Mila mematung, ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Rasanya tangannya seketika terkena tremor.

"Kamu ke mana aja, Sayang? Hiks... hiks.. Aku cari kamu ke mana-mana, aku putus asa nyariin kamu, kenapa kamu tega ninggalin aku?! Asal kamu tahu... aku ngga bisa jadi diriku karena kehilangan kamu, apa kamu lupa sama janji kamu. Mil, kamu bilang di hari kematian mamaku, kamu ngga akan pernah ninggalin aku, kamu jahat, Mil!" Kevin terisak, masa bodoh dengan harga dirinya sebagai lelaki, sekarang ini ia harus bisa mencegah Mila kembali menghilang.

Air mata Kevin terus berderai, ia tidak kunjung melepaskan pelukannya, meski Mila terus saja melakukan perlawanan dengan mendorong tubuhnya. "Kak Kevin, lepasin aku... ."

"Kenapa, kamu usah ngga cinta lagi sama aku? Apa aku pernah buat salah sama kamu?" suara isak Kevin semakin terdengar, ini adalah kali kedua Mila melihat Kevin serapuh ini. Tapi bagai mana pun juga, mereka sekarang sudah berbeda status. Ada begitu banyak jarak yang tidak mungkin mereka kikis, dan Mila pun tidak ingin kembali bersama Kevin. Hidupnya sudah bahagia sekarang.

"Lepasin aku, Kak!" pekik Mila kesal.

Mendengar pekikan Mila membuat Kevin refleks melepaskan Mila. Ia mengamati wanita itu dari atas sampai bawah, tunggu ada yang mengganjal. terakhir kali mereka bertemu, Kevin kira Mila hanya tampak gendut tapi ternyata wanita itu tengah mengandung?

"Kamu hamil?" tanya Kevin linglung. Tidak percaya dengan apa yang tengah ia saksikan.

"I-iya, Kak," balas Mila membuang muka, ia tidak sanggup melihat tatapan terluka yang terus pemuda itu isyaratkan padanya.

"Gimana bisa?!"

"Aku... aku udah nikah, Kak. Jadi aku minta mulai dari sekarang jauhi aku, anggap aja kita ngga pernah saling kenal."

"Nikah? Kamu ngga lagi becanda 'kan, Sayang?" Kevin tersenyum.

"Selera humor kamu jadi aneh gini," lanjut Kevin, dia hendak mengelus wajah Mila. Tapi wanita itu dengan sigap menepis kasar tangan Kevin sebelum tangan itu benar-benar menyentuh wajahnya.

"Aku serius Kak. Dan maaf aku harus pergi!" Mila beranjak pergi, ia tidak bisa lagi terus berada di sana. Tapi dengan cepat Kevin menahan tangan Mila. Dia menarik paksa Mila keluar dari Mal.

"Lepasin Kak! Aku bilang lepas!!" Kevin membuka pintu mobil BMW hitam miliknya dengan tergesa, ia menghempas kasar tubuh Mila ke dalam mobil.

"Kak, aku bilang lepasin aku. Tolonggg!!! Tolonggg!!" Mila berteriak, mencoba mencari bantuan. Tangan Kevin bergerak mencari sesuatu di bawah kaki Mila. Pemuda itu menempelkan lakban hitam di mulut Mila sehingga suara wanita itu tertahan. Juga tangan dan kaki Mila ia lakban, agar wanita itu tidak bisa lari.

Kevin menatap Mila dengan tatapan lembut. " Maafin aku, aku ngga mau kasarin kamu. Tapi kamu berisik dan terus melawan."

Mila berusaha melawan, ia mencoba menendang pintu mobil dengan kakinya namun semua itu sia-sia. Kevin telah mengunci semua pintu mobil itu. Kevin melirik Mila sekilas, lalu mulai menjalankan mesin beroda empat itu.

"Tenang, Mila. Aku cuman mau ngomong sama kamu, kalau kamu ngga bisa tenang juga. Maafin aku, aku ngga bisa menjamin keselamatan bayi kamu!" ancam Kevin dengan penuh intimidasi.

"Kamu mau bayi kamu mati?"

Mila menggeleng, air matanya tidak mampu lagi ia bendung. Kenapa semua jadi seperti ini, Mila tidak menyangka seorang Kevin bisa berbuat jahat.

Kevin menyeka air mata wanita itu, sebenarnya ia sangat benci melihat Mila menangis, tetapi jika dia tidak berbuat seperti ini, Mila pasti akan langsung pergi darinya. Kevin membuka lakban, membuang benda itu sembarang.

""Kamu tau aku udah ncari kamu berbulan-bulan, aku tanyain om gilbran. Tapi dia gak mau jawab dan sekarang akhirnya aku bisa bertemu kamu lagi. Aku frustrasi tanpa kamu Mila!" Kevin tersenyum lebar ia mencium tangan Mila posesif.

""Berhenti! Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, Kak!" Mila takut dengan perubahan sikap Kevin. Ia ingin Arjuna datang menyelamatkannya. Mila sungguh panik saat ini. Belum lagi tiba-tiba saja perutnya terasa sangat sakit, ia mencoba mengambil pasokan udara. Mila memegangi perutnya yang terasa kram, melihat Mila yang kesakitan tidak membuat Kevin berhenti, ia terus menerobos jalan seolah ia tidak peduli dengan kesakitan yang wanita di sampingnya itu alami.

""Ngga, Syang, kamu tetap milikku dan akan tetap begitu. Kita uda janji bakalan hidup bersama." Kevin membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi ia tidak mau wanitanya hilang lagi dari jangkauannya.

""Tapi Mila uda nikah, aku gak bisa sama kamu lagi!" pekik Mila naik satu oktaf.

Kevin merem mobilnya mendadak sampai pelipis Mila membentur dasbor mobil itu.

"Dengar." Kevin membelai lembut dagu Mila lalu mencengkeramnya kuat sampai terdengar ringisan kesakitan dari bibir wanita malang itu" Kamu bukan milik siapa pun selain aku! Kamu dengar itu? Mila Hauri Aditama cuma milik Kevin Dirgantara!"

"Nggak, aku bukan milik Kak Kevin. Aku sudah menikah! Lepasin aku, Kak!"

"Sayang, aku gak bisa hidup tanpa kamu, kamu mau kan kembali lagi denganku?!" Kevin membelai pipi Mila sensual. Seringai di wajahnya tampak begitu mengerikan, Mila menggerak-gerakan kepalanya ia tidak mau di sentuh pria di hadapannya itu. Kevin yang kesal karena merasa tertolak menampar keras pipi Mila sampai sudut bibir wanita itu mengeluarkan darah segar.

"Sampai kapan pun. Aku nggak akan mau kembali sama kamu, bahkan jika Kak Kevin mau membunuhku, itu tidak masalah. Aku tidak akan pernah sudi bersama orang yang tidak aku kenal lagi seperti kamu!"

"HARUS BERAPA KALI AKU KATAKAN KAMU HANYA MILIK KEVIN DIRGANTARA! MILA HAURI ADITAMA KAMU SATU-SATUNYA YANG AKU CINTAI!" Kevin berteriak. ia kesal, ia kembali melaju dengan mobilnya, mengendara ugal-ugalan sampai Mila bergetar ketakutan, tangannya ia gunakan memegangi erat kaca mobil tangan satunya ia gunakan untuk memegangi perutnya. Kondisi saat ini membuat Mila merasa tidak nyaman, ia terus berusaha melindungi perutnya. Kevin semakin menggila.
sehingga Mila benar-benar merasa ketakutan. Kevin yang ia lihat sekarang tidak ada bedanya dengan seorang psikopat yang haus darah.



Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang