Siapa. orangnya

3.3K 183 7
                                    

"Juna, aku gak mau kita putus. Kamu ingat kan, Jun. Kamu janji buat sama-sama aku sampai nanti kita tua!" Saras menatap Arjuna dengan tatapan sendu juga mata merah, gadis itu tampak begitu kacau. Kantung matanya bahkan sudah terlihat sangat menghitam, wajah pucat dan bibir yang biasanya di hias dengan warna merah itu kini terlihat kering dan pecah-pecah. Arjuna merasa teriris, gadis di depannya bukan Saras yang ia kenal. Saras yang ia kenal tidak akan pernah mengabaikan penampilannya walau pun dalam keadaan sesulit apa pun.

"Maaf, tapi manusia bisa berencana, tapi tuhan yang menentukan, Ras."

"Kamu jahat, kenapa dari awal kamu memberi aku harapan. Kamu bilang bakalan jagain aku, sekarang apa? kamu udah benar-benar ngejauhin aku! hati aku sakit Jun kamu giniin!" teriak Saras pilu, air mata yang ia bendung kini mulai lolos dari pelupuk mata, siapa yang tidak akan kecewa bila di tinggalkan, terlebih itu orang yang sangat dicintai.

"Ras, aku selalu jagain kamu dari kejauhan, sekarang status aku udah beda. Aku, Nakula, Sadewa, Yudistira. Semuanya jagain kamu," balas Arjuna sembari memegang bahu Saras yang kini tampak bergetar.

"Kita bisa backstreet, kita pacaran diam-diam tanpa ada yang tau. Lagi pula kita sahabatan jadi gak akan ada yang bakal curiga, mau ya Jun?" pinta Saras penuh harap, ada senyum kecil di bibirnya, ia sangat yakin Arjuna akan mau, selama ini Arjuna tidak pernah menolak permintaannya. Backstreet adalah jalan aman menurutnya. Saras benar-benar tidak bisa hidup tanpa Arjuna, ia kacau, tidak ada gairah hidup, semua terasa tidak bermakna.

"Kamu gila?! tolong mengerti, Ras. Aku udah nikah. Kita bukan anak kecil lagi, jadi stop jadi kekanakan-kanakan!" ujar Arjuna kesal, ia mulai berbalik badan, Saras sudah mulai gila, Arjuna tidak ingin terus membuat gadis itu berharap. Semoga saja Saras bisa introspeksi diri.

"Aku akan bunuh diri! kalo kamu gak mau kita backstreet."

Belum jauh Arjuna melangkah suara Saras yang melengking keras membuat langkah Arjuna terhenti. Sementara Saras tersenyum lebar di sana.

"Kamu gak mungkin bisa ninggalin aku Arjuna Dwipandu, lihat aja," ucap Saras membatin.

Arjuna menarik napas lelah, ia berjalan menjauh. Sejujurnya Arjuna was-was, tapi ia tidak mau mengambil keputusan yang salah. Melihat Arjuna yang mulai menjauh membuat Saras mengepalkan tangan, Arjuna kira dia tidak akan berani? tentu Saras akan melakukan apa pun untuk Arjuna. Tampaknya pria itu butuh bukti, awas saja jika dia akan menyesal pada akhirnya.

****

Tet,,, tet,,,

Bel pulang berbunyi nyaring, semua siswa berlarian keluar kelas, suara bel sama halnya dengan mendengar bunyi surga, sangat di nanti, terutama oleh cacing yang meminta asupan makanan. Nakula cepat-cepat meraih tasnya, dari tadi perutnya sudah berdemo. Seolah ada teriakan meminta nasi di dalam perut sana. Ah iya, dia lupa. Hari ini tidak membawa motor, Nakula sidah lebih dahulu berdiri di depan mobil Arjuna. Ia mengeluh, merutuki teman-temanya yang lamban.

"Kemana sih, tu anak-anak. Gila cacing gue udah demo," katanya lirih.

Tidak lama muncul Arjuna, Sadewa dan Yudistira. Sadewa dan Arjuna masuk ke dalam mobil sementara Yudistira berjalan menuju motornya.

Arjuna menyalakan mesin mobil, meninggalkan area sekolahan. Wajah dingin Arjuna dan keterdiaman Sadewa membuat Nakula mengerutkan dahi binggung. Terlebih Arah jalan yang mereka lalui bukanlah menuju kompleks rumahnya.

"Loh, kita mau kemana? gue udah lapar nih."

"Udah, lo ngikut aja," kata Sadewa lalu ia kembali terdiam.

Mendengar jawaban Sadewa membuat Nakula berdecak malas, Ia kembali menyenderkan kepala ke kursi sembari mengamati jalanan. Merasa jalan yang di lalui cukup familier Nakula mangut-mangut dengan wajah bersinar. Ternyata mereka akan ke Cafe milik Arjuna. Dan di belakang sana Yudistira juga mengekor dengan motor Ninjanya.

Sesampai di Cafe Blackdemon Arjuna menuntun langkah teman-temanya menuju meja nomor 40, tempat yang menurutnya paling sepi dan jauh dari pelanggan lain.

Aina berlari masuk ke dalam cafe, ia hendak menganti seragam sekolahnya dengan baju kerja, namun suara Nakula membuatnya menoleh. Aina mengedarkan pandanganya mencari sumber suara.

"Gue di sini, Na. Meja nomor empat puluh!"

Itu dia, Aina sudah melihat keberadaan makhluk tampan seantero sekolah itu. Ia bergegas menemui empat sekawan itu.

"Ada yang bisa saya bantu, Kak?"

"Tolong bawain roti bakar, chicken Finger, kentang goreng saus keju, spaghetti bolognese, sandwich. Sama minumnya fruit tea yah."

"Yang lain? minumnya apa, Kak?"

"Samain aja," balas Sadewa.

"Baik, ditunggu ya kak." Aina berjalan menjauh sembari menghafal semua menu yang di sebutkan tadi. Ia merasa sedikit aneh dengan bosnya, Arjuna memang selalu diam tapi biasanya dia akan tetap menebar senyum pada karyawannya.

"Jadi gue mau minta bantuan kalian, gue harap lo semua ada yang bersedia," ungkap Arjuna.

"Saras nemuin gue tadi, dia ngajak gue backstreet."

"What the f*ck! gila tu cewek, gue gak nyangka Saras bisa berubah seperah itu," balas Sadewa terkejut.

"Udah gak ada harga diri tu cewek," timpal Nakula.

"Kalo gue gak mau, dia ngancem mau bunuh diri."

"Biarin Jun, biar mati sekalian. Apa-apaan, gila ya, selama ini kita capek-capek jagain dia. Dia malah pengen ketemuan sama malaikat Izroil!" bisik Nakula kesal, selama ini Nakula belum pernah melihat gadis gila seperti Saras. Ia kira itu hanya ada di flm-flm.

"Apa jangan-jangan, si Saras nonton sinetron makanya lebai kaya gitu? OMG kita harus buang TV di rumah Saras!" celetuk Nakula.

Yudistira dan Sadewa saling pandang, lalu menggeleng dengan muka masam. Apa dikira buang TV akan menyelesaikan masalah?

"Jadi lo mau kita gimana Jun?" tanya Yudistira.

"Gue pengen salah satu dari kalian ngedeketin Saras, ajak dia pacaran atau jadi temen baik, mungkin?" ungkap Arjuna, ia yakin cara ini akan berhasil tapi... bukankah ia sama saja mempermainkan hati gadis itu?

"Jun, lo yakin ini bakalan berhasil?" tanya Yudistira.

"Yakin, untuk melupakan orang lama kita butuh orang baru, dan itu cara paling ampuh yang gue pikirin saat ini. Gue benar-benar gak tahu lagi harus ngapain." Arjuna menarik napas panjang, ia sudah lelah. Arjuna ingin semuanya segera berakhir, Saras layaknya adik sendiri. Dan seorang Kakak selalu ingin memberikan yang terbaik untuk adiknya, tapi tidak dengan hubungan toxic.

"Ada yang bersedia?"

Ketiga sekawan itu sama-sama diam, Saras cantik namun pikiran-pikiran gilanya itu tentu membuat mereka tak berani. Dan lagi, Saras dari awal bukan orang yang paling mereka kenal. Mereka mengenal Saras pun dari Arjuna. Tapi posisinya sekarang, Arjuna adalah teman mereka dan tentu sebagai kawan mereka harus saling membantu. Lama ketiganya terdiam, akhirnya ketiganya serempak mengangkat tangan.

"Gue mau."

"Gue."

"Biar gue aja."

Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang