Bima menaiki mobil sport merahnya, tadi Nakula baru saja meneleponnya. Meminta Bima membawakan flashdis ke apartemen sang kapten, Bima bersiul-siul ria. Rencananya setelah pulang dari rumah sang kapten Bima akan mengajak Mila jalan-jalan. Membayangkan wajah ceria Mila membuat Bima menyunggingkan senyum manis, tidak peduli masa lalu apa yang Mila alami Bima akan tetap mencintai Mila Hauri Aditama dengan segenap jiwa dan raganya.
Suara bel membawa langkah kaki panjang Arjuna menuju pintu, di sana Bima tengah berdiri menghadapnya sambil tersenyum. Mereka melakukan hingtfive ria, kemudian Arjuna selaku pemilik rumah mempersilahkan juniornya untuk masuk ke dalam. Bima mendudukkan dirinya di atas Sofa.
"Bang, ini flashdis dari bang Nakula."
Arjuna menerima flashdis dari tangan Bima, Kemudian menyimpannya benda pipih kecil itu di atas meja di samping laptopnya yang menyala.
"Tinggal beberapa hari menuju pertandingan, kita masih latihan, Bang?" Bima mengamati seniornya yang tengah sibuk mengutak atik laptop di hadapannya.
"Besok latihan terakhir kita," balas Arjuna singkat. Tidak mengalihkan tatapannya sama sekali.
Bima memeriksa ponselnya yang sedari tadi berbunyi, beberapa notifikasi dari mantan-mantan pacarnya masuk memenuhi layar handphonenya.
Bima menatap jengah pada sepuluh pesan teratas dari gadis yang berbeda-beda, Bima merutuki kebodohannya. Andai saja Bima bertemu lebih awal dengan Mila pasti dia tidak akan menjadi playboy. Tapi, tenag saja karena sekarang hanya Mila yang Bima sayangi. Ia akan tetap setia pada satu wanita yaitu Mila.
Sebuah suara yang amat Bima kenal membuat Bima yang tadinya asyik menunduk menatap layar gawai mendongak ke arah sumber suara, ia kaget melihat Mila tengah berdiri di samping kursi Arjuna, sebuah pertanyaan muncul dalam benaknya bagaimana bisa Mila berada di Apartemen seniornya?
Berbagai pikiran negatif bermunculan di kepalanya, Bima buru-buru menepis pikiran-pikiran buruk tentang gadisnya itu. bisa saja Mila ada urusan dengan Arjuna ? Mila yang sadar ia di perhatikan, mengalihkan perhatiannya ke arah sosok yang duduk di depan Arjuna, Mila kaget melihat Bima yang tengah menatapnya dengan pandangan tak terbaca.
"Bi-bima?" Mila menelan ludah susah paya, tenggorokannya terasa perih tidak bisa berkata-kata.
Sementara Arjuna diam, dia lupa menyembunyikan Mila. Sial, semua rahasianya sudah terbongkar, Bima bukan orang yang mudah di bohongi juniornya itu orang yang penuh kewaspadaan.
"Bang ini maksudnya apa? Kok bisa si Tikus... maksudnya, Mila ada di sini? Apa jangan-jangan kalian-?" perkataan Bima terpotong oleh suara berat Arjuna, untuk apa lagi membuat alasan jika sudah ketahuan?
"Apa yang lo pikirin emang benar, gua sama Mila udah nikah."
Mila menatap tak percaya pada Arjuna, bukankah laki-laki ini sendiri yang memintanya merahasiakan hubungan mereka, sungguh Mila kesal pada Arjuna yang bertindak semaunya.
Sementara Bima diam membisu, batinya bagai tertusuk ribuan jarum. Bima sangat-sangat kecewa dengan kenyataan, ini lebih berat dari kenyataan yang sebelumnya Bima dengar, kebenaran ini membuat hati Bima remuk. Bima tersenyum paksa, harapannya pupus sudah, bagaimana bisa Mila dan sang kapten yang ia hormati bisa melakukan ini kepadanya.
"Selamat Bang.” Bima tersenyum palsu, batinya berteriak. Rasa sesak di dadanya kian menjadi saat melihat air mata jatuh membasahi pipi Mila, wanitanya? bukan, Mila bukan lagi wanitanya.
Bima tidak mau menerima kenyataan pahit itu, ia sulit menerima ini semua. Mila adalah secercah cahaya di hidupnya, bagaimana bisa tuhan merengut paksa Mila dari dekapan Bima.
"Gua balik dulu kak, Mil."
Arjuna mengangguk singkat, Arjuna tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Toh memang benar itu kenyataan yang sebenarnya.
Bima keluar dari Apartemen Arjuna dengan perasaan terluka, saat ia hendak membuka pintu mobilnya Mila menahan tangan Bima yang hendak membuka pintu. Wajah Bima memerah menahan tangis, Bima menepis pelan tangan Mila yang berada di atas tangannya.
"Bim, gu-gua bisa jelasin, tolong... Gua mohon, ndengerin gue, please.." Air mata wanita itu berderai, ia tidak mau kehilangan Bima sahabatnya yang selalu ada untuknya, membuatnya tertawa dikala ia menangis. Hanya Bima yang selalu ada untuknya, katakanlah Mila egois tapi ia tak peduli. Ia menginginkan Bima selalu ada di sisinya, Mila tak ingin kehilangan sandarannya.
Bima tersenyum lebar, menatap intens kedua manik mata kelam milik Mila. Bima mengangguk membukakan pintu mobilnya untuk Mila, di dalam mobil hanya ada keheningan di antara keduanya, tidak ada canda tawa seperti biasanya. Bima hanya fokus menatap jalan raya. Sesekali isak tangis Mila terdengar, hal itu membuat Bima ingin memeluk wanita itu menenangkannya dalam dekapan hangatnya, namun ia urung karena teringat sebuah fakta yang ia dengar beberapa saat lalu.
***
Bima membawa Mila ke sebuah taman, sore hari seperti ini taman sudah legam karena sebelumnya sempat terguyur hujan, Bima dan Mila duduk di salah satu kursi. Keduanya sama-sama diam.
Mila menarik napas kasar mencoba menetralkan suasana hatinya yang kacau antara senang dan takut, ia senang Arjuna menganggap pernikahan mereka. Tapi Mila juga takut, takut kehilangan Bima sang pelindungnya.
Tangisan Mila makin kencang setelah menceritakan awal mula bagaimana ia terikat bersama seorang Arjuna Dwipandu, mulai dari kejadian malam tragis itu sampai semua perlakuan Arjuna terhadapnya.
Bima mendekap Mila membawa gadis itu bersandar di dada bidangnya, Harapan yang tadinya sempat putus kini kembali membuat Bima bersemangat. Berarti Bima masih punya kesempatan, walaupun ia tahu Mila sudah jatuh cinta kepada Arjuna. Tapi Bima akan tetap berusaha merebut kembali hati Mila untuknya.
"Kus, gua mengerti. Nggak usah nangis." Bima mengusap air mata di wajah Mila. Ia tersenyum hangat menatap wanita itu. Sesekali ia memainkan anak-anak rambut rembut Mila yang sangat ia sukai.
"Bim, lo gak akan tinggalin gua kan?" Mila menatap penuh harap tepat di kedua iris mata cokelat Bima, Ia cemas dan sedih saat ini.
"Ha ha, buat apa gua tinggalin, lo, Tikus, mau gimana pun, lo tetap Tikus kesayangan gua," Bima mengacak acak gemas rambut Mila. Sementara Mila hanya mempoutkan bibir kemudian ikut tertawa bersama Bima.
"Gua bosan terus traktirin, lo, sebagai gantinya lo harus masakin gua sesuatu besok, janji?" Bima menaik turunkan sebelah alisnya sambil mengulurkan jari kelingkingnya ke depan wajah Mila.
Mila menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Bima, ia mengangguk mengiakan permintaan dari Bima sahabatnya itu. Merasa sudah cukup lama mereka pergi. Bima mengantarkan Mila kembali ke Apartemen Arjuna, sebenarnya ia tidak enak dengan seniornya Arjuna. Apalagi dia kaptennya. Tapi bukankah Mila sudah mengatakan tadi, bahwa Arjuna tak pernah menginginkan Mila, jadi untuk apa Bima harus mundur?
Bima menatap kepergian Mila sampai wanita itu menghilang di balik pintu. Baiklah sekarang Bima hanya harus mengatur rencana merebut hati Mila. Membuat wanita itu sadar bahwa ia sangat mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi Beda
Teen FictionJudul Sebelumnya [BECAUSE ACCIDENT] [TAHAP REVISI] Cerita ini tak terduga loh☡ alurnya bisa membuat kalian terkejut☺ cerita klasik yang bikin kamu penasaran tentunya😉 kalo tidak percaya sini buktikan sendiri❗ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA😉 Part awa...