Tak sanggup merindu

2.6K 158 0
                                    

Dert.... dert....

Ponsel Mila bergetar, sebuah notifikasi dari nomor Aina muncul di layar pop up. Mila yang fokus menatap bukunya kini beralih meraih ponsel di nakas. Aina mengirimkan Mila satu buah video, segera saja Mila mengunduhnya, sembari menunggu unduhan selesai, Mila membukanya, menonton dengan sabar, karena jaringan lelet tidak bisa diajak kompromi.

Hal pertama yang Mila lihat adalah keramaian tribun penonton, sorak-sorai dari anak-anak SMA Pelita. Mila tersenyum, tentu saja sekolah pasti ramai di hari nasional seperti ini. Lalu kamera mengarah menunjukkan tribun penonton Internasional school, deg. Hati Mila terasa nyeri, ia menatap tribun itu lama, ia bahkan memutar ulang pada menit yang menunjukkan aktivitas di tribun sekolah lamanya itu.

Mila dapat melihat wajah Dara dan wajah Mira yang berteriak heboh, wajah-wajah yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Mila mengepalkan tangan, meski ia sudah ikhlas dengan takdirnya. Tapi rasa kesal itu tetap muncul dalam hati.  Lalu video itu mengarah ke arah lapangan.

Mila melihat Arjuna sibuk mendribble bola, Mila tersenyum sembari mengelus perutnya. "Dedek, lihat deh, papa hebat banget kan mainnya?"

Matanya fokus menatap visual Arjuna, lalu kamera berpindah ke arah pemuda yang sudah lama ini tidak pernah lagi ia lihat, bahkan lidahnya pun keluh saat menyebutkan nama pemuda tampan dengan gaya rambut jabriknya. "kak, kevin?"

Mila tidak menyangka akan  kembali melihat wajah mantan kekasihnya, rasa itu sudah hilang sejak lama. Tapi penampilan Kevin sudah sangat berbeda, gaya rambutnya sudah berbeda dari terakhir kali mereka bertemu, Kevin tampak lebih kurus.

Mila terus memperhatikan pertandingan itu, lalu suara riuh menggema saat Kevin berhasil memasukkan bola ke ring basket tim Arjuna. Videonya berakhir sampai di sana.

Mila mengucapkan terima kasih kepada Aina, karena sudah berbaik hati telah mengirimkan video itu. Rasanya Mila ingin juga pergi ke sana, meneriakkan dukungan untuk Arjuna.

"Huh, seharusnya gue ngga usah inget-inget kak kevin lagi."

"Tapi... dia uda banyak berubah, keliatan kaya ngga terurus. Biasanya dia suka rambut cepak, tapi... waktu terakhir ke time zone gue minta dia motong jadi jabrik, waktu itu dia nolak katanya gak suka, sekarang malah gaya rambutnya kaya gitu. Eeh, udah-udah ngapain ngomongin dia!" Mila memukul kepalanya pelan, menyadarkan dirinya sendiri agar tidak kembali mengenang masa lalu dengan pemuda itu. Sekarang Mila sudah bahagia dengan Arjuna, ia tidak ingin siapa pun mengusik kehidupan rumah tangga mereka.

***

Pertandingan basket antara SMA Pelita dan Internasional school baru saja berakhir, dengan kemenangan yang diraih oleh kelompok Kevin. Sorak bahagia dari siswa-siswi menggema di pinggir lapangan, sementara SMA Pelita sebagai tuan rumah menunjukkan raut wajah kecewa.

"Sayang banget kita kalah," ujar salah satu anggota klub basket Arjuna.

"Iya, entah perasaan gue aja atau emang iya. Sadewa DKK, kaya mainnya ngga bener," kata salah satunya lagi, mereka tidak terima dengan kekalahan itu.

"Psssss, sut, jangan bilang gitu. Sadewa DKK kesini tuh."

Mereka berdua terdiam, Arjuna dan yang lainnya langsung bergabung dengan mereka berdua. Arjuna sebenarnya merasa tidak enak, karena melihat raut kecewa dari anggota timnya.

"Sorry guys, kita kalah. Gue sebagai kapten benar-benar minta maaf," kata Arjuna. Ia menatap wajah-wajah teman seperjuangannya itu dengan wajah bersalah.

"Ngga apa-apa, lagian ini cuman permainan biasa. Ar," balas pemuda yang tadinya membicarakan Sadewa dan kawan-kawan.

Semuanya tampak mengangguk bersamaan, lagi pula meski mereka protes hasilnya tetap sama.

Arjuna menyeka pelipisnya dengan handuk kecil berwarna biru. Sang Surya kian meninggi, menciptakan rasa hangat yang menyengat. Namun kegiatan olahraga masih berlangsung, panasnya matahari seolah memacu semangat mereka untuk terus bersaing.

Ting!

Arjuna mengalihkan atensinya pada layar gawai, itu pesan dari nomor yang tidak terdaftar dari kontaknya. Itu nomor--Kevin.

085*********
[ Di mana kita bisa ketemu?]

[Lo tahu siapa gue kan?]


Me
[Tunggu gue di rooftop.]


"Pamit, gue ada urusan," ucap Arjuna, semua temannya mengangguk sebagai balasan.

Arjuna berjalan cepat menaiki anak tangga, ia sudah tidak sabar menanti janji sahabat lamanya itu. Lantai demi lantai terus ia pijak hingga Arjuna kini berada tepat di depan pintu rooftop.

Udara di atas sana berembus kencang, membuat rambutnya menari kecil di terpa angin. Arjuna berjalan mendekati Kevin yang kini tengah duduk santai di kursi tempat Arjuna biasa duduki.

"Bagus juga rooftop sekolah lo, BTW gue ngga nyangka seorang Arjuna mau mengalah cuman buat video ginian. Sepenting apa sih cewek ini buat lo?" sindir Kevin.

"Jalang gini berapa, sih harganya, lagi pula. Video yang gue maksud ngga seuwow yang lo bayangkan, ha ha ha, lo bisa lihat sendiri!"

Kedua tangan Arjuna mengepal mendengar penuturan Kevin, ia sangat tersinggung mendengar mulut kotor Kevin berani mengatai istrinya sebagai jalang. Arjuna merogoh kantong celananya setelah mendapat kode dari Kevin. Arjuna memutar video itu dengan volume kecil, beruntung tidak tampak wajah di sana. Video itu hanya menampilkan lekuk tubuh samar-samar. Tidak jelas, tapi suara yang timbul dapat memicu orang untuk langsung tahu adegan macam apa yang terjadi.

"Hapus video itu dari handphone lo sekarang!" tegas Arjuna.

"Ya, ya, gue bakalan hapus, tenang aja. Seharusnya lo bersyukur gue masih mau berbaik hati sama lo," Kevin tersenyum meledek.

"Ngga usah bacot! Hapus video itu sekarang juga!" Muak dengan sikap Kevin, Arjuna menatap Kevin dengan mata intimidasi. Menghadapi manusia macam Kevin gampang sekali membuat darah Arjuna mendidih.

"Bawel banget, santai dong, Bro. Ngga mau main-main dulu nih?" kelakar Kevin, seolah apa yang ia ucapkan itu lucu.

"Gue peringatin sama lo---" ucapan Arjuna terpotong.

"Nih!" Kevin menunjuk layar ponselnya, lalu menghapus file video itu. "Puas?!"

"Lo ngga lagi nipu gue kan?"

"Gue bukan bajingan yang ingkar janji. Ngga ada kopinya. Lagi pula, banyak cewek cantik diluar sana, mau gue tunjukkin ngga?" tawar Kevin. Ia sangat puas melihat ekspresi kesal Arjuna.

"Berisik!"

Arjuna segera pergi meninggalkan Kevin. Ia sudah tidak punya urusan lagi dengan pemuda gila itu. Arjuna harap ia tidak akan pernah melihat batang hidung pemuda bajingan itu lagi dalam hidupnya.

Sementara Kevin? Dia menyeringai. Andai saja ia sudah bertemu Mila, bukan tidak mungkin ia terus mencari gara-gara dengan Arjuna. Sayangnya waktu Kevin terlalu berharga untuk Arjuna, ia masih punya misi mencari wanitanya, udara di rooftop membuat Kevin merasa tenang. Bayangan Mila yang tersenyum dengan wajah ditekuk kembali terlintas di benak Kevin. Kevin sangat-sangat merindukannya. Tanpa sadar mata Kevin mulai berkaca-kaca, air mata yang coba ia tahan kembali terjatuh untuk ke sekian kalinya, alasan dari air mata itu hanya satu. Rasa rindu yang begitu dalam menyesakkan dada, sebenarnya, Kevin tidak pernah berniat kembali mengusik Arjuna. Ia hanya mencoba menghibur diri, entah harus bagaimana agar ia lupa dengan Mila. Sudah Kevin coba, tapi semakin ia ingin lupa, ingatan dan rasa itu justru kembali menghantui.

"Mila... please hubungi aku, aku ngga sanggup nahan rindu!"



Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang