Rumah mertua

3K 181 1
                                    

Seperti katanya tadi siang. Selepas beberes dan mandi. Arjuna dan Mila menuju kediaman orang tua Mila.

Minggu lalu, Gilbran dan Rosa baru saja kembali dari Malaysia, katanya urusan kerajaan sudah selesai. Mereka ingin makan bareng dan bercanda tawa dengan Mila dan Arjuna.

Mila mengiyakan saja, apalagi dengan ijin dari Arjuna membuat ia merasa sangat senang.

Arjuna menenteng tas miliknya dan mengangkat koper milik  Mila. Ia mengetuk pintu. Ternyata Rosa sendiri yang membukakan pintu untuk mereka berdua.

"Eh, ada Arjuna juga?" tanya Bunda, ia terkejut melihat kedatangan Arjuna. Mila dan Arjuna tidak bilang sebelumnya bahwa dia juga akan ikut menginap.

"Iya, Bund. Ini Arjuna gak pa-pa kan, datang tanpa di undang?"

"Kamu ini, ya tidak masalah dong! Justru lebih bagus. Ayo-ayo cepat masuk," ajak Bunda. Ia merangkul bahu Mila, membawa putri kesayangannya itu ke dalam, sementara Arjuna berjalan di belakang dengan barang-barang bawaannya. Tidak masalah, Arjuna lelaki kuat kok. Mengangkat barang yang lumayan berat itu, kecil untuknya.

Bunda dan Mila berhenti di depan kamar tamu di lantai bawah. Bunda sengaja mempersiapkan kamar itu untuk Mila, sebab Mila tidak bisa selalu naik turun tangga. Akan lebih baik jika dia tidur di sana, keamanannya lebih terjamin.

Semua barang-barang tadi Arjuna letakkan di pojok kamar. Kamar itu cukup besar dan nyaman, sepertinya Bunda baru saja mengganti sepreiseprei. Biasanya seprei kamar itu selalu berwarna abu-abu. Sekarang warnanya berganti menjadi warna biru dongker, sama seperti seprei kesukaan Mila.

"Semoga nyaman ya, kalian istirahat dulu aja, Bunda mau ke luar sebentar, ada urusan," ujar Bunda.

"Iya, Bund. Nitip martabak telor ya, Bunda," ujar Mila cengar-cengir, jika Bunda  keluar, ia biasanya memang selalu menitipkan makanan pada Bunda.

"Iya, nanti Bunda belikan."

"Gak usah Bunda, biar Juna aja yang beli, nanti Bunda kerepotan. Kan Mila tanggung jawabnya Juna."

Bunda menggeleng dengan senyum cerah di wajahnya. "Aduh, sumi idaman kan Mila?" ucap Bunda melirik Mila. Yang di lirik tersenyum malu.

"Santai aja, Jun. Mila biasa nitip pesanan sama Bunda, lagian tidak repot. Bunda justru senang, sudah lama tidak melakukan kegiatan itu lagi."

"Oh, ya udah. Hati-hati di jalan, Bunda," kata Arjuna sopan.

Selepas kepergian Bunda, Arjuna dan Mila memilih rebahan di kasur. Sekarang baru jam lima sore, bukan waktu yang tepat untuk tidur.

"Mm, Kak Juna. Bisa tolong ambilkan novel di tasnya kak Juna?" pinta Mila, dia malas berdiri soalnya tas itu pun ada di bawah kaki Arjuna.

Arjuna membuka resleting tas punggungnya. Entah kapan, istri mungilnya itu memasukkan buku berwarna pink itu ke dalam tasnya.

"Ini?" tanya Arjuna, ia membalik buku itu, mencari judul dari benda yang lumayan tebal itu.

"I Love You My Bad Husband," eja Arjuna dengan lancar.

"Isinya tentang suami, istri ya?"

"Aku kepo pengen baca," kata Arjuna setelah sampai di sebelah Mila. Segera saja Mila merebut buku itu dari tangan Arjuna, dia malu ketahuan membaca cerita romansa, nanti Arjuna akan berkomentar bahwa Mila juga inginnya di baperin seperti di dalam novel.

"Nggak, Kak Juna kalo mau baca, baca aja tuh buku malin kundang." Mila menunjuk buku di atas nakas dengan dagu, ia terkikik geli menyadari wajah suaminya berubah masam.

"Astaga, lupa, aku harus ke kafe. Ada perkembangan data yang harus aku isi." Arjuna menepuk kepala. Pura-pura lupa, sebenarnya dia tidak ada janji atau dokumen yang harus di isi. Dia cemburu melihat Mila yang lebih memilih asik berselancar bersama bukunya itu. Tanpa melihatnya, seolah dia lupa sekarang ada dirinya di samping wanita itu. Dasar wanita, kalau sudah membaca suka lupa daratan, apalagi suami. Gerutu Arjuna dalam hati.

Mila tidak menoleh, ia berbicara dengan mata yang masih tertuju ke halaman buku. " Pergi aja, Kak, hati-hati."

"Hm, jadi buku lebih menarik dari aku ya?" tanya Arjuna dengan nada di sendu-sendukah.

"Katanya kan mau pergi kerja, untuk hari ini sih. Buku ini lebih menarik he he."

"Dasar. Aku gak ada kerja, pengennya, sih, dimanja sama istri. Tapi istrinya nggak peka, si istri lebih sayang Novel ketimbang suami," kata Arjuna. Mila masih tidak merespon, dia menanggapi perkataan Arjuna dengan senyum tipis, matanya masih tertuju ke novelnya.

Arjuna berdiri, dia mengambil jaket miliknya yang berada di samping Mila, Arjuna menyampirkannya ke bahu. "Kalo gitu, aku pergi aja deh. Kali aja di luar ketemu sama istri baru," kata Arjuna menggoda.

Ketika Arjuna  berbalik menuju pintu, dengan cepat Mila berlari kecil ke arahnya. Dia memeluk pinggang Arjuna dari belakang, terdengar isak kecil yang keluar dari bibir mungil Mila.

"Hiks.... kak Juna jahat! Jangan pergi!" kata Mila sesenggukan.

Arjuna berbalik badan, niatnya sih tadi mau tutup pintu biar lebih rapat. Tapi ternyata Mila mengira dirinya akan pergi, sebenarnya tidak tega melihat Mila menangis tapi entah setan apa yang merasuki Arjuna. Dia hanya diam menikmati wajah kemerahan istrinya.

"Sepertinya aku udah gak di butuhkan lagi, mending aku cari cadangan Mama baru buat si jabang bayi," kata Arjuna menggoda.

"Ihhh, jahat! hiks.... jahat! Nggak mau.... pokoknya kak Juna nggak boleh ke mana-mana. Titik!" Mila memeluk tubuh Arjuna posesif, menyembunyikan wajahnya di dada sang suami.

Sementara Arjuna, dia sudah tidak tahan ingin tertawa. Jika istrinya selucu ini mana ada orang yang akan cari istri baru, jikapun ada dia pasti sudah gila.

"Gimana ya, Mbul. Aku tipe orang yang akan pergi jika sudah tidak dibutuhkan lagi, aku tahu diri, Mbul. Kamu udah gak sayang lagi sama aku." Tuhan, rasanya Arjuna tidak tahan. Sebisa mungkin ia mencoba menahan tawa dengan menggigit bibir. Ternyata menjahili  istri sendiri itu menyenangkan. Tapi kasihan juga.

"Aku nggak  bermaksud gitu, Kak, aku gak mau kak Juna pergi!" ujar Mila lirih, dia terus menangis, tangisnya pun sekarang lebih besar dari sebelumnya.

Sepertinya cukup, Arjuna sudah kelewatan. Ia segera mengangkat wajah Mila, mata dan seluruh wajah Mila basah, gawat kalau sampai Bunda lihat, nanti dia akan salah paham.

"Mbul, hei, aku cuman bercanda, Sayang. Nggak mungkin aku ninggalin kamu, Maaf," ujar Arjuna, ia menyeka air mata Mila.

"Duh, kan kalo nangis gini cantiknya jadi hilang, jangan nangis ya Mama,"  lanjut Arjuna dengan suara yang ia buat seolah-olah seperti suara anak kecil.

"Tu dengar ngga, dedeknya nggak suka lihat Mama nangis. Mana buang-buang ingus sembarangan, nempel di baju nih," kata Arjuna masih menggoda Mila.

"Bodo amat, itu kan salah kak Juna sendiri. Pokoknya cuci sendiri itu baju!  Ntarmalam kak Juna tidur di sofa, titik gak pake koma!"

"Jangan gitu, dong, Mbul. Aku butuh kehangatanmu," kata Arjuna mencoba meraih tangan Mila. Namun dengan cepat Mila menepisnya dan berbalik badan, memunggungi Arjuna.

Tahu begini Arjuna tidak akan bercanda. Alamat badan remuk kalau begini, apalagi sofa di ruangan itu tidak mampu menampung panjang tubuhnya. Arjuna jadi teringat pertama kali saat mereka menikah, dia dulu pun tidur di sofa. Bedanya saat itu dia dan Mila tidak saling mengenal, tapi sekarang dia diminta tidur di sofa karena menjahili sang istri. Rasanya dejavu.



Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang