Berbeda

2.9K 152 0
                                    

"Mila cuman cinta suami Mila! Lepasin Mila Kevin!" Teriak Mila lantang. Ia khawatir dengan bayinya air mata yang ia tahan kini berhasil lolos dari pelupuk matanya.

"Gak, kamu cuman cinta aku! Mila hanya cinta kevin!" Mila dan kevin tiba di sebuah rumah mewah yang jauh dari pusat kota, Kevin membuka pintu mobilnya dengan kasar, ia langsung mengendong Mila memasuki rumah megah itu.

Rumah itu berada jauh dari rumah penduduk, di sekitar rumah itu hanya ditumbuhi pepohonan besar dan tinggi, rumah itu adalah rumah almarhumah Ibu Kevin. Ibu Kevin pernah mengalami gangguan mental hingga akhirnya diasingkan di rumah tua yang masih tampak cantik dan megah itu.

Mila meronta, terus memukuli dada Kevin yang menggendongnya. "Kak Kevin lepas! Biarin aku pergi!"

"Gak, sayang, kamu dan aku akan hidup bahagia di sini." Kevin tersenyum manis. Ia membaringkan Mila di atas ranjang king size milik almarhumah Ibunya. Mila meronta ingin melepaskan diri dari Kevin, dia memukuli tubuh Kevin dengan brutal, namun pukulan itu tidak bereaksi apa-apa untuk pemuda itu. Kevin justru cepat-cepat menancapkan jarum suntik berisi obat bius di bahu Mila. Hingga wanita itu mulai melemah dan kehilangan kesadarannya.

Melihat Mila yang sudah pingsan, Kevin membenarkan posisi Mila di atas ranjang. Dia mengelus kepala Mila, menciumi setiap inci dari wajah wanita itu tanpa terkecuali.

Kevin melangkah keluar menuju dapur. Dia berniat memasak sesuatu untuk Mila makan saat dia sudah bangun nanti.

"Sial!" umpat Kevin kesal, dia meninju dinding merutuki kebodohannya saat melihat kulkas di hadapannya kosong. Dia teringat bahwa memang sudah lama sekali dia tidak membawa bahan makanan di sini, Dia pun tidak menyangka akan bertemu dengan Mila hari ini, Kevin tidak memiliki persiapan apa pun, segera saja Kevin keluar dari rumah itu, dia akan pergi berbelanja ke tempat terdekat.

***

"Ras gimana kondisi kamu?" tanya Arjuna yang berada di ruangan rawat inap Saras. Hari ini setelah menyelesaikan beberapa urusan di cafe, Arjuna menemui Saras karena dari tadi malam gadis itu di rawat di rumah sakit, asma yang Saras derita tiba-tiba saja kambuh.

"Lumayan, tapi masih sakit," keluh Saras tersenyum lemah.

"Semangat! Aku selalu support kamu. Kamu gak usah mikirin apa-apa, yang harus kamu pikirin sekarang kesehatan kamu itu aja," Arjuna tersenyum hangat, sejujurnya dia sangat kasihan dengan teman semasa kecilnya itu. Apalagi mengingat bagaimana terakhir kali mereka bicara, Arjuna merasa sangat bersalah telah membuat hati gadis itu terluka dengan tindakan kasarnya.

Saras mengangguk lemah ." Asal kamu di sampingku, aku akan berjuang," ujar Saras berkaca-kaca. Dia ingin Arjuna kembali bersamanya, Saras belum mau dan tidak akan pernah rela membiarkan Arjuna bahagia dengan orang lain, sampai saat ini Saras masih menaruh rasa kepada sahabat masa kecilnya itu.

"Aku gak ke mana-mana Ras, kamu uda makan?"

Saras menggeleng.

"Kalo gitu Aku suapi ya?" Arjuna mengambil mangkuk bubur di atas nakas. Dia menyuapi Saras dengan telaten.

"Jun, kenapa ya aku merasa kalo aku ngga akan pernah sembuh dari asmaku? Juga, beberapa hari ini aku kaya keinget bunda terus. Dia selalu hadir di mimpi aku. Apa aku akan segera pergi ketemu bunda?" ujar Saras disela suapan Arjuna.

Arjuna melirik Saras dengan tatapan sedih, dia merasa tidak suka dengan apa yang dia dengar dari gadis yang susah payah dia rawat dari mereka kecil.

"Ras. Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh. Aku yakin kok kamu bakalan sembuh, kamu mimpi kaya gitu mungkin karena kamu kangen sama mereka. Aku ngga mau kamu pesimis sama hidup kamu!"

"Iya deh, maaf. Aku ngga akan overthinking lagi, kan ada kamu yang selalu ada buat aku? Kamu janji kan Jun, kamu ngga akan pernah ninggalin dan jauhi aku lagi?"

"Iya, aku janji. Sekarang istirahat ya?"


Saras menurut, gadis itu perlahan memejamkan mata, dia memeluk erat boneka Hello kitty yang Arjuna bawakan untuknya. Arjuna menaikkan selimut sampai batas dada Saras, dia keluar dari ruangan itu untuk menelepon Mila, tapi nomor yang dia tuju tidak merespon, hanya terdengar suara operator.

"Hm kenapa Mila ngga angkat teleponnya ya, apa mungkin dia uda tidur?"

Arjuna tak langsung pulang ke rumahnya, dia memilih menuju Apartemen Sadewa untuk mengatur anggota team junior pengganti mereka nantinya.

Saat perjalanan menuju apartemen Sadewa, Arjuna merasakan ada sesuatu yang Menjangan di hatinya. dia buru-buru menepis segala pikiran buruk, lagi pula apa yang harus ia khawatirkan?

Untuk saat ini fisi dan misinya sudah tercapai, jadi hal apa yang masih mengganjal di hatinya?

***

Sampai pukul 10 malam Mila tidak kunjung menelepon Arjuna kembali, begitu pula dengan Arjuna. Dia sibuk sekali menata kembali klub basket yang akan dia dan teman-temanya tinggalkan beberapa minggu lagi, Arjuna juga memiliki banyak tugas untuk esok hari, sehingga dia terus mengerjakan tugas sekolah itu bersama Sadewa dan Nakula tanpa melihat jam.

Sempat terbesit untuk menelepon Mila kembali. Namun Arjuna takut mengganggu wanita itu, Arjuna pikir mungkin saja istri manjanya itu tengah membaca buku, atau sedang tertidur di depan ruang tamu tanpa melihat ponselnya.

"Jujun, belum balik?" tanya Nakula.

"Belum. Gue masih ada lima soal lagi nih, simulasi kemarin gue ngga masuk, sayang kan gue juga ngga dapat bayangan soal. Ini buku juga gue pinjem dari si Nino, besok gue harus kembalikan."

"Ya udah, gue balik duluan," balas Nakula memakai tasnya ke punggung.

"Oi. Titip salam buat babe rojak ya Nak! Bilangin, besok Sadewa, anak kesayangan mereka mau mampir, jangan lupa, kasih tau ke nyak markonah, kalo jengkol bumbu rujaknya sedap bener. Pasti dia bakalan masakin lagi tuh, gue ingetin ya, Nak. Lu kudu ngasih tau kaya gitu ke enyak lo!" kata Sadewa.

"Idih, anak kesayangan katenye? Ngimpi lo! Tapi karena gue lagi baik, ok deh nanti gue bilangin ke enyak markonah tercinta. Bye guys, babang Nakula yang ganteng kaya Jamesbon mau balek. Wassalamualaikum wara matullohi wabarakathu!"

Sadewa mengantarkan Nakula sampai depan pintu, katanya dia sekalian ingin mengambil minum untuk Arjuna di dapur. Tirai di kamar Sadewa tertiup angin kencang, hal itu membuat Arjuna merasa tidak nyaman. Arjuna segera bergegas menuju jendela, dia melirik keadaan di luar sebentar, ternyata malam ini tidak ada bulan di atas langit sana, bintang dan bulan tertutup awan hitam, udara berembus kencang lalu tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Arjuna menutup jendela, lalu kembali melanjutkan kegiatannya tadi.

Beberapa saat menunggu, Sadewa datang dengan dua cangkir kopi dan satu bungkus biskuit. Sangat nikmat sekali ketika di santap saat hujan begini.

"Jun, kayaknya lo belum bisa balik nih? Lo bawa motor kan tadi? Mobil gue juga lagi di pake supir gue, katanya bini dia lahiran."

Arjuna mengangguk paham. "Iya. Gue ngga bawa jas hujan. Lo punya?"

"Sorry, Jun. Ngga ada juga, biasanya gue taru di mobil itu."

"Lo nginap aja?" tawar Sadewa.

"Ngga, gue balik setelah ujan reda. Kasihan Mila gue tinggal sendirian terlalu lama, tadi gue ngga jemput dia juga di mal."

"Ok deh, senyaman lo aja," ujar Sadewa pada akhirnya.


Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang