Berubah

9.6K 662 5
                                    

Mila tersenyum cerah, hari ini Mila menepati janjinya memasakan sesuatu untuk sahabatnya Bima. Mengingat waktu. Mila hanya membuatkan Bima nasi goreng spesial, Mila sampai tidak memedulikan Arjuna yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan tak terbaca.



Seperti biasa Mila akan turun dari mobil Arjuna saat mencapai jarak sepuluh meter dari sekolah, tentu saja demi menjaga rahasia mereka tetap tersimpan rapi. Terlebih lagi perut Mila yang makin membesar membuatnya harus terus berhati-hati. Pagi ini Mila memakai jaket kebesaran untuk menutupi kehamilannya, Mila berjalan dengan riang sambil menenteng paperbag berukuran sedang, paperbag itu berisi nasi goreng buatannya untuk Bima.



"Mila!" Aina berlari menghampiri Mila yang sedang berdiri tak jauh dari gerbang sekolah.



"Eh, Na, kenapa kamu buru-buru gitu?"



Aina tak menjawab, Ia malah memeluk Mila kencang, Aina sungguh rindu. Belakangan ini kafe Blackdemon benar-benar ramai pengunjung apalagi setelah peresmian anak cabang di Semarang bulan lalu. Jadi waktunya bersama Mila semakin berkurang.



"Sumpah Aku kangen." Aina tetap pada posisinya memeluk erat sahabatnya itu.



"Na, hati-hati ntar perut Aku ke gencet," ujar Mila memperingati.



"Oh iya, he he iya maaf." Aina menggaruk tengkuknya, merasa bodoh atas tindakannya sendiri.



"Iya gak pa-pa, yuk ke kelas!"



Mila dan Aina berjalan beriringan di lorong sekolah, mereka bercanda tawa bersama. Sesampainya di kelas XI IPA 4 Mila langsung duduk di bangkunya.



"Bima mana sih?" Mila celingak- celinguk mencari keberadaan Bima, mata Mila menangkap siluet Bima yang ada di lapangan, lelaki itu saat ini sedang memungut sampah sambil sesekali terlihat mencolek dagu seorang guru perempuan dengan tangannya yang bersih. Guru itu tertawa terbahak-bahak entah apa yang di bicarakan lelaki itu sehingga membuatnya begitu senang.



Mila tersenyum menopang dagu dalam duduknya, sahabatnya Bima memang yang terbaik. Di mana pun dia berada akan selalu ada senyuman yang terukir indah di wajah setiap orang yang Bima dekati. Pantas saja dia di juluki Buaya darat, pacar Bima sangat banyak ada di mana-mana.



Bima masuk ke dalam kelas mendapati Mila yang menyambutnya dengan senyuman, Bima menggeser salah satu bangku. Membawa bangku itu kemeja yang ada di hadapan Mila.



Mila mengeluarkan bekal nasi dari dalam paperbag. "Nih, seperti janji kemarin," ucap Mila tersenyum bangga.



"Makasih ibu negara." Bima mengedipkan sebelah mata, hal itu justru di hadiahi tabokkan di pipi oleh Mila.



"Ekhem, dunia serasa milik berdua ya!" Aina berdehem tidak kuat melihat ke uwuwan di depan matanya.



"Ati-ati Mil, si Bima suka modus, pacarnya udah bejibun banyaknya," kata Aina jenaka. Ia nyengir kuda saat di tatap tajam oleh Bima.



"Mil, aku ke toilet dulu."



"Udah sono, ganggu orang aja," Bima menghempas-hempaskan tangan, menyuruh Aina segera pergi.



"Iya-iya, bawel," balas Aina sewot.



Setelah kepergian Aina Bima mulai memakan bekal buatan Mila, Bima memakan makanan itu sambil terus memperhatikan Mila yang tengah mengetik sesuatu di layar gawainnya.



"Ngetik apa, sih? Serius banget, Kus."



"Ini gua lagi komen story StarFM. Sumpah ceritanya lucu banget! Ha ha," jawab Mila sambil tertawa lepas, pandangannya Masih fokus pada layar handphonenya.



"Tikus."



Tidak ada sahutan



"Tikuss." Mila masih diam, sambil tertawa ngakak.



"Tikus! Dengerin gue, kalo lo masih gak dengerin... gua cium sekarang juga!" ucap Bima menatap jengah tingkah Mila yang tertawa terbahak-bahak sendiri, karena perkataan Bima tadi Mila langsung menatap ke arahnya sambil tersenyum masam.



"Apa sih, Bim?"



"Nanti sore gua latihan basket, lo nonton, ya, please... " Bima menatap mata Mila penuh harap, Mila jadi gemas sendiri ia mencubit pipi Bima sampai-sampai lelaki itu mengadu kesakitan.



"Lo kenapa si Kus? Perasaan lo selalu KDRT mulu ke gua!"



"What? Coba ulangi!"



"Lo, Tikus yang suka K D R T."



"Bodoh amat! Eh jadi gak latihan basketnya?"



"Jadi, pokoknya lo harus ikut gua. Kagak boleh nolak."



"Iya, iya Bawel banget."



"Yey makasih sayang."



Mila menatap tajam ke arah Bima, sementara si empunya yang ditatap hanya nyengir kuda sambil mengangkat dua jari tanda damai.



***



Pukul 15.00



Team Arjuna turun ke lapangan, hari ini latihan pemantapan terakhir sebelum pertandingan lusa di SMA Baratayuda. Kali ini mereka tidak menjadi tuan rumah melainkan tamu segala sesuatu telah mereka siapkan, tim basket SMA pelita tidak pernah kalah dari sekolah mana pun kali ini mereka harus tetap menjadi sang juara.



Mila duduk di bangku pinggir lapangan menonton kegiatan tim basket sekolahnya, mata Mila terus saja tertuju pada Arjuna. Keringat yang membasahi wajahnya membuat pria itu terlihat seksi. Pipi Mila bersemu merah ia malu saat mata mereka tadi tidak sengaja bertubrukan membuat jantungnya berdetak kencang. Sementara Bima di setiap kesempatan selalu menyapanya, padahal ia sedang sibuk latihan.



"Tikus lapin keringat gua dong," titah Bima manja.



Mila mengusap keringat di pelipis Bima dengan handuk kecil yang sedari tadi ia pegang, Bima tersenyum manis mencubit pelan hidung mancung Mila.



"Iii, Bima apaan sih, jagan ganggu!" ujar Mila kesal. Ia risih dan malu saat para anggota tim basket yang lain menatap keduanya, Mereka bingung bukankah wanita di hadapan Bima si -- bontot istri dari Arjuna kapten mereka, tapi kenapa yang terlihat seperti sebaliknya?



Sadewa melirik Arjuna yang saat ini menatap ke arah kedua sejoli itu, Sadewa tahu sahabatnya ini sedang menahan kesal. Sadewa berbisik pelan di telinga Arjuna.



"Jun, gua tahu lo suka sama Mila. Sebelum semuanya terlambat, lo harus bergerak," Arjuna diam dia tidak berkata apa-apa.



"Jun, Bim kita duluan."



"Okey."



Yudistira, Sadewa, dan Nakula berjalan beriringan meninggalkan lapangan, kini Yang tersisa hanya ia dan dua sejoli di depan itu, Arjuna mengepalkan tangan. Tidak mungkinkan ia mencintai Mila, Arjuna hanya peduli padanya karena Mila tengah mengandung anaknya, itu yang selalu Arjuna tekankan pada dirinya, namun sisi lain dari hatinya berkata sebaliknya.



"Bang gua balik," Bima menyadarkan Arjuna dari lamunnya, tangan Arjuna terfokus pada tangan Bima yang ada di pergelangan tangan Mila.



"Dia bareng gua, Bang. "



"Hm, " hanya deheman yang keluar dari bibir Arjuna, sebenarnya ia tidak rela membiarkan Mila pergi dengan orang lain, namun ia bersikap seolah tidak peduli.



Bima dan Mila pergi, meninggalkan Arjuna sendirian dalam kesunyian yang meliputi. Arjuna akui semakin hari Arjuna mulai kehilangan rasa pada Saras kekasihnya, kini fokusnya hanya tertuju pada Mila istrinya. Arjuna bingung, Arjuna kembali memikirkan ucapan Sadewa. Apa yang temanya itu katakan memang benar, Ia tidak mau kecewa di kemudian hari.



Arjuna sudah bertekad dia akan menciptakan ruang di hati Mila untuk dirinya. Arjuna tidak akan kalah lagi dengan egonya, Arjuna memantul-mantulkan bola kelapangan. Ia bermain sendiri. melampiaskan rasa kesal di hatinya lewat bola basket yang ia pegang.



Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang