Tersurat

8.8K 596 11
                                    

Hari ini Bima mengajak Mila bermain ke timezon, mereka memainkan banyak permainan mulai dari lempar basket, memukul tikus, balap mobil, dan terakhir mereka bermain tebak-tebakan. Sesekali mereka tertawa lepas tanpa menghiraukan orang-orang yang menatap mereka aneh.

Bima menarik tangan Mila, membawa wanita itu mengikuti langkah kakinya. Bima mengajak Mila ke tempat karaoke, mereka berdua sama-sama duduk di atas sofa menunggu lagu yang sebentar lagi akan di putar. Mila bangkit dari duduknya memegangi mikrofon ia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai bernyanyi.” Aku tlah tau kita memang tak mungkin. Tapi mengapa kita slalu bertemu. Aku tlah tau hati ini harus menghindar. Namun kenyataanya ku tidak bisa...maafkan aku, terlanjur mencinta.”

Bima diam ia tahu untuk siapa lagu itu, lagu itu untuk Arjuna. Bima sadar selama ini Mila sudah memendam rasa pada Arjuna seniornya, selama ini Bima hanya berpura-pura tidak tahu sambil meyakinkan dirinya bahwa Mila tak pernah mencintai siapa pun, Bima tidak mau mengalah, ia yakin Mila akan menerimanya suatu hari nanti.


“Senyuman itu hanyalah menunda luka, yang tak pernah ku duga, dan bila akhirnya kau harus denganya mengapa kau dekati aku. Kau membuatnya indah seolah takan terpisah.. bila memang hatimu untuku. Salahkah aku berharap padamu  cinta...” Mila mengembuskan napas kasar dadanya mulai terasa sesak mengikuti irama lagu, Mila akui Arjuna memang benar-benar telah mendapatkan hatinya.


Lagu selesai, Mila yang tadinya sempat bersedih kembali ceria saat menatap Bima yang tersenyum ke arahnya, Mila menyimpan mikrofon di atas meja.
“Dengerin abang nyanyi, Neng, dengarkan dan hayati maknanya!” ujar Bima mengedipkan  sebelah mata.

Musik kembali mengalun, Bima mulai bernyanyi, “jauh pandangan menatap langit biru... di keheningan hati yang telah beku, seakan dunia tangisi kesendirianku.. tlah lamaku berharap kau mengerti. Isyarat cinta yang tumbuh dan bersemi. Namun kau tak mau mengerti seakan tak peduli,” Bima merentangkan sebelah tangannya yang bebas ia terhanyut dalam alunan lagu. Lagu itu sungguh mewakili perasaannya saat ini.

“Seakan menabur cinta. ..hanyut terbawa samudra, di hempas gelombang hati, hanyut ke tepi...mungkinkah tak cukup raga isyaratkan kata cinta? Atau memang kau tiada membuka hati? Telah lamaku berharap kau mengerti isyarat yang tumbuh bersemi, namun kau tak mau mengerti seakan tak perduli...” Bima menatap Mila dengan tatapan penuh arti, ia berharap gadis itu mengerti apa yang ia maksudkan. Tapi, apakah mungkin?

Mila mengerti apa maksud dalam lagu itu hanya saja Mila tidak ingin membenarkan apa yang ia pikirkan, Mila tidak mau kembali kecewa karena terlalu berharap. Sudah cukup Arjuna menyakiti hatinya, kali ini Mila tidak akan berharap pada siapa pun.

Bima menggandeng tangan Mila keluar dari tempat karaoke, mereka berjalan menyusuri Mal, Bima berhenti di tempat penjual aksesoris wanita. Ia membelikan Mila sebuah jepit rambut berwarna biru Muda. Bima memasangkannya ke rambut Mila.

“Wah, Tikus gua ternyata imut juga ya,” ujar Bima bersedekah dada memberikan penilaian.

“Yeee mata lo  raabun  ya? Nyampe gak bisa liat keimutan gua yang hakiki,” kata Mila berkacak pinggang.

“Apaan, nyesel gua muji, kePDan banget sih, Bumil,” balas Bima menjitak pelan kening Mila.
“Kus.”

“Apa?”

“Kus, tikus.”

“Apa sih, Bim?”

“Gua sebenarnya. ..”

“Apaaa?”

“Pengen makan, he he.” Bima menyengir kuda sejujurnya bukan itu yang ingin Bima katakan, hari ini Bima ingin berkata yang sejujurnya ia ingin mengungkapkan perasaannya. Tapi ia ragu, Bima kembali di hantui rasa takut kehilangan Mila—wanitanya.

“Ye...gue kira apaan, anterin gua pulang, capek!”


“Kalo gua anterin ke KUA mau gak?” Bima menaik turunkan alisnya menatap Mila.

“Ngapain?” tanya Mila bingung.

“Lo mau gua sah in,” mendengar ucapan Bima,  Mila langsung mengetuk kepala Bima,” Mimpi lo!”

“Mimpi apaan, mau gak?”

“Lo, mau ini!” Mila mengangkat kepalan tangannya di depan wajah Bima, Bima tertawa lepas, sikap Mila yang apa adanyalah yang membuat ia jatuh cinta pada wanita itu.

“Iya, iya, dasar tikus.”

Mobil sport merah Bima terparkir rapi di depan Apartemen Arjuna, kebetulan Arjuna baru keluar dari mobilnya Arjuna menenteng belanjaan.


“Bang!” Seru Bima di samping mobilnya, Arjuna berbalik badan mendapati Bima dan Mila yang berdiri berdampingan. Arjuna tersenyum tipis.

“Dadah kus gua balik dulu,” ujar Bima mengacak- acak rambut Mila.

“Ok, makasih ya, hati-hati,” Mila tersenyum lebar.

“Bang, duluan!”

“Ya.”

Mila berdiri di samping Arjuna ia masih melambaikan tangan, “Hati-hati, Bim!”

“Ayo masuk, gak capek?” tanya Arjuna khawatir. Mila menggeleng, ia justru senang bisa bermain di timezon.

“Mila bantu ya, Kak?” Mila menangkap raut terluka dari wajah Arjuna, Mila rasa dia penyebab dari perubahan ekspresi Arjuna. Memangnya Mila salah apa pikirnya.

Arjuna sempat mengepalkan tangan tadi saat melihat kemesraan antara Bima dan Mila, hentinya panas tapi apa hak Arjuna untuk cemburu, Arjuna tidak punya hak untuk itu.

“Gak usah, ayo masuk”

Mila berjalan di belakang Arjuna yang masuk terlebih dahulu, kadang ia pikir rasanya seperti ia ketahuan berselingkuh saat ia dekat dengan Bima dan Arjuna melihat itu atau kadang-kadang Mila akan berpikir Arjuna cemburu dengan kedekatannya dengan Bima. Mila menepis pikiran itu dari kepalanya, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi Arjuna kan tidak pernah menganggap dirinya ada.



Mila merebahkan dirinya di atas kasur, ia menutup mata sejujurnya Mila memang sangat letih setelah seharian berjalan. Arjuna muncul di balik pintu membawa segelas susu hangat di tangannya, Arjuna menepuk pipi Mila pelan. Mila kembali membuka mata setelah beberapa menit tertutup.

“Nih diminum. “ Arjuna menyodorkan segelas susu dari genggamannya, Mila menerimanya dengan senang hati. Hari ini memang dia belum meminum susunya, perlakuan manis Arjuna membuat Mila bersemu malu. Mila bingung bagaimana bisa hal biasa seperti ini bisa membuat jantungnya berdetak tak karuan, bagaimana bisa dulu saat ia berpacaran dengan Kevin ia tidak pernah merasakan rasa malu yang sangat kepadanya, ia juga tidak merasakan detak jantung yang menggebu seperti saat ia dekat dengan Arjuna. Apa mungkin rasa itu hanya sekedar rasa suka? Bukan rasa cinta? Entahlah Mila sudah tak ingin memikirkan itu,

Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang