Awal yang baik

9.8K 690 11
                                    

Huek

Huek

Sayup-sayup Arjuna mendengar suara dari kamar mandi. Mau tidak mau Arjuna membuka perlahan matanya, menatap kasur di sebelahnya kemudian melirik jam  di nakas yang menunjukkan pukul 06:00 pagi.

Dengan malas Arjuna bangun, kemudian berjalan ke arah kamar mandi, Arjuna mendapati Mila yang tengah membungkuk memuntahkan isi perutnya.

Mila kaget saat tangan besar Arjuna memijit pelang tengkuknya," Ngapain kak Arjuna di sini?"

"Berisik," balas Arjuna tak ramah. Arjuna masih terus memijit pelan tengkuk Mila, sementara Mila menggerutu dalam hati mendengar balasan dari Arjuna yang tidak sesuai dengan espektasinya.

Huek

Huek

"Udah kak gak pa-pa, emangnya kakak  gak jijik?"

Arjuna hanya diam sambil mengedikkan bahu acuh, dengan tangan yang masih terus bergerak memijiti tengkuk Mila.

"Udah?"

Mila mengangguk pelan, ia kaget saat tangan besar Arjuna merangkulnya, ia menatap Arjuna yang juga menatapnya.

Mata mereka beradu membuat jantung keduanya berdetak tak karuan, Arjuna tersadar. Ia cepat-cepat memutuskan kontak mata mereka.

Arjuna mendudukkan Mila di ranjang kemudian kembali berjalan menuju kamar mandi.

Karena hari ini hari Weeken jadi Arjuna hanya rebahan di sofa apartemennya, hari ini tidak ada latihan dan juga dia tidak harus selalu ke Kafenya bukan? Untuk apa punya banyak karyawan kalau tidak ada yang bisa membantunya mengurus  tugas-tugas.

Arjuna menatap TV berukuran besar yang menempel lekat di dinding tembok, yang menayangkan film Action kesukaannya.

Sedangkan Mila, saat ini ia sedang berada di dapur menyiapkan sarapan, ia sengaja membuat makanan yang berbahan dasar santan yang tentu saja Arjuna tidak sukai, biarkan saja kalau Arjuna tidak makan lagi pula dia kan Bos Kafe, kalau dia ingin. dia bisa makan di sana batin Mila bersorak ria, Mila tersenyum miring. Raut bahagia terpancar di wajahnya.

"Kak, makanannya uda siap." Mila menepuk pelan pundak Arjuna, mata elang Arjuna langsung menatap tepat kedua manik mata Mila, membuat wanita itu menelan ludah karena gugup.

Arjuna melangkah menuju dapur, sementara  Mila mengekor di belakangnya sambil tersenyum kemenangan. Mata Arjuna menatap hidangan di atas meja dengan penuh minat, belakangan ini ia suka makan makanan bersantan entah mengapa, dulu dia sangat membenci semua makanan yang berbau santan tapi semenjak Mila hamil makanan santan menjadi primadona di matanya.

Arjuna menyendok berbagai hidangan di atas meja, pilihannya jatuh pada makanan yang paling bersantan ada rendang dan gulai. satu piring besar nasi sudah ada di depan mata laki-laki itu, Arjuna memakan kedua hidangan itu dengan lahap . Mila menganga di tempatnya, rencananya untuk mengerjai Arjuna gagal. Apa dia yang salah informasi? Tapi kan mama  Wulan sendiri yang memberitahukannya. Arjuna mengetuk pelan kening Mila yang duduk sambil komat-kamit tak jelas, reflek Mila langsung memegang dahinya itu.

"Gua tau lo mau ngerjain gua, tapi maaf, rencana lo gak berhasil. Gua suka makanan bersantan.” Arjuna menyunggingkan senyum kecil di bibir manisnya.

"Ah, apaan, sih, kak, sok tahu. Siapa juga yang mau mengerjai, Kak Juna, " ucap Mila membuat alasan, ia mengalihkan tatapannya dari Arjuna.

"Mm... kak.” Mila menatap wajah tampan Arjuna di depanya, matanya berbinar-binar membuat Arjuna menatapnya curiga.

"Hm," Arjuna membalas dengan deheman.

"Manjatin pohon mangga di rumah Mama, donggg... ." Mata Mila berbinar-binar, mengedipkan matanya beberapa kali. Sungguh Mila saat ini sedang sangat ingin memakan buah asam itu.

"Beli aja," balas  Arjuna acuh.
"Tapi dia maunya mangga di rumah Mama... emang kakak mau anak kamu ileran?" Tangan Mila mengusap-usap pelan perut buncitnya yang terbalut kaos kedodoran, Arjuna yang melihat itu tersenyum tipis sangat tipis sampa-sampai orang lain mungkin tidak akan tahu bahwa ia kini tengah tersenyum. Tangannya beralih mengusap-usap perut Mila yang sudah sedikit membesar, ia berjongkok sambil berbisik, "anak Papa mau mangga di rumah nenek, ya?"

Mila tersenyum senang, ia bahagia di perlakukan manis oleh Arjuna seorang lelaki  yang teramat ia cintai.

"Iya pa-pa... ," jawab Mila menirukan suara anak kecil, Arjuna mencium perut Mila. Wanita itu merasakan seperti ada kupu-kupu terbang di dalam perutnya. Arjuna bangkit berdiri menggenggam jari-jari tangan istrinya, tatapan hangat terpancar dari mata tajamnya. Mila tertegun, sungguh ia sangat bahagia. Mila berharap hubungannya dengan Arjuna akan tetap seperti ini.

***
Ting..tong..

Arjuna memencet bel kediaman kedua orang tuanya, ia dan Mila menunggu di teras rumah, tak lama terdengar bunyi pintu terbuka. Wanita parubaya dengan baju daster kedodoran itu terkejut  melihat putra dan menantunya yang tiba-tiba berkunjung

"Eh Mila, Arjuna?"

"Pagi, Ma," sapa  Mila, dia tersenyum lebar kemudian memeluk mertua kesayangannya itu.

"Pagi sayang, tumben kalian datang kesini tanpa mengabari Mama? Ada apa?"

"Tanya aja sama menantu kesayangan Mama," jawab Arjuna cuek.

"Kenapa?" tanya Wulan setengah berbisik kepada Mila.

"Kita gak di suru masuk Ma? “

"Masuk aja. Jun, kenapa jadi sensi gitu. Inikan rumah kamu juga, kamu gak perlu minta ijin sama Mama."

Arjuna berjalan masuk, sementara Wulan dan Mila mengekor di belakangnya.

"Arjuna kenapa sayang?" tanya Wulan penasaran.

"Gak tahu, Ma,  sebelum sampe  sini kak Arjuna baik-baik aja."

"Ayo duduk."

Mila dan Wulan duduk berdua di sofa sementara Arjuna entah ke mana perginya lelaki  itu.

"Kalian kesini pasti ada alasannya kan? Apalagi datangnya mendadak gini, Kamu udah makan?"

"Iya Ma, sebenarnya aku... anu, itu sebenarnya aku minta kak Arjuna Manjatin pohon mangga di belakang rumah Mama, bolehkan, Ma?"

"Boleh banget! Tapi,  Arjunakan takut ketinggian."

"Jadi kak Arjuna takut ketinggian? Kok bisa Ma?" tanya Mila terkejut

"Iya, dulu Arjuna pernah jatuh dari pohon mangga itu waktu SD."

"Jangan-jangan kak Juna ada di belakang, aku susul dia dulu ya Ma."

"Iya."

Mila berjalan santai menuju halaman belakang kediaman keluarga Dwipandu, halamannya begitu luas namun uniknya di sana hanya ada satu pohon mangga yang mengisi lahan luas itu.

Mila menghampiri Arjuna yang berkacak pinggang di bawah pohon mangga besar di hadapannya, ia tampak menimbang-nimbang. Akan naik atau tidak.

"Kak, gak usah naik. Kita minta tolong Pak Burhan aja," ucap Mila menatap pohon mangga yang menjulang tinggi di depanya.

"Gak, gua bisa sendiri!" balas  Arjuna kuekeh

Mila tidak memedulikan ucapan Arjuna. Ia malah memanggil pak Burhan, tukang kebun pribadi keluarga Arjuna yang kebetulan sedang lewat di depan mereka.

"Pak Burhan, bisa minta bantuannya sebentar?"

Laki-laki yang di panggil Burhan itu menoleh, ia menghampiri Mila dan Arjuna yang berdiri berdampingan.

"Ada apa, Non?"

"Pak Bur-" ucapan Mila tiba-tiba terhenti, Arjuna  merangkul sambil membekap mulutnya tiba-tiba.

"Gak pa-pa, Pak, bapak bisa pergi," ucap Arjuna tersenyum ramah kepada pak Burhan.


"Oh iya Den, kalau gitu saya permisi dulu Den, Non."

"Iya pak."

"Apaan si kak! Jangan bilang kak Arjuna gengsi yaaa. Iya kan, 'kan?" tuding  Mila menunjuk-nunjuk wajah Arjuna.


"Enak aja, lo lihat nih! "


Arjuna memanjat pohon mangga dengan perasaan was-was, Mila meringis tatkala melihat sebelah kaki Arjuna yang tergelincir.

"Minggir!"  ucap Arjuna memperingati Mila yang masih berdiri menatapnya dari bawah  pohon.

Arjuna melempar tiga buah mangga ke tanah, kemudain ia melompat turun dari pohon mangga.

Ia menatap wajah Mila dengan tampang sombong." Sekarang  lo percaya  gua bisa?"

"Ck, iya percayaaa."

Arjuna memunguti tiga mangga tadi dari tanah, Ia memberikannya kepada Mila.

" Nih."

Mila menyambut uluran itu dengan senang hati, "Makasih, kak."

Cup

Setelah memberikan kecupan singkat di pipi Arjuna, Mila  berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan Arjuna yang mematung di tempatnya, Arjuna memegangi pipinya dengan senyum tertahan.

Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang