Mila bangun dari tidurnya saat Arjuna belum terbangun, ia melangkah keluar kamar, pagi-pagi sekali ia mulai menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, mencuci dan menata makanan di atas meja. Hari ini Mila benar-benar berhenti sekolah. Mila sedih, tapi ia harus tetap optimis, lagi pula cepat atau lambat ini memang akan terjadi.
Arjuna keluar dari kamar dengan seragam yang sudah rapi, ia menyugar pelan rambutnya ke samping. Arjuna mendudukkan tubuhnya di atas kursi, mengamati Mila yang masih sibuk mencuci gelas-gelas kotor. Kemarin Nakula, Sadewa dan Yudistira mampir ke Apartemen Arjuna. Mereka datang untuk berkenalan dengan Mila. Mila begitu senang, ternyata teman-teman Arjuna menyambutnya ramah tidak memberikan provokasi dan olok-olokan terhadapnya. Arjuna bangkit dari duduknya mengambil alih gelas kotor yang ada di tangan Mila.
"Biar Aku, kamu duduk aja," ujar Arjuna. Mila mengangguk patuh, saat ini ia malas berdebat.
Semua peralatan kotor telah Arjuna cuci, ia kembali mendudukkan dirinya di depan meja makan.
"Hari ini jadi periksa?" tanya Arjuna. Mila hanya mengangguk tak bersemangat.
"Hm. " Arjuna berdehem pelan, ia jadi binggung sendiri ingin berkata apa, Arjuna sadar Mila tengah memendam kesedihannya.
"Maafin Aku, kalo kamu bersikap begini itu bikin hati Aku sakit," Arjuna berkata jujur, ia tidak tahu kenapa sikap dingin Mila sangat membebani hatinya.
"Aku gak pa-pa, Kak," jawab Mila singkat.
"Nanti sore kamu mau liat-liat kafe gak?" tanya Arjuna. sebenarnya ia ingin mengajak Mila jalan-jalan hanya saja dia gengsi untuk berkata jujur, jadi pergi ke kafe adalah alasan paling tepat bagi Arjuna.
"Iya kak," balas Mila lesu.
Mila dan Arjuna sama-sama diam, menyisikan kesunyian yang di isi dengan garpu yang saling beradu.
"Kamu belum mau USG?" Arjuna kembali bertanya.
"Gak, kak, Mila mau nanti setelah masuk empat bulan. Gak pa-pa kan?" Mila balik bertanya.
"Oh, ya udah terserah kamu aja," balas Arjuna, tersenyum hangat . Mila juga ikut tersenyum. Senyuman Arjuna ternyata menular kepadanya.
"Aku berangkat dulu ya?"
"Iya kak," jawab Mila. Sebenarnya Mila tidak ingin Arjuna pergi, Mila tidak mau sendirian.
Mila masih duduk di kursinya sementara Arjuna sudah bangkit berdiri, Arjuna mendekat ke arah kursi Mila, ia berjongkok mengecup singkat perut besar Mila, kemudian beralih mengecup dahi istrinya, Mila terdiam menahan senyum, pipinya memerah malu.
"Aku berangkat dulu, hati-hati di rumah," kata Arjuna lagi, setelahnya ia pergi menghilang di balik pintu.
Mila memegangi dahi di mana tepat Arjuna tadi menciumnya, jantung Mila berdetak tak karuan, "Ya ampun... Kak Juna nyium gua, huaa!" girang Mila berteriak histeris.
Sebuah pesan masuk di ponselnya, itu dari Aina.
Aina: [ Mila, kamu benar-benar gak datang sekolah hari ini? ]
Me: [ Iya Na, aku udah harus berhenti. ]
Aina: [ Yang sabar ya, Mil, nanti Aku pasti bakalan ngunjugin kamu kok. Kita jalan-jalan bareng, setuju gak?
Me: [ Setuju!]
Aina: [ Ok ibu Bos, udah dulu ya, Pak Bondan udah masuk kelas nih.]
Read
Mila merebahkan diri di atas kasur, ia mulai menjelajahi dunia maya. Mila sungguh bosan saat ini.
Sebuah panggilan masuk di handponya, membuat Mila mengerutkan dahi. "Nomor baru?"
Mila menimbang-nimbang sejenak sebelum benar-benar mengangkat panggilan itu. Mila menekan tombol hijau. Terdengar suara Arjuna di seberang sana.
"Hallo Mila?" sapa Arjuna.
Demi apa ini Arjuna? bagaimana bisa Arjuna tahu nomornya, dan bodohnya lagi. Mila sama sekali tidak punya dan tidak tahu nomor suaminya sendiri. Mila menjitak keningnya, “Ais bego banget sih, lo, Mila. Masa nomor laki sendiri lo nggak punya!”
"Halo Mila, Kamu kenapa?" tanya Arjuna di seberang sana.
"Eh iya kak, kenapa? Ada yang ketinggalan?"
"Gak, pulsa Aku banyak bingung mau ngabisinya," Mila menyergit bingung, lucu sekali laki-laki ini. Dia kan punya pacar untuk apa ia menelepon Mila, lagi pula dia baru saja berangkat sekolah beberapa saat lalu.
"Hah? Terus kak Juna dimana? Bukanya sekolah seharusnya udah bel dari tadi?"
"Gak ada guru, kenapa? Kamu berharap cowok lain yang nelpon?" Terdengar nada kesal di seberang sana, Mila binggung kenapa sekarang jadi Arjuna yang kesal.
"Oh, gak kok, Kak," ujar Mila, ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Sebab ini kali pertama mereka telponan, Mila sangat canggung.
Terjadi keheningan beberapa saat, Mila sampai memeriksa apakah sambungannya terputus atau tidak. Sambungannya tidak terputus, Arjuna sendiri yang diam. Sementara di sana Arjuna tersenyum lebar, akhirnya ia bisa memastikan keadaan Mila. Sedari tadi Arjuna sungguh khawatir takut wanita itu berbuat macam-macam.
"Mila... nih si Jujun kagak sekolah!” kata Nakula yang duduk di sebelah Arjuna. Saat ini memang mereka bertiga tidak masuk kelas, mereka tidak berencana bolos, Arjuna berkata benar, guru mata pelajaran tidak masuk saat ini.
"Ah iya kak," ujar Mila canggung.
Nakula dengan seenaknya merebut ponsel dari genggaman Arjuna, Arjuna melotot tak suka, sementara Nakula justru menyengir kuda sambil mengangkat dua jari membentuk huruf V.
"Gua mau ngomong sama istri gua, Jun," ujar Nakula tersenyum lebar, mendengar itu Arjuna langsung menjitak kepala Nakula, tak habis pikir dengan tindakan sahabatnya itu.
"Gak ada!” balas Arjuna dan langsung merebut kembali gawai miliknya.
"Halo Mil, udah dulu ya. Aku mau ke kelas dulu?"
"Iya kak."
Panggilan di putuskan oleh Arjuna, Mila cepat-cepat menambahkan nomor Arjuna ke daftar kontaknya dengan nama 'my husband'. Selang beberapa menit sebuah panggilan dari nomor baru masuk ke handphonenya, Mila pikir itu tadi Arjuna.
"Halo?" sapa Mila membuka obrolan, ia mendengarkan suara itu dengan saksama.
"Halo, Mila sayang, masih ingat gua kan?" Itu suara Mona, mau apa lagi gadis itu mengganggu ketenangannya.
"Mau apa lo! Gue gak ada urusan apa-apa lagi sama lo! Belum puas lo ngancurin hidup gue!?" teriak Mila menggebu-gebu, dadanya sampai naik turun menahan emosi, matanya memerah menahan tangis.
"Wow, sans dong. Gua cuman mau mastiin keadaan lo aja, gua denger-denger lo lagi hamil, ya? Lo ternya cewek murahan yang sok jadi ratu!" Mona dan ketiga temanya tertawa keras di seberang sana. Mila sakit hati mendengar ucapan Mona, bukankah semua ini kesalahan Mona? Mona yang menjebak Mila.
"Kenapa diem, Sayang? Cowok mana lagi yang lo goda. Najis, lo ngandung anak H A R A M!" Mona menekankan kata 'Haram' dalam ucapannya, hal itu membuat Mila tersalut emosi, ia tidak rela anaknya di katai anak haram oleh siapa pun, terkhusus oleh gadis licik seperti Mona.
"CUKUP MONA! GUE SELAMA INI UDAH BERSABAR NGADEPIN SIKAP LO! LO TEMAN MUNAFIK. SEKARANG GUE TAU ALASAN LO JEBAK GUE, LO IRI KAN SAMA GUE? LO GAK BISA SEENAK HATI LO NGATAIN ANAK GUE. GUE GAK TERIMA!" Mila berteriak lantang, ia marah, sangat marah kepada Mona.
"Ha ha ha ,Mila, Mila lo emang jalang! SEMUA YANG GUA PUNYA DI RENGUT LO. LO TAU GUA UDAH SUKA SAMA KEVIN SEJAK DULU! TAPI APA? LO MALAH DENGAN SANTAINYA JALAN BERDUA BARENG KEVIN TANPA PERDULIIN PERASAAN GUA, LANTAS UNTUK APA GUA PEDULIIN LO?!"
"Gua gak pernah rebut Kevin dari siapa pun, gue gak tahu kalo lo suka sama kak Kevin, buat apa lagi lo gangguin kehidupan gue? Kak Kevin dan gue udah putus, sekarang lo ambil aja bekas gue, heh! “ Mila tersenyum miring, Mona pikir dia bisa di gertak dengan mudah? Maaf, Mila bukan wanita bodoh yang dengan semena-mena bisa diinjak orang seperti Mona.
Mona terdiam, Mila buru-buru mematikan sambungan telepon. Bayangan ketika Mona menjebaknya kini kembali berputar-putar di kepalanya, Mila sedih, sahabat kecilnya yang ia sayang malah mengkhianatinya. Ia kembali datang menorehkan garam pada luka Mila yang belum sembuh sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi Beda
Teen FictionJudul Sebelumnya [BECAUSE ACCIDENT] [TAHAP REVISI] Cerita ini tak terduga loh☡ alurnya bisa membuat kalian terkejut☺ cerita klasik yang bikin kamu penasaran tentunya😉 kalo tidak percaya sini buktikan sendiri❗ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA😉 Part awa...